Peran Gen Z Dalam Melestarikan Budaya


Hai, Sobat Pio! Pasti kalian tidak asing dengan Generasi Z. Generasi Z adalah generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, memiliki peran penting dalam melestarikan budaya di era teknologi yang semakin maju ini. Dengan akses mudah ke informasi melalui internet, Gen Z dapat mengeksplorasi dan mempelajari berbagai tradisi, bahasa, dan seni dari seluruh dunia. Melalui platform sosial media, mereka tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga produsen konten yang mampu mengangkat warisan budaya lokal yang ada di Indonesia.Ada banyak cara yang dapat dilakukan Gen Z dalam ikut serta pelestarian budaya. Salah satu cara Gen Z berkontribusi dalam pelestarian budaya adalah melalui kreativitas mereka. Banyak dari mereka yang menggunakan aplikasi seperti TikTok dan Instagram untuk berbagi video, cerita, dan seni yang mencerminkan warisan budaya mereka. Misalnya, mereka seringkali mengadaptasi tarian tradisional atau menyanyikan lagu-lagu daerah dalam bentuk yang lebih modern, sehingga menarik perhatian generasi muda lainnya. Ini menciptakan jembatan antara tradisi dan inovasi, membuat budaya lebih relevan di mata masyarakat saat ini. Selain itu, Gen Z memiliki kesadaran yang tinggi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka sering terlibat dalam kampanye yang mendukung pelestarian budaya, seperti melestarikan bahasa yang terancam punah atau mendukung komunitas adat. Kegiatan ini tidak hanya membantu menjaga identitas budaya, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengenal keberagaman budaya di dunia yang semakin global.Gen Z juga memanfaatkan teknologi untuk mendokumentasikan dan mendistribusikan pengetahuan budaya. Melalui blog, podcast, dan video dokumenter, mereka dapat mendeskripsikan praktik budaya dan tradisi yang mungkin terlupakan. Inisiatif ini membantu generasi berikutnya untuk memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Gen Z memiliki potensi besar untuk melestarikan dan merayakan budaya, memastikan bahwa kekayaan warisan budaya tetap hidup dan berkembang di masa depan. Karena Gen Z tidak kalah kreatif dari generasi-generasi yang sebelumnya. (RED_ JDS & RED_ SNA)

Sumber: https://www.kompasiana.com

Pesona Batik Nusantara


Hai, Sobat Pio! Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi dan diakui secara nasional maupun internasional. Batik, lebih dari sekadar kain, tetapi sebuah karya seni yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Setiap motif dan warna pada batik yang terukir memiliki makna mendalam, terinspirasi dari kekayaan alam, kehidupan sehari-hari, dan kepercayaan spiritual masyarakat Indonesia. Seni Batik melibatkan teknik menggambar di atas kain dengan menggunakan lilin sebagai perintang warna, sehingga menciptakan pola-pola khas yang indah.

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas batik yang berbeda-beda. Antara lain, batik Jawa Tengah terkenal dengan motif flora dan fauna yang elegan, seperti batik Solo dan batik Pekalongan. Batik Yogyakarta memiliki motif kawung, parang, dan sidomukti yang memiliki makna filosofis. Sementara itu, batik dari daerah lain seperti Madura, Banyuwangi, dan daerah-daerah di luar Jawa juga memiliki keunikan tersendiri dengan motif yang lebih berani. Keberagaman motif batik di setiap daerah di Nusantara menjadi bukti kekayaan budaya dan kreativitas masyarakat Indonesia.

