Tenun Ikat Kediri


Hai, Sobat Pio! Tahukah kalian tenun ikat merupakan warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai yang sangat tinggi. Seni menenun yang melibatkan teknik pewarnaan khusus ini tidak hanya menghasilkan kain dengan motif indah, tetapi juga menyimpan nilai-nilai filosofis yang mendalam. Tenun ikat Kediri adalah salah satu kerajinan tenun ikat yang memiliki nilai budaya dan artistik yang tinggi. Bukan sekedar produk tekstil, namun juga representasi dari identitas masyarakat Kediri yang mencerminkan tradisi turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Kerajinan tenun ikat Kediri masih mempertahankan cara pembuatan yang tradisional, yang menjadi salah satu kekuatan daya tarik masyarakat. Para perajin di Kediri menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) untuk menenun kain secara manual yang memerlukan keterampilan, kesabaran, dan ketelitian tinggi. Pada saat penggunaan ATBM ini, perajin selalu memastikan bahwa setiap kain tenun ikat yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang tinggi dan detail motif yang rumit. Proses penenunan dengan ATBM juga memberikan sentuhan personal pada setiap helai kain, karena hasil akhir sangat bergantung pada keahlian tangan perajin. Dengan begitu setiap produk tenun ikat Kediri menjadi unik dan memiliki karakter tersendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan produksi massal menggunakan mesin modern. Penggunaan ATBM termasuk perwujudan melestarikan budaya dalam menjaga tradisi leluhur dengan menghasilkan karya yang dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.

Dalam perkembangannya kerajinan tenun ikat Kediri mengalami penurunan dan peningkatan. Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat akan produk lokal dan produk tradisional sehingga permintaan akan produk menurun. Seiring berjalannya waktu, kejayaan tenun ikat kian surut karena ratusan mesin tenun modern muncul sehingga lebih banyak muncul kain tenun hasil pabrik. Karena kecepatan produksi dan harga kain tenun pabrik juga lebih murah, banyak pengrajin yang enggan membuat tenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Demi melestarikan budaya dan meningkatkan kualitas serta meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pengrajin tenun mulai dibuat kembali dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Sampai sekarang tenun ikat Kediri banyak diminati dan berkembang serta dikenal baik skala Nasional maupun International. (RED_KYS)

Sumber : https://www.kompas.com

Asal-Usul dan Filosofi Batik Parang


Halo, Sobat Pio! Kalian tau nggak sih asal usul batik parang itu dari mana? Yuk simak artikel berikut ini. Pada zaman dahulu, batik dengan motif parang ini hanya boleh digunakan oleh raja dan keturunannya saja sebab memang bermakna kekuatan sang raja. Namun saat ini, motif batik parang sudah boleh digunakan semua orang untuk segala kegiatan dan tentunya sangat laku di pasaran. Berhubung Indonesia ini termasuk negara yang masih berpegang teguh pada budaya, maka tentunya batik dengan motif parang juga memiliki mitos tersendiri yakni tidak boleh dikenakan saat upacara pernikahan karena konon justru akan membawa keluarga sang pengantin baru ke hal-hal negatif seperti percekcokan.

Lantas, apa sih filosofi dari keberadaan motif batik parang yang hingga detik ini eksistensinya masih begitu dihormati oleh sejumlah masyarakat? Apa saja pula jenis-jenis motif batik parang yang tentunya memiliki filosofi masing-masing? Yuk, segera simak ulasannya berikut ini! Dilansir dari batiktulisgiriloyo.com, mengemukakan bahwa kata “Parang” dari istilah ‘batik parang’ itu berasal dari kata “Pereng” yang berarti ‘lereng’. Maksudnya, bentuk motif batik parang itu berupa huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan membentuk diagonal miring layaknya lereng gunung.

Susunan bentuk “S” itu seolah menggambarkan ombak samudera yang tidak pernah habis hingga akhir zaman kelak. Namun ada juga yang berpendapat bahwa batik dengan motif parang ini justru berasal dari kata “Karang” yang berarti tebing-tebing di sekitar pantai. Usut punya usut, ternyata batik dengan motif parang ini diciptakan oleh salah satu bangsawan Kerajaan Mataram Islam lho… Beliau adalah Panembahan Senopati.

