Cerpen Remaja di Platform Digital


Hai, Sobat Pio! Cerpen remaja merupakan salah satu bentuk karya sastra yang masih memiliki tempat istimewa di hati pembaca muda. Di era digital seperti sekarang, kehadiran cerpen tidak lagi terbatas pada media cetak seperti majalah, koran, atau buku antologi. Perkembangan teknologi telah membuka ruang baru bagi para remaja untuk menyalurkan kreativitas mereka melalui berbagai platform digital. Situs menulis daring, aplikasi membaca, hingga media sosial menjadi wadah yang mudah diakses untuk mempublikasikan karya. Fenomena ini membuat cerpen semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari remaja, karena mereka dapat membaca sekaligus menulis cerita dengan lebih praktis. Selain itu, platform digital memberi kesempatan bagi penulis pemula untuk dikenal tanpa harus melalui proses penerbitan yang rumit.
Perkembangan cerpen remaja di platform digital juga melahirkan ragam gaya penulisan yang lebih segar dan sesuai dengan dunia mereka. Topik yang diangkat biasanya dekat dengan pengalaman sehari-hari, seperti persahabatan, percintaan, keluarga, maupun perjalanan mencari jati diri. Hal tersebut membuat pembaca remaja merasa lebih terhubung dengan isi cerita. Tidak jarang penulis menyisipkan pesan moral atau motivasi yang sederhana namun bermakna. Interaksi antara penulis dan pembaca pun semakin mudah, karena kolom komentar dan fitur memungkinkan terjadinya komunikasi langsung. Dari sini, cerpen bukan hanya sekadar bacaan, melainkan juga menjadi ruang diskusi dan apresiasi. Dukungan ini bisa menjadi dorongan besar bagi remaja untuk terus berkarya dan mengasah kemampuan menulisnya.
Di sisi lain, cerpen remaja di platform digital juga memberi peluang positif dalam membangun budaya literasi di kalangan generasi muda. Akses yang cepat dan gratis membuat mereka terbiasa membaca serta menikmati karya sastra dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, peluang untuk berkolaborasi, mengikuti lomba menulis, atau bahkan menerbitkan karya dalam bentuk buku digital semakin terbuka lebar. Namun, tentu saja dibutuhkan kesadaran untuk tetap memperhatikan kualitas tulisan agar tidak hanya sekadar menjadi hiburan singkat, melainkan juga memberi nilai yang bermanfaat. Dengan adanya platform digital, cerpen remaja dapat berkembang lebih luas dan menjadi bagian dari gaya hidup generasi sekarang, sekaligus menghidupkan semangat berkarya di tengah derasnya arus teknologi.(RED_ZHR)
Sumber : Ejournal Undiksha

DAKWAH DI ERA DIGITAL


Hai, Sobat Pio! Dakwah merupakan salah satu kewajiban umat Islam untuk menyampaikan ajaran agama kepada sesama dengan cara yang baik, bijak, dan penuh hikmah. Seiring dengan perkembangan teknologi, bentuk dakwah juga mengalami perubahan yang signifikan. Jika dahulu dakwah lebih banyak dilakukan melalui mimbar masjid, majelis taklim, dan pengajian tatap muka, kini masyarakat dapat mengakses pesan-pesan dakwah melalui media digital. Kehadiran internet, media sosial, hingga platform video memberikan ruang luas bagi para ustazd dan ustazah, maupun pendakwah muda untuk menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang lebih kreatif, mudah dijangkau, dan sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini.
Pemanfaatan teknologi digital dalam dakwah membawa banyak manfaat. Melalui media sosial seperti Youtube, Instragam, Tiktok, maupun podcast. Pesan dakwah dapat disampaikan dengan bahasa yang sederhana, serta visual yang menarik sehingga lebih mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Selain itu, aplikasi Islami juga membantu masyarakat untuk terus memperdalam ilmu agama tanpa terhalang oleh jarak dan waktu. Namun, perkembangan ini juga membawa tantangan baru. Tidak semua konten yang berlabel “dakwah” memiliki sumber yang jelas sehingga rawan terjadi penyebaran informasi yang keliru atau pemahaman agama yang sempit. Oleh karena itu, pendakwah dan jamaah dituntut untuk lebih selektif dalam memilih sumber dakwah agar tidak terjebak pada ajaran yang menyesatkan.
Di sisi lain dakwah digital juga menuntut adanya inovasi dan kreativitas agar pesan Islam tetap relevan dengan kondisi masyarakat modern. Para ustazd dan ustazdah perlu menguasai literasi digital, etika bermedia, dan cara berkomunikasi yang baik agar dakwah tidak hanya bersifat informatif. Konten dakwah yang dikemas dengan pendekatan edukatif, motivatif, dan humanis akan lebih mudah diterima serta memberi dampak positif bagi umat. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak dakwah di era digital tidak hanya menjadi sarana penyebaran ilmu agama tetapi juga menjadi media untuk mempererat ukhuwah islamiyah dan menumbuhkan semangat kebaikan, serta menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Inilah tantangan sekaligus peluang besar yang perlu dimanfaatkan oleh umat Islam dalam menghadapi perkembangan zaman. (RED_NBL)
Sumber : https://id.scribd.com