Batik memiliki beberapa langkah dalam proses pembuatannya. Permulaan, desain batik pertama kali digambar di atas kain, biasanya kain katun atau sutra. Alat yang digunakan untuk menggambar desain ini adalah pensil. Yang selanjutnya, pencantingan setelah pola digambar, lilin cair diaplikasikan di atas kain menggunakan canting. Canting adalah alat khusus dengan ujung seperti cerat kecil untuk mengalirkan lilin cair. Tahap selanjutnya, pewarnaan setelah lilin mengering, kain direndam dalam pewarna. Bagian yang dilapisi lilin tidak akan menyerap pewarna, sehingga membentuk pola. Yang terakhir, pelodoran (menghilangkan lilin setelah pewarnaan selesai), lilin dihilangkan dari kain dengan cara merebus kain tersebut dalam air panas. Proses ini diulang jika dibutuhkan lebih dari satu warna dalam desain.

Jenis-jenis Batik diantaranya adalah, Batik tulis dibuat secara manual dengan tangan menggunakan canting. Proses ini memakan waktu lama karena detail dan ketelitian yang tinggi. Yang kedua, Batik Cap menggunakan cap (stempel) dari tembaga yang dicelupkan ke dalam lilin panas dan kemudian ditekan ke kain. Proses ini lebih cepat dibandingkan batik tulis. Batik Kombinasi menggabungkan teknik batik tulis dan batik cap untuk menciptakan desain yang lebih kompleks. (RED_JDS & RED_SKA)

Sumber: : https://dspace.uii.ac.id

Carnaval Budaya


Hai, Sobat Pio! Carnaval Budaya merupakan sebuah pergelaran yang menampilkan beragam bentuk seni dan budaya dari berbagai daerah. Dengan menggunakan kostum tradisional, menampilkan tarian khas, musik daerah, dan pertunjukan seni lainnya yang mencerminkan budaya mereka. Selain itu, juga seringkali diiringi dengan pawai kendaraan hias yang menampilkan berbagai tema menarik. Penyelenggaraan Carnaval Budaya memiliki beraneka ragam tujuan, yaitu sebagai wadah untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya lokal, sekaligus sebagai sarana untuk menarik minat wisatawan, mempererat tali persaudaraan antar masyarakat, serta mendorong kreativitas dan inovasi masyarakat dalam menunjukkan keberagaman budaya mereka.

Perayaan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2024 lalu telah sukses memeriahkan seluruh penjuru Tanah Air. Berbagai kegiatan dan acara diselenggarakan untuk memperingati hari bersejarah tersebut, salah satunya adalah Carnaval Budaya, acara ini telah menjadi tradisi setiap tahunnya yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Dengan semangat gotong royong seluruh masyarakat berpartisipasi dalam menyajikan berbagai pertunjukan menarik. Peserta Carnaval menampilkan beragam kostum yang unik dan menarik perhatian. Ada yang menggunakan pakaian adat dengan segala keanggunannya, ada juga yang menampilkan kostum hasil kreasinya sendiri. Tidak hanya itu, kereta hias yang megah dan beraneka ragam juga menjadi daya tarik. Dari desain kereta hias tersebut mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Selain kostum dan kereta hias, pertunjukan seni dan budaya juga ikut memeriahkan Carnaval tersebut. Tarian tradisional, musik daerah, dan pertunjukan drama menjadi pemikat hati penonton. Carnaval Budaya tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadikan pembelajaran bagi kita. Acara ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya bangsa. Dengan menyaksikan langsung berbagai macam kesenian dan tradisi, dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan rasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan Carnaval Budaya menjadi sebuah bukti bahwa semangat persatuan dan kesatuan bangsa masih sangat kuat. Melalui acara ini, masyarakat dapat bersatu dalam merayakan kemerdekaan dan melestarikan budaya. Harapan untuk tahun-tahun mendatang, Carnaval Budaya akan terus menjadi tradisi yang dinantikan dan semakin terus berkembang. (RED_JDS & RED_SKA)

Pengaruh Budaya Populer terhadap Seni Rupa


Budaya populer memiliki dampak signifikan terhadap seni rupa, memperkenalkan elemen baru dan mempengaruhi cara seniman menciptakan dan menafsirkan karya mereka. Pengaruh ini tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari gaya dan estetika hingga tema dan teknik.