Panembahan Senopati memiliki nama lain Sutowijoyo yang merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan selaku pendiri dari Kerajaan Mataram Islam. Itulah mengapa, pada zaman dahulu batik dengan motif parang ini hanya diperbolehkan untuk dikenakan oleh para raja dan keturunannya saja. Keberadaan batik tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena pasti setiap individu memiliki batik, sekalipun itu berupa seragam sekolah. Ditambah lagi, di Indonesia juga menghormati eksistensi dari batik dengan memperingatinya setiap 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Dilansir dari wikipedia.org, mengemukakan bahwa filosofi utama dari motif batik parang ini adalah supaya kita sebagai manusia tidak boleh menyerah terhadap hidup, ibarat ombak laut yang tidak berhenti bergerak. Yap, huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan miring berurutan itu jika dilihat kembali seperti bentuk ombak di laut ‘kan. Batik parang memang menggambar bahwa kain yang digunakan itu belumlah rusak, yang artinya kita sebagai manusia masih bisa memperbaiki diri. Keterkaitan motif satu sama lain ini seolah menggambarkan bahwa anak akan melanjutkan perjuangan dari orang tuanya. Lalu pada garis diagonal yang lurus melambangkan penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.

Parang berarti perang, para raja jawa dan kesatria jawa selalu memakai batik parang yang berarti perang melawan hawa nafsu nya setiap hari, terus menerus. Hanya para raja ksatria lah yang boleh pakai batik parang. Itu sebagai agama nya, sebagai maujud ageman nya setiap hari, ucap tekat laku lampah.

Batik artinya Bakti, Bekti, Dhama bakti, para raja ksatria jawa harus berbakti kepada nusa bangsa keluarga dan agama nya. Ageman dari Batik menjadi agama nya, ucap tekat laku lampah seorang menuju sampurna ‘” (syafril indra kusuma). (RED_RSM)

Sumber : https://www.gramedia.com

SUROAN


Hai, Sobat Pio! Suroan adalah salah satu tradisi yang ada di Nusantara. Suroan sendiri sudah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Jawa. Suroan sendiri sangat kental kaitannya dengan tradisi Jawa. Suroan sendiri kerap kali dilakukan pada tanggal 1 Muharram atau bertepatan dengan 7 Juli tahun 2024. Tradisi Suroan sendiri dilaksanakan untuk memperingati kedatangan bulan Suro dalam kalender Jawa dan sekaligus juga guna memperingati tahun baru Islam yakni pada tanggal 1 Muharram. Tahun baru ini menurut kalender Jawa adalah tahun 1958 dan menurut kalender hijriah yakni tahun 1446 hijriah. Tujuan dari tradisi Suroan adalah menitik beratkan pada keselamatan dan ketentraman batin. Tradisi Suroan juga tidak hanya dilaksanakan oleh satu umat melainkan beragam umat hadir untuk membaca doa untuk menghindarkan diri dari marabahaya dan meminta berkah.

Di gunung Klotok sendiri tepatnya di pelataran goa Selomangleng kemarin tepatnya pada tanggal 7 Juli diadakan ritual. Para warga berjalan dari pura sekitar pukul 16.00 dan sampai sekitar pukul 16.15 dikarenakan banyaknya peserta membuat peserta yang berkumpul semakin lama. Para warga dari berbagai agama berkumpul dan berjalan bersama menuju pelataran goa Selomangleng dengan berbagai baju adat atau batik. Satu dua dari mereka membawa buah dan sayuran yang dibentuk menyerupai tumpeng dan membawanya menuju pelataran goa Selomangleng. Sesampainya di pelataran, para warga duduk bersila untuk membaca doa disertai dengan dinyalakannya dupa. Dupa dupa tersebut diletakkan didepan patung yang berada di samping tangga. Waktu serasa berhenti ketika para warga hening membaca doa. Tetapi suasana hening tersebut tidak lama dikarenakan acara selanjutnya dimulai. Buah dan sayur yang dibentuk menyerupai tumpeng tersebut dilemparkan satu per satu dan yang menangkap buah dan sayur tersebut berhak memilikinya. Suasana berubah seratus delapan puluh derajat dari yang mulanya hening menjadi seru. Satu dua dari warga juga membawa nasi beserta lauk pauk untuk makan bersama. Para warga juga ikut makan makanan yang dibawa. Para warga terlihat gembira saat merayakan hari raya Islam tersebut.(RED_RAY)

Sumber : Wikipedia.org

Tari Piring Warisan Budaya yang Memukau


   Hai, sobat Pio! Tari Piring adalah salah satu seni tari tradisional Indonesia yang kaya akan makna dan keindahan. Berakar dari budaya Minangkabau di Sumatera Barat, tarian ini tidak hanya memukau dari segi gerakan, tetapi juga melambangkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Minang yang kaya akan nilai kebersamaan dan kebersihan. Tari Piring umumnya dilakukan oleh para penari wanita yang memegang piring atau mangkok kecil di tangan mereka. Gerakan yang teratur dan sinkron antara penari mencerminkan kekompakan dalam berkolaborasi sebuah nilai yang sangat dihargai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Selain itu, penggunaan piring sebagai properti utama dalam tarian ini juga melambangkan kemakmuran dan kekayaan.