Menghidupkan Legenda Lewat Costum Carnival


Hai Sobat, Pio! Kali ini kita akan membahas tentang “Menghidupkan legenda lewat costum carnival”. Costum carnival adalah sebuah perayaan yang dapat menghidupkan legenda-legenda yang telah ada sejak zaman dahulu. Dengan costum yang tepat dan mengekspresikan kreativitas, kita dapat menciptakan pengalaman yang unik dan menarik. Selain itu, costum carnival juga dapat menjadi sarana untuk merayakan budaya dari warisan leluhur kita. Carnival bukan sekadar pesta riuh dengan musik dan tarian, melainkan sebuah panggung hidup dimana legenda-legenda kuno bangkit kembali melalui costum yang memukau.
Di seluruh dunia, dari Rio de Janeiro hingga Trinidad dan Tobago. Costum carnival menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, menghidupkan mitos, cerita rakyat, dan tokoh sejarah yang mencerminkan identitas budaya. Costum-costum ini bukan hanya pakaian mewah berhias bulu dan manik-manik, tetapi simbol perlawanan, kebanggaan, dan kreativitas kolektif. Melalui desain yang rumit, peserta carnival merevitalisasi legenda yang hampir terlupakan, menjadikan perayaan ini sebagai festival warisan budaya yang dinamis.
Sejarah costum carnival berakar pada tradisi kuno yang berasal dari peradaban Mesir, Yunani, dan Romawi. Di Yunani kuno, festival Kronia merayakan Zaman Emas Titan Cronos, dimana tuan dan budak bertukar peran, mengenakan pakaian berwarna cerah untuk melambangkan kebebasan. Sementara itu dari hierarki sosial, tradisi ini berevolusi menjadi carnival pra-Lent di Eropa, dimana topeng dan kostum memungkinkan orang biasa berpura-pura menjadi raja atau dewa. Di Brasil, Karnaval Rio dimulai sejak abad ke-18 sebagai adaptasi tradisi Portugis, kini dipenuhi kostum yang terinspirasi mitologi Brasil, seperti hutan Amazon atau satwa liar. Dengan ini, menggunakan kostum yang tepat, peserta dapat membangkitkan kembali cerita-cerita rakyat dan mitologi yang telah menjadi bagian budaya kita. Misalnya, peserta dapat memerankan kisah Roro Jonggrang, Sangkuriang, dan cerita legenda lainnya.
Pada akhirnya, kostum carnival adalah alat untuk menghidupkan legenda, bukan hanya menghibur tetapi juga mendidik dan memberdayakan. Ide kostum dapat dimulai dari elemen sederhana, namun bermakna. Di tengah globalisasi, perayaan ini menjaga akar budaya dengan memastikan legenda tetap relevan di era digital. (RED_AAP)
Sumber: https://www.awayandco.com/