Salah satu pengaruh paling jelas dari budaya populer adalah perubahan estetika dan gaya dalam seni rupa. Gerakan Pop Art pada tahun 1950-an dan 1960-an, yang dipelopori oleh seniman seperti Andy Warhol dan Roy Lichtenstein, memanfaatkan ikon budaya populer dan iklan sebagai subjek utama. Karya mereka menggabungkan citra dari media massa, iklan, dan komik, menciptakan dialog antara seni dan konsumerisme yang mengubah persepsi seni kontemporer.

Selain itu, budaya populer juga mempengaruhi teknik dan media yang digunakan dalam seni rupa. Seniman sering kali terinspirasi oleh desain grafis, media sosial, dan teknologi digital, yang memperkenalkan teknik baru seperti kolase digital dan instalasi multimedia. Teknik-teknik ini membuka kemungkinan baru dalam cara seniman berkreasi dan berkomunikasi dengan audiens mereka.

Tema dan subjek dalam seni rupa sering mencerminkan fenomena budaya populer. Karya seni kontemporer sering menggali isu-isu seperti konsumerisme, teknologi, dan representasi media. Seniman menggunakan seni sebagai alat untuk mengkritik dan merefleksikan masyarakat, sering kali mengacu pada simbol-simbol budaya populer yang dikenal luas.

Interaksi antara seni dan audiens juga dipengaruhi oleh budaya populer. Media sosial dan platform digital memungkinkan seniman untuk terhubung langsung dengan publik, mempromosikan karya mereka dan mendapatkan umpan balik secara real-time. Kolaborasi antara seniman dan merek atau produk budaya populer semakin umum, menciptakan karya yang menaburkan batas antara seni dan komersialisme.

Secara keseluruhan, pengaruh budaya populer terhadap seni rupa menciptakan hubungan dinamis yang terus berkembang antara seni dan masyarakat, memperluas definisi dan pengalaman seni di era modern.(RED_DAJ)

Sumber : http://india.times.com

Tenun Ikat Kediri


Hai, Sobat Pio! Tahukah kalian tenun ikat merupakan warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai yang sangat tinggi. Seni menenun yang melibatkan teknik pewarnaan khusus ini tidak hanya menghasilkan kain dengan motif indah, tetapi juga menyimpan nilai-nilai filosofis yang mendalam. Tenun ikat Kediri adalah salah satu kerajinan tenun ikat yang memiliki nilai budaya dan artistik yang tinggi. Bukan sekedar produk tekstil, namun juga representasi dari identitas masyarakat Kediri yang mencerminkan tradisi turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Kerajinan tenun ikat Kediri masih mempertahankan cara pembuatan yang tradisional, yang menjadi salah satu kekuatan daya tarik masyarakat. Para perajin di Kediri menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) untuk menenun kain secara manual yang memerlukan keterampilan, kesabaran, dan ketelitian tinggi. Pada saat penggunaan ATBM ini, perajin selalu memastikan bahwa setiap kain tenun ikat yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang tinggi dan detail motif yang rumit. Proses penenunan dengan ATBM juga memberikan sentuhan personal pada setiap helai kain, karena hasil akhir sangat bergantung pada keahlian tangan perajin. Dengan begitu setiap produk tenun ikat Kediri menjadi unik dan memiliki karakter tersendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan produksi massal menggunakan mesin modern. Penggunaan ATBM termasuk perwujudan melestarikan budaya dalam menjaga tradisi leluhur dengan menghasilkan karya yang dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.