   Secara teknis, Tari Piring memerlukan keterampilan yang tinggi dari para penarinya. Mereka harus mampu mengendalikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah dengan presisi tinggi sambil menjaga keseimbangan piring agar tidak terjatuh. Musik yang mengiringi tarian ini biasanya berasal dari alat musik tradisional seperti talempong, gendang, dan saluang, menciptakan atmosfer yang magis dan mendalam. Selain sebagai bagian dari upacara adat dan ritual keagamaan, Tari Piring juga sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya dan festival di Indonesia maupun di mancanegara. Keberadaannya sebagai warisan budaya tak benda juga telah diakui oleh UNESCO, yang menjadikannya semakin berharga dan harus dilestarikan.

  Tidak hanya sebagai bentuk hiburan semata, Tari Piring mengajarkan kita tentang keindahan dalam kebersamaan, kekompakan, dan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Dengan setiap gerakannya yang gemulai dan penuh makna, Tari Piring terus mempesona dan membangkitkan rasa kagum terhadap kearifan lokal yang kaya dan mendalam. Sebagai penutup, Tari Piring bukan sekadar tarian untuk dinikmati, tetapi juga sebagai jendela ke dalam warisan budaya yang perlu dijaga, dipelihara, dan dilestarikan untuk generasi mendatang.(RED_AKF)

Sumber : https://www.kompasiana.com

PANJI ASMARABANGUN


   Hai, Sobat Pio! Panji adalah sebuah cerita yang sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut pengurus museum Airlangga Kediri, cerita Panji berasal dari Kediri sejak abad 10 sampai 11 masehi. Cerita Panji sendiri sangat khas dengan 2 tokoh, yakni sang putra mahkota Raden Panji Inu Kertapati dan sang putri mahkota Dewi Sekartaji. Cerita Panji sendiri diduga dari Kediri dikarenakan bentang alam yang cocok seperti pada cerita Ande Ande Lumut. Ukiran Ande Ande Lumut juga terdapa pada Sanggar Budaya Nusantara di area goa Selomangleng.

   Ande Ande Lumut yang bernama asli Panji Asmarabangun adalah putra mahkota yang enggan menduduki tahta raja sehingga membuat raja murka. Asmarabangunpun memulai pengembaaraannya, mendaki gunung, melewati lembah, menyusuri sungai, mengikuti angin membawanya. Hingga pada suau desa, Asmara bangun bertemu seorang janda tua. Asmarabangun pun menyamarkan identitasnya menjadi Ande Ande Lumut. Ande Ande Lumut pun berniat untuk membantu kehidupan janda tersebut dengan cara membatu mencari kayu dan rutinitas lainnya guna menafkahi kehidupan janda tersebut. Ande Ande Lumut juga memiliki 2 Punokawan yang berbadan kecil tetapi memiliki beberapa kelebihan yang setia menemani perjalanannya.

   Di sisi lain, Dewi Sekartaji selaku putri mahkota mencari Asmarabangun. Gunung didakinya, Lembah dilewatinya, Hutan ditelusuriya, Hingga mengikuti kemana angin bertiup demi menemukan sang Panji Asmarabangun. Sebelum perjalanan ersebut, Dewi Sekartaji dibekali sebuah pusaka oleh ibunya. Hingga pada suatu perkampungan, Dewi Sekartaji bertemu dengan Wanita tua dengan ketiga anaknya. Mbok Rondo, adalah nama dari wanita tua tersebut. Ketiga anakya bernama Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klentig Biru. Dewi Sekartaji pun bergabung dengan mereka dan mendapatkan julukan Klenting Kuning.

   Tidak lama setelah itu, Ande Ande Lumut membuat sayembara mencari istri. Berita itupun terdengar oleh Mbok Rondo dan ketiga Klenting. Klenting Kuning yang sedang mencuci juga baru mendengar berita tersebut tetapi dia masih mengingat Panji Asmarabangun. 3 Klentingpun antusias mengikuti sayembara tersebut. Hingga bertemu sungai. Sungai tersebut arusnya deras, gelap nan dalam. Tidak lama muncul riak air yang meluas dengan perlahan hingga muncul mahluk besar. Yuyu Kangkang, berdiri dengan gagah, menawarkan tumpangan dengan syarat mencium pipi kepiting besar itu. Ketiga Klenting itu segera diseberangkan dan bergegas menemui Ande Ande Lumut.