Mengenal Penyakit Endometriosis


Hai, Sobat Pio! Pernah dengar tentang Endometriosis? Mungkin beberapa dari Sobat Pio sudah sering dengar istilah ini, tapi masih bingung sebenarnya penyakit apa sih itu? Atau mungkin merasa sakit waktu menstruasi itu biasa saja, tapi ternyata ada yang lebih serius di balik rasa sakit itu? Yuk, kita ngobrol santai tentang Endometriosis supaya Sobat Pio lebih paham dan bisa lebih perhatian sama kesehatan tubuh.
Endometriosis adalah penyakit yang cukup kompleks tapi penting untuk diketahui oleh semua wanita terutama saat memasuki usia reproduksi. Jangan anggap remeh rasa nyeri saat haid atau gejala lain yang tidak biasa. Dengan mengenali tanda-tandanya dan mendapatkan penanganan tepat, kamu bisa tetap menjalani hidup dengan nyaman dan sehat. Mengapa sih hal ini dapat terjadi masalah pada diri kita? Nah, Jadi jaringan yang tumbuh di luar rahim ini tetap berperilaku seperti jaringan di dalam rahim. Dia ikutan menebal, rusak, lalu berdarah saat menstruasi. Tetapi karena darah dan jaringan ini gak punya jalan keluar dari tubuh, lama-lama bisa menyebabkan radang, nyeri, bahkan pembentukan jaringan perut. Untuk gejala penyakit utama Endometriosis adalah nyeri panggul atau perut bagian bawah yang hebat, terutama saat menstruasi. Namun, Gejala ini tidak selalu muncul jelas. Ada juga yang punya Endometriosis tetapi hampir tidak merasakan gejala sama sekali, sehingga sulit terdeteksi. Kalau kamu mulai curiga dengan gejala-gejala di atas, berikanlah pertolongan pertama untuk meredakan gejala-gejala tersebut seperti obat pereda nyeri seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit, terapi hormon seperti pil KB, progestin, atau obat yang menurunkan hormon estrogen untuk memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium. Dan operasi laparoskopi untuk mengangkat jaringan Endometriosis jika gejala parah atau mengganggu kesuburan.
Jika gejala – gejala tersebut masih terus menerus menggangu aktivitas, Sobat Pio jangan ragu untuk kontrol ke dokter spesialis kandungan. Dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan, mulai dari wawancara medis dan pemeriksaan fisik, hingga tes tambahan seperti USG (Ultrasonografi) maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging). Memang menghadapi endometriosis itu gak gampang, rasa sakit yang berulang dan gangguan kesuburan bisa membuat stres dan sedih. Tetapi Sobat Pio tidak sendirian, banyak wanita yang berhasil mengelola kondisi ini dengan baik lewat pengobatan dan dukungan dari keluarga serta teman. Kalau Sobat Pio merasa ada yang salah dengan siklus menstruasimu, jangan tunda buat cari bantuan medis. Semakin cepat dideteksi, semakin besar peluang untuk mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi. (RED_FNH)
Sumber : https://www.alodokter.com