Dalam perkembangannya kerajinan tenun ikat Kediri mengalami penurunan dan peningkatan. Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat akan produk lokal dan produk tradisional sehingga permintaan akan produk menurun. Seiring berjalannya waktu, kejayaan tenun ikat kian surut karena ratusan mesin tenun modern muncul sehingga lebih banyak muncul kain tenun hasil pabrik. Karena kecepatan produksi dan harga kain tenun pabrik juga lebih murah, banyak pengrajin yang enggan membuat tenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Demi melestarikan budaya dan meningkatkan kualitas serta meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pengrajin tenun mulai dibuat kembali dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Sampai sekarang tenun ikat Kediri banyak diminati dan berkembang serta dikenal baik skala Nasional maupun International. (RED_KYS)

Sumber : https://www.kompas.com

Asal-Usul dan Filosofi Batik Parang


Halo, Sobat Pio! Kalian tau nggak sih asal usul batik parang itu dari mana? Yuk simak artikel berikut ini. Pada zaman dahulu, batik dengan motif parang ini hanya boleh digunakan oleh raja dan keturunannya saja sebab memang bermakna kekuatan sang raja. Namun saat ini, motif batik parang sudah boleh digunakan semua orang untuk segala kegiatan dan tentunya sangat laku di pasaran. Berhubung Indonesia ini termasuk negara yang masih berpegang teguh pada budaya, maka tentunya batik dengan motif parang juga memiliki mitos tersendiri yakni tidak boleh dikenakan saat upacara pernikahan karena konon justru akan membawa keluarga sang pengantin baru ke hal-hal negatif seperti percekcokan.

Lantas, apa sih filosofi dari keberadaan motif batik parang yang hingga detik ini eksistensinya masih begitu dihormati oleh sejumlah masyarakat? Apa saja pula jenis-jenis motif batik parang yang tentunya memiliki filosofi masing-masing? Yuk, segera simak ulasannya berikut ini! Dilansir dari batiktulisgiriloyo.com, mengemukakan bahwa kata “Parang” dari istilah ‘batik parang’ itu berasal dari kata “Pereng” yang berarti ‘lereng’. Maksudnya, bentuk motif batik parang itu berupa huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan membentuk diagonal miring layaknya lereng gunung.

Susunan bentuk “S” itu seolah menggambarkan ombak samudera yang tidak pernah habis hingga akhir zaman kelak. Namun ada juga yang berpendapat bahwa batik dengan motif parang ini justru berasal dari kata “Karang” yang berarti tebing-tebing di sekitar pantai. Usut punya usut, ternyata batik dengan motif parang ini diciptakan oleh salah satu bangsawan Kerajaan Mataram Islam lho… Beliau adalah Panembahan Senopati.

Panembahan Senopati memiliki nama lain Sutowijoyo yang merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan selaku pendiri dari Kerajaan Mataram Islam. Itulah mengapa, pada zaman dahulu batik dengan motif parang ini hanya diperbolehkan untuk dikenakan oleh para raja dan keturunannya saja. Keberadaan batik tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena pasti setiap individu memiliki batik, sekalipun itu berupa seragam sekolah. Ditambah lagi, di Indonesia juga menghormati eksistensi dari batik dengan memperingatinya setiap 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Dilansir dari wikipedia.org, mengemukakan bahwa filosofi utama dari motif batik parang ini adalah supaya kita sebagai manusia tidak boleh menyerah terhadap hidup, ibarat ombak laut yang tidak berhenti bergerak. Yap, huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan itu jika dilihat kembali seperti bentuk ombak di laut ‘kan. Batik parang memang menggambar bahwa kain yang digunakan itu belumlah rusak, yang artinya kita sebagai manusia masih bisa memperbaiki diri. Keterkaitan motif satu sama lain ini seolah menggambarkan bahwa anak akan melanjutkan perjuangan dari orang tuanya. Lalu pada garis diagonal yang lurus melambangkan penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.

Parang berarti perang, para raja jawa dan kesatria jawa selalu memakai batik parang yang berarti perang melawan hawa nafsu nya setiap hari, terus menerus. Hanya para raja ksatria lah yang boleh pakai batik parang. Itu sebagai agama nya, sebagai maujud ageman nya setiap hari, ucap tekat laku lampah.