   Beberapa saat setelah  itu, Klenting Kuning sampai di sungai tersebut dan ditawari hal yang sama. Dikareakan harga dirinya, Klenting Kuning menolak tawaran tersebut dan mengancamnya dengan mengacungkan pusaka hingga mengeringkn sungai Brantas. Yuyu Kangkang pun takut dan mengantarnya tanpa imbalan sepeserpun.

   Setibanya disana, Ketiga Klenting tampil menawan, sedangkan Klenting Kuning tampil apa adanya dan sedikit lusuh. Walaupun begitu, Ande Ande Lumut menolak ketiga Klenting dan lebih memilih Klnting Kuning.

   Cerita ini memiliki banyak versi. Tetapi, menurut pengurus museum Airlangga menceritakan versi diatas saat kunjungan. (RED_RAY)

Sumber : https://id.wikipedia.org/

Seni Tari


Hai, Sobat Pio! Tari merupakan ungkapan perasaan manusia. Diungkapkan dalam gerak yang indah. Menari merupakan kegiatan yang banyak manfaatnya. Bagi tubuh menari dapat menyehatkan karena gerakan-gerakannya mirip olahraga. Bagi otak menari sama halnya melatih otak untuk aktif sehingga terjadi di keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Seni sudah ada sejak awal keberadaan manusia. Homo sapiens, nenek  moyang kita yang paling awal yaitu manusia Cro-Magnon (33.000-10.000 SM), membuat lukisan dan mungkin juga musik, tari dan drama. Menggunakan bahan alami dari tmbuh-tumbuhan, manusia pertama tersebut menutupi dinding-dinding gua dengan lukisan binatang buruannya.

      Psikologi seni adalah bagian dri ilmu psikologi yang memfokuskan diri dari pertanyaan – pertanyaan yang beraitan dengan para pendukung dalam proses artistik, yaitu seniman,pengamat, dan kritikus. Diantara ketiganya peran seniman dan pengamat mendapat perhatian terbesar. Seorang psikolog seni terutama tertarik pada proses-proses psikologis yang memungkinan pencipaan dan tanggapan terhadap seni. Bagi jiwa, menari dapat memberi ketenangan karena gerakannya yang kadang lembut kadang  cepat bahkan lucu.

      Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih drai 700 suku bangsa di Indonesia,dapat dilihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia,dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah. Latar belakang  terbentuknya komunitas tari itu sendiri bermula dari hobi seseorang yang berinisiatif untuk membuat sebuah komunitas seni tari.

      Faktor yang berpengaruh, Dalam sudut pandang seni faktor yang berpengaruh terhadap seni itu sendiri bisa dari hobi. Upaya yang dapat meningkatkan prestasi adalah dengan diikut sertakan anak-anak bangsa untuk bisa mengikuti seni tari. Agar di masa yang akan datang tarian-tarian tradisional maupun modern tidak musnah atau hilang tanpa ada yang mengembangkan dan membudidayakan.(RED_MVA)

Sumber : https://www.kompasiana.com

Reog Ponorogo


Hai, Sobat Pio! Pasti kalian tidak asing lagi dengan kesenian ini, iya ini adalah salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Timur. Nama “Reog” berasal dari kata “Reok” yang dalam bahasa Jawa berarti”tarian”. Reog adalah salah satu kesenian tertua yang tetap bertahan dari zaman ke zaman. Reog Ponorogo berfungsi sebagai hiburan rakyat dan mengandung unsur magis. Didalam Reog Ponorogo terdapat penari utama yaitu orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak dengan berat mencapai 50-60 kg. Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengusulkan tiga warisan budaya Indonesia menjadi budaya warisan Unesco. Ketiga budayayang diusulkan antara lain kesenian Reog Ponorogo dari Jawa Timur, alat musik Kolintang dari Sulawesi Utara, dan pakaian tradisional kebaya. Saat ini masih menunggu keputusan dari Unesco dan tiga ini menjadi target penyampaian Indonesia di Unesco, kami berharap keputusannya melalui komite warisan budaya. Agar warisan budaya Indonesia lebih berkembang lagi dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Unesco akan melakukan sidang sekitar bulan