Soft Living ala Gen Z


Hai Sobat Pio! Belakangan ini istilah soft living lagi hits banget di kalangan Gen Z. Tapi jangan salah, ini bukan cuma soal hidup santai atau malas-malasan. Soft living lebih ke gaya hidup yang bikin kita tetap bahagia, tidak gampang stres, dan bisa menikmati hidup tanpa tekanan berlebihan. Banyak Gen Z mulai sadar kalau hidup sekarang serba cepat, media sosial nonstop, dan berbagai tuntutan bikin gampang burnout. Dari sini, banyak dari mereka yang mencari cara supaya hidup lebih ringan, tetap produktif, tapi juga menyenangkan. Untuk bisa menjalani soft living ada beberapa cara sederhana yang bisa dicoba gen Z di zaman sekarang. Salah satunya adalah rutinitas pagi yang tenang. Sebelum membuka HP atau scroll medsos, banyak yang mulai hari dengan nulis jurnal, baca buku ringan, atau ngopi santai sambil dengerin musik yang bikin rileks. Aktivitas kecil ini bikin pikiran lebih tenang, mood lebih baik, dan hari terasa lebih teratur sejak pagi.
Selain rutinitas pagi, Gen Z juga mulai lebih selektif dalam konsumsi konten digital. Daripada cuma scroll tanpa tujuan, mereka lebih suka follow akun yang memberi inspirasi, motivasi positif, atau hiburan yang menenangkan. Bahkan tidak jarang mereka sengaja melakukan digital detox beberapa jam sehari untuk recharge energi dan menjaga kesehatan mental tetap stabil. Selain itu, bikin daftar tugas atau to-do list yang realistis juga penting banget. Daripada ngerjain segalanya sekaligus sampai stres, mereka lebih suka mulai dari hal kecil tapi konsisten. Contohnya, masak makanan sehat sendiri, ngerjain tugas pelan-pelan, tidur lebih awal, atau main tanaman hias buat hiburan. Dengan cara ini, produktivitas tetap jalan tanpa bikin diri terbebani, dan kita bisa tetap enjoy tanpa merasa panik.
Yang tidak kalah penting, self-care jadi bagian wajib dari hidup ala Gen Z. Aktivitas sederhana seperti nulis jurnal, dengerin musik favorit, jalan santai di taman, bikin kopi ala kafe sendiri, nonton film favorit, atau ngobrol ringan sama teman bisa bikin mood lebih stabil dan pikiran lebih tenang. Soft living juga bikin kita lebih mindful, menghargai momen kecil, dan belajar menikmati hal-hal sederhana. Dengan menerapkan kebiasaan sederhana tapi konsisten, Gen Z bisa menjalani hidup lebih ringan, lebih bahagia, dan tetap produktif meski dunia serba cepat. Jadi, soft living bukan cuma tren, tapi cara hidup yang bikin keseharian lebih bermakna, penuh ketenangan, dan bikin kita bisa lebih menikmati hidup tanpa stres. Yuk, mulai dari hal kecil sehari-hari, dan rasain bedanya hidup yang lebih santai dan menyenangkan! (RED_AVN)
Sumber: https://kaltimpost.jawapos.com

Tips Pintar Hadapi Tugas Sekolah


Hai, Sobat Pio! Banyak siswa sering merasa kewalahan ketika menghadapi tugas sekolah, apalagi kalau tugas datang bersamaan dari beberapa mata pelajaran. Rasanya baru selesai satu, sudah ada lagi yang menunggu. Kalau tidak dikelola dengan baik, tugas bisa bikin stres, malas, bahkan menunda-nunda sampai akhirnya mepet deadline. Padahal, tugas sekolah sebenarnya bisa jadi lebih mudah kalau kita tahu cara mengaturnya. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengatur waktu. Coba biasakan mencatat semua tugas, lengkap dengan tanggal pengumpulan. Dari situ, kamu bisa memilih mana yang harus diselesaikan lebih dulu. Dengan cara ini, kamu bisa terhindar dari kebiasaan panik di menit terakhir. Kalau tugasnya terasa besar jangan langsung putus asa, kalian bisa membaginya menjadi bagian-bagian kecil. Misalnya saat dapat tugas membuat makalah, kamu bisa mulai dengan mencari bahan dulu, lalu menyusun kerangka, dan terakhir menuliskan isi. Rasanya akan lebih ringan dibanding langsung dikerjakan sekaligus.
Selain itu, fokus juga penting. Saat mengerjakan tugas, coba cari tempat yang tenang dan jauh dari distraksi. Kalau terlalu sering buka HP, biasanya tugas malah terbengkalai. Ingat, kalau focus tugas bisa selesai lebih cepat dan hasilnya juga lebih baik. Jangan lupa manfaatkan sumber belajar. Kamu bisa membaca buku, mencari referensi di internet, atau bertanya pada guru dan teman. Tetapi, jangan hanya menyalin, pahami isi tugas supaya kamu juga mendapat ilmu dari prosesnya. Yang terakhir, jaga kesehatanmu. Tubuh yang lelah akan membuat otak sulit diajak bekerja. Pastikan kamu cukup tidur, makan makanan bergizi, dan sesekali istirahat sebentar di sela-sela mengerjakan tugas. Kalau kamu bisa mengatur waktu, fokus, dan tetap menjaga kesehatan, tugas sekolah tidak lagi terasa beban berat. Justru bisa menjadi kesempatan untuk melatih tanggung jawab dan menambah pengetahuan. Ingat, semakin cepat kamu memulai, semakin cepat pula tugas itu selesai.
Maka dari itu menghadapi tugas sekolah memang sering terasa berat, tetapi sebenarnya bisa diatasi dengan cara yang sederhana. Kuncinya ada pada manajemen waktu, fokus saat mengerjakan, serta menjaga kesehatan agar pikiran tetap segar. Dengan membiasakan diri membuat jadwal, membagi tugas besar menjadi langkah kecil, memanfaatkan sumber belajar, dan tidak menunda pekerjaan, tugas sekolah akan terasa lebih mudah. Jadi, jangan melihat tugas sebagai beban, tapi jadikan sebagai kesempatan untuk belajar, melatih tanggung jawab, dan mengembangkan diri. (RED_ADH)