Batik artinya Bakti, Bekti, Dhama bakti, para raja ksatria jawa harus berbakti kepada nusa bangsa keluarga dan agama nya. Ageman dari Batik menjadi agama nya, ucap tekat laku lampah seorang menuju sampurna ‘” (syafril indra kusuma). (RED_RSM)

Sumber : https://www.gramedia.com

SUROAN


Hai, Sobat Pio! Suroan adalah salah satu tradisi yang ada di Nusantara. Suroan sendiri sudah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Jawa. Suroan sendiri sangat kental kaitannya dengan tradisi Jawa. Suroan sendiri kerap kali dilakukan pada tanggal 1 Muharram atau bertepatan dengan 7 Juli tahun 2024. Tradisi Suroan sendiri dilaksanakan untuk memperingati kedatangan bulan Suro dalam kalender Jawa dan sekaligus juga guna memperingati tahun baru Islam yakni pada tanggal 1 Muharram. Tahun baru ini menurut kalender Jawa adalah tahun 1958 dan menurut kalender hijriah yakni tahun 1446 hijriah. Tujuan dari tradisi Suroan adalah menitik beratkan pada keselamatan dan ketentraman batin. Tradisi Suroan juga tidak hanya dilaksanakan oleh satu umat melainkan beragam umat hadir untuk membaca doa untuk menghindarkan diri dari marabahaya dan meminta berkah.

Di gunung Klotok sendiri tepatnya di pelataran goa Selomangleng kemarin tepatnya pada tanggal 7 Juli diadakan ritual. Para warga berjalan dari pura sekitar pukul 16.00 dan sampai sekitar pukul 16.15 dikarenakan banyaknya peserta membuat peserta yang berkumpul semakin lama. Para warga dari berbagai agama berkumpul dan berjalan bersama menuju pelataran goa Selomangleng dengan berbagai baju adat atau batik. Satu dua dari mereka membawa buah dan sayuran yang dibentuk menyerupai tumpeng dan membawanya menuju pelataran goa Selomangleng. Sesampainya di pelataran, para warga duduk bersila untuk membaca doa disertai dengan dinyalakannya dupa. Dupa dupa tersebut diletakkan didepan patung yang berada di samping tangga. Waktu serasa berhenti ketika para warga hening membaca doa. Tetapi suasana hening tersebut tidak lama dikarenakan acara selanjutnya dimulai. Buah dan sayur yang dibentuk menyerupai tumpeng tersebut dilemparkan satu per satu dan yang menangkap buah dan sayur tersebut berhak memilikinya. Suasana berubah seratus delapan puluh derajat dari yang mulanya hening menjadi seru. Satu dua dari warga juga membawa nasi beserta lauk pauk untuk makan bersama. Para warga juga ikut makan makanan yang dibawa. Para warga terlihat gembira saat merayakan hari raya Islam tersebut.(RED_RAY)

Sumber : Wikipedia.org

NYADRAN SONOAGENG


ㅤHai, Sobat Pio! Kalian sudah pernah dengar belum sih? Kalau belum yuk, baca artikel ini. Nyadran berasal dari bahsa Sansekerta “Sraddha” yaitu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai ungkapan syukur kepada leluhur desa. Sonoageng ini diambil dari nama desa yang ada di Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk. Singo barong yang sedang kondisi mengamuk karena ada salah satu penonton yang bersiul. Sehingga tidak jarang kalau pangelaran jaranan berakhir dibubarkan karena ulah dari penonton. Padahal acara ini, adalah salah satu rangkaian dari acara nyadran yang ada di Desa Sonoageng. Nyadran ini adalah acara yang dianggap sakral dan suci, meskipun jaranan ini salah satu wahana tontonan yang ada di acara nyadran ini. Dimanapun tempatnya nyadran merupakan serangkaian acara yang sakral dan suci, sehingga dihimbau kepada masyarakat untuk tidak melalukan keributan saat melihat atau melakukannya. Acara ini digelar secara megah dan meriah, sehingga terdapat sub-sektor desa yang mengalami keuntungan.

ㅤProsesi nyadran biasanya digelar setiap setahun sekali yang bertepatan di bulan Juni-Juli selama 20 hari berturut-turut. Prosesi nyadran dimulai pada tahun 1994, nyadran sendiri dilakukan oleh masyarakat kecil yang masih memiliki hubungan keturunan dengan Mbah Sahid. Pada tahun 1994 sampai 1996 masyarakat Sonoageng masih dalam kondisi pro-kontra yang dimana pada tahun 1997 akhirnya masyrakat dapat menemukan dampak positif dan diadakannya nyadran. Sehingga muncul kesadaran partisipasi dari masyarakat Senoageng dengan ditandainya kerjasama dan dapat mengkoordinasi nyadran di tahun 1998. Kemeriahan nyadran memuat unsur-unsur ziarah yang tidak lepas dari sejarah Desa Senoageng.

ㅤSelain di Desa Sonoageng, nyadran ( bersih desa ) biasanya juga terdapat di Kota Kediri. Tetapi nyadran di Kota Kediri berbeda dengan nyadran di Desa Sonoageng. Nyadran di Kediri biasanya hanya melakukan pengajian atau doa bersama, agar masyarakat terhindar dari mara bahaya. Di Selomangleng nyadran dilakukan dengan membawa tumpeng hasil bumi. Masyarakat bisa membawa hasil dari panen mereka sendiri sendiri dan dijdikan satu menjadi tumpeng. (RED_FWD)

Sumber : https://www.goodnewfromindonesia.id

Tari Piring Warisan Budaya yang Memukau


   Hai, sobat Pio! Tari Piring adalah salah satu seni tari tradisional Indonesia yang kaya akan makna dan keindahan. Berakar dari budaya Minangkabau di Sumatera Barat, tarian ini tidak hanya memukau dari segi gerakan, tetapi juga melambangkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Minang yang kaya akan nilai kebersamaan dan kebersihan. Tari Piring umumnya dilakukan oleh para penari wanita yang memegang piring atau mangkok kecil di tangan mereka. Gerakan yang teratur dan sinkron antara penari mencerminkan kekompakan dalam berkolaborasi sebuah nilai yang sangat dihargai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Selain itu, penggunaan piring sebagai properti utama dalam tarian ini juga melambangkan kemakmuran dan kekayaan.

   Secara teknis, Tari Piring memerlukan keterampilan yang tinggi dari para penarinya. Mereka harus mampu mengendalikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah dengan presisi tinggi sambil menjaga keseimbangan piring agar tidak terjatuh. Musik yang mengiringi tarian ini biasanya berasal dari alat musik tradisional seperti talempong, gendang, dan saluang, menciptakan atmosfer yang magis dan mendalam. Selain sebagai bagian dari upacara adat dan ritual keagamaan, Tari Piring juga sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya dan festival di Indonesia maupun di mancanegara. Keberadaannya sebagai warisan budaya tak benda juga telah diakui oleh UNESCO, yang menjadikannya semakin berharga dan harus dilestarikan.

  Tidak hanya sebagai bentuk hiburan semata, Tari Piring mengajarkan kita tentang keindahan dalam kebersamaan, kekompakan, dan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Dengan setiap gerakannya yang gemulai dan penuh makna, Tari Piring terus mempesona dan membangkitkan rasa kagum terhadap kearifan lokal yang kaya dan mendalam. Sebagai penutup, Tari Piring bukan sekadar tarian untuk dinikmati, tetapi juga sebagai jendela ke dalam warisan budaya yang perlu dijaga, dipelihara, dan dilestarikan untuk generasi mendatang.(RED_AKF)