Kreasi Dimsum Yang Bikin Nagih


Hai, Sobat Pio! Gimana kabarnya hari ini? Semoga tetap sehat dan penuh semangat ya. Kali ini ada satu menu yang lagi hits banget di berbagai kalangan, apalagi buat pecinta camilan gurih. Nah, siapa sih yang tidak kenal dimsum? Kudapan khas Asia ini memang udah lama populer, tapi sekarang hadir dengan berbagai kreasi modern yang makin bikin penasaran. Salah satunya adalah dimsum keju oles yang rasanya creamy, gurih, dan pastinya bikin ketagihan.
Dimsum keju oles ini menjadi pilihan pas buat teman kumpul bareng keluarga atau sahabat. Lembutnya daging ayam yang dipadu dengan bumbu khas Asia, lalu dengan kejutan keju lumer di dalamnya. Teksturnya juicy dengan aroma bawang putih goreng yang khas, ditambah wangi minyak wijen dan gurihnya saus tiram serta kecap asin. Tidak heran kalau dimsum ini menjadi favorit banyak orang. Cara menikmatinya pun fleksibel, bisa dikukus untuk sensasi lembut atau digoreng supaya lebih renyah dan kriuk.
Langkah membuat dimsum keju oles ini cukup sederhana, siapkan keju oles dalam plastik segitiga lalu simpan di chiller. Cincang ayam dengan bawang putih goreng, campur bersama bumbu seperti saus tiram, kecap asin, kecap ikan, minyak wijen, daun bawang, gula, lada, kaldu, dan garam. Tambahkan putih telur serta tepung tapioka, aduk hingga adonan lengket. Ambil kulit lumpia, isi dengan adonan dan keju, kemudian lipat rapi menggunakan perekat dari tepung terigu dan air. Lakukan hingga adonan habis, lalu kukus 15 menit. Dimsum bisa langsung dinikmati hangat atau digoreng sebentar hingga keemasan, sisa dimsum bisa disimpan di chiller hingga 3 hari atau di freezer sampai 1 bulan.
Jika dimakan saat masih hangat, dimsum keju oles ini terasa sempurna. Perpaduan daging ayam yang gurih dengan kejunya yang lumer bikin siapa pun ingin tambah lagi. Apalagi kalau ditemani dengan sambal atau saus favorit, sensasi rasanya semakin nikmat dan bikin susah berhenti. Jadi, buat Sobat Pio yang ingin camilan spesial tapi tetap mudah dibuat, dimsum keju oles bisa jadi pilihan andalan. Selain bisa bikin perut puas, resep ini juga berpotensi menjadi ide usaha yang menarik karena banyak sekali yang suka. (RED_SFR)
Sumber : cookpad.com

AI Generasi Baru


Hai, Sobat Pio! Tahukah kamu kalau kecerdasan buatan atau AI sekarang sudah masuk ke level yang jauh lebih keren dibanding beberapa tahun lalu? Kalau dulu, AI hanya dikenal sebagai teknologi pintar yang sekadar menjawab pertanyaan sederhana, sekarang AI generasi baru dapat diajak berfikir bersama, membuat karya, bahkan membantu pekerjaan kita sehari-hari. AI generasi baru ini mempunyai peran penting di dunia modern, mirip dengan lebah yang jadi penyerbuk alami dalam ekosistem. Kalau lebah membantu tumbuhan menghasilkan buah, AI hadir untuk membantu manusia menghasilkan solusi cepat dan kreatif. Dari sekolah, kantor, sampai hiburan, AI makin sering kita temui tanpa kita sadari. Misalnya, saat kita meminta rekomendasi film di aplikasi, atau saat pakai fitur terjemahan otomatis, di situ AI bekerja untuk mempermudah hidup kita.