Sumber : https://www.kompasiana.com

PANJI ASMARABANGUN


   Hai, Sobat Pio! Panji adalah sebuah cerita yang sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut pengurus museum Airlangga Kediri, cerita Panji berasal dari Kediri sejak abad 10 sampai 11 masehi. Cerita Panji sendiri sangat khas dengan 2 tokoh, yakni sang putra mahkota Raden Panji Inu Kertapati dan sang putri mahkota Dewi Sekartaji. Cerita Panji sendiri diduga dari Kediri dikarenakan bentang alam yang cocok seperti pada cerita Ande Ande Lumut. Ukiran Ande Ande Lumut juga terdapa pada Sanggar Budaya Nusantara di area goa Selomangleng.

   Ande Ande Lumut yang bernama asli Panji Asmarabangun adalah putra mahkota yang enggan menduduki tahta raja sehingga membuat raja murka. Asmarabangunpun memulai pengembaaraannya, mendaki gunung, melewati lembah, menyusuri sungai, mengikuti angin membawanya. Hingga pada suau desa, Asmara bangun bertemu seorang janda tua. Asmarabangun pun menyamarkan identitasnya menjadi Ande Ande Lumut. Ande Ande Lumut pun berniat untuk membantu kehidupan janda tersebut dengan cara membatu mencari kayu dan rutinitas lainnya guna menafkahi kehidupan janda tersebut. Ande Ande Lumut juga memiliki 2 Punokawan yang berbadan kecil tetapi memiliki beberapa kelebihan yang setia menemani perjalanannya.

   Di sisi lain, Dewi Sekartaji selaku putri mahkota mencari Asmarabangun. Gunung didakinya, Lembah dilewatinya, Hutan ditelusuriya, Hingga mengikuti kemana angin bertiup demi menemukan sang Panji Asmarabangun. Sebelum perjalanan ersebut, Dewi Sekartaji dibekali sebuah pusaka oleh ibunya. Hingga pada suatu perkampungan, Dewi Sekartaji bertemu dengan Wanita tua dengan ketiga anaknya. Mbok Rondo, adalah nama dari wanita tua tersebut. Ketiga anakya bernama Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klentig Biru. Dewi Sekartaji pun bergabung dengan mereka dan mendapatkan julukan Klenting Kuning.

   Tidak lama setelah itu, Ande Ande Lumut membuat sayembara mencari istri. Berita itupun terdengar oleh Mbok Rondo dan ketiga Klenting. Klenting Kuning yang sedang mencuci juga baru mendengar berita tersebut tetapi dia masih mengingat Panji Asmarabangun. 3 Klentingpun antusias mengikuti sayembara tersebut. Hingga bertemu sungai. Sungai tersebut arusnya deras, gelap nan dalam. Tidak lama muncul riak air yang meluas dengan perlahan hingga muncul mahluk besar. Yuyu Kangkang, berdiri dengan gagah, menawarkan tumpangan dengan syarat mencium pipi kepiting besar itu. Ketiga Klenting itu segera diseberangkan dan bergegas menemui Ande Ande Lumut.

   Beberapa saat setelah  itu, Klenting Kuning sampai di sungai tersebut dan ditawari hal yang sama. Dikareakan harga dirinya, Klenting Kuning menolak tawaran tersebut dan mengancamnya dengan mengacungkan pusaka hingga mengeringkn sungai Brantas. Yuyu Kangkang pun takut dan mengantarnya tanpa imbalan sepeserpun.

   Setibanya disana, Ketiga Klenting tampil menawan, sedangkan Klenting Kuning tampil apa adanya dan sedikit lusuh. Walaupun begitu, Ande Ande Lumut menolak ketiga Klenting dan lebih memilih Klnting Kuning.

   Cerita ini memiliki banyak versi. Tetapi, menurut pengurus museum Airlangga menceritakan versi diatas saat kunjungan. (RED_RAY)

Sumber : https://id.wikipedia.org/