Salah satu kehebatan AI digenerasi baru adalah kemampuan mandirinya. Teknologi ini berkembang menjadi hal yang disebut agen AI. Bayangkan ada “teman digital” yang bisa bekerja tanpa terus-menerus diperintah. Agen AI dapat membuat jadwal, menyusun laporan, sampai mendeteksi masalah di sistem komputer. Jadi, banyak perusahaan mulai mengandalkan agen AI sebagai semacam karyawan virtual yang tidak pernah kenal dengan kata lelah. Selain mandiri, AI terbaru juga makin kreatif. Dengan teknologi AI generatif, ia dapat membuat tulisan, musik, gambar, bahkan video. Lebih kerennya lagi, sekarang ada AI multimodal yang bisa memahami teks, suara, dan gambar sekaligus. Jadi, ngobrol sama AI makin terasa natural, seperti ngobrol dengan teman sungguhan. AI generasi baru juga lebih personal. Kalau kamu sering ngomong pakai bahasa campuran, AI dapat ikut menyesuaikan. Kalau kamu suka genre musik tertentu, AI akan kasih rekomendasi sesuai selera. Jadi semakin sering digunakan, semakin paham juga dengan kebiasaan kita.

Tapi, Ada hal penting yang perlu kita ingat, yaitu etika dan keamanan. Karena AI dapat membuat konten yang sangat mirip dengan buatan manusia, ada risiko penyalahgunaan seperti hoaks atau deepfake. Itu sebabnya, banyak negara mulai membuat aturan baru agar AI digunakan secara sehat dan bertanggung jawab. Di Indonesia sendiri, perkembangan AI juga makin terasa. Ada “Nodeflux” yang mengembangkan teknologi pengenalan wajah, “Svara” yang membuat asisten suara memakai bahasa Indonesia. Bahkan, pemerintah juga sudah menyiapkan program Indonesia AI 2045 untuk mendorong anak muda agar siap bersaing di dunia digital. Semua ini menunjukkan bahwa AI generasi baru bukan cuma alat bantu, tetapi juga partner cerdas yang siap menemani kita belajar, bekerja, dan berkarya. (RED_DRS)

Sumber: https://teknologi.bisnis.com

Eksistensi Geguritan di Era Digital


Hai, Sobat Pio! Geguritan adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang mengekspresikan perasaan, pikiran, dan gagasan penyair dengan bahasa yang padat, indah, dan imajinatif. Sejak dahulu, geguritan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga sebagai sarana pendidikan, penyampaian nasihat, dan refleksi kehidupan masyarakat. Bahasa yang dipakai dalam geguritan mengandung keindahan sekaligus filosofi yang menggambarkan pola pikir orang Jawa. Akan tetapi, memasuki era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi, keberadaan geguritan sering kali dipandang sebelah mata. Generasi muda lebih banyak disibukkan dengan media sosial, game daring, dan konten cepat saji, sehingga perhatian terhadap sastra tradisional ini berangsur menurun. Meski demikian, geguritan tetap relevan karena nilai-nilai yang dikandungnya bersifat universal, seperti pesan moral, penghormatan kepada orang tua, cinta tanah air, serta ajakan menjaga alam. Nilai tersebut tidak tertelan oleh waktu dan selalu dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Era digital sebenarnya bukan hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar untuk memperkuat eksistensi geguritan. Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai sarana kreatif untuk mengenalkan karya sastra ini kepada generasi sekarang. Media sosial seperti YouTube, TikTok, maupun Instagram dapat dijadikan ruang baru untuk menyajikan geguritan dengan cara yang lebih menarik dan mudah diterima. Pembacaan geguritan bisa dipadukan dengan musik modern, animasi, atau visual yang menarik, sehingga mampu mengundang perhatian masyarakat luas. Dengan demikian, geguritan tidak lagi dipandang sebagai karya kuno yang tertutup, melainkan karya yang adaptif serta terbuka terhadap perkembangan zaman. Bahkan melalui platform digital, geguritan dapat menjangkau audiens yang lebih luas, tidak terbatas pada masyarakat Jawa saja, melainkan juga generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia.
Selain peran teknologi, dukungan dari dunia pendidikan dan komunitas budaya sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan geguritan. Guru dapat mendorong siswa menulis atau membaca geguritan dalam kegiatan pembelajaran, sementara komunitas seni dapat mengadakan lomba, festival, atau workshop yang memanfaatkan media digital. Upaya ini akan menumbuhkan rasa bangga sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah derasnya arus globalisasi. Pada akhirnya, eksistensi geguritan di era digital sangat bergantung pada kesadaran bersama untuk memadukan tradisi dengan inovasi. Jika masyarakat mampu menghargai warisan budaya sembari memanfaatkannya secara kreatif melalui teknologi, maka geguritan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan semakin dikenal. Warisan ini tidak boleh berhenti sebagai catatan sejarah, melainkan harus terus hidup agar generasi mendatang dapat merasakan keindahan serta kearifan yang terkandung di dalamnya. (RED_ZHR)
Sumber : https://fib.uns.ac.id

Menggantikan atau Mendampingi? AI dan Transformasi Peran Guru Masa Depan


Hai, Sobat Pio! Di era digital ini, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) semakin meluas termasuk dalam ranah pendidikan. Pertanyaannya kemudian muncul, Apakah AI akan menggantikan guru, atau justru memperkuat peran mereka? Berbagai riset dan implementasi menunjukkan bahwa AI bukanlah ancaman bagi profesi guru, melainkan alat bantu untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pendidikan.Beberapa inovasi dari AI, seperti automated grading, intelligent tutoring systems, dan asisten virtual jelas memperlihatkan kemampuan AI untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin guru. Misalnya, AI dapat membantu pengoreksian tugas, rekaman absensi, dan penyusunan laporan perkembangan siswa. Ini membawa dampak signifikan terhadap pengurangan beban administratif, sehingga guru memiliki waktu lebih banyak untuk fokus pada interaksi dengan siswa . Siswa harus diajarkan bersikap kritis dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi AI. Tidak hanya itu, mereka juga harus memahami etika, privasi, dan bagaimana mengolah serta menganalisis sistem yang diberikan oleh teknologi AI. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI, seperti pemalsuan Informasi. Perlu diketahui, tidak semua siswa memiliki pemahaman yang cukup dalam teknologi AI, oleh karena itu perlu membekali siswa dengan pengetahuan yang cukup untuk masa depan.Dengan algoritma pembelajaran adaptif (adaptive learning), AI dapat menyesuaikan materi dan tingkat kesulitan sesuai karakteristik masing-masing siswa memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif daripada metode satu-ukuran-untuk-semua. Lebih dari itu, riset juga menunjukkan bahwa AI mampu mendukung pendidikan inklusif, seperti menyediakan fitur penerjemahan real-time dan dukungan bahasa untuk siswa berkebutuhan khusus atau multibahasa. Interaksi manusia—seperti motivasi, pemahaman emosional, dan pengelolaan dinamika kelas—masih menjadi wilayah yang belum bisa dijangkau AI. Guru bukan hanya pendidik, tetapi juga penginspirasi, mediator sosial, dan pembimbing moral. Sebagaimana diungkap dalam riset, kemampuan ini sangat penting dan memerlukan kehadiran guru secara langsung . AI belum mampu membangun hubungan emosional, memahami konteks humaniora, atau menjadi teladan yang meresap dalam hati siswa.AI bukan lawan, melainkan sekutu strategis bagi dunia pendidikan. AI mengelola tugas rutin dan menyajikan data personalisasi, sementara guru menghadirkan sentuhan manusia motivasi, bimbingan karakter, dan pengalaman pembelajaran kontekstual. Untuk mewujudkan sinergi ini, dibutuhkan Infrastruktur teknologi inklusif, Pelatihan literasi AI bagi guru, Regulasi etis dan perlindungan data kuat. Dengan sinergi yang seimbang, masa depan pendidikan akan semakin efisien, menarik, dan mendalam—mempersiapkan generasi muda yang mampu bersaing di dunia kerja yang makin dipengaruhi AI. (RED_NHZ)Sumber : goodnewsfromindonesia.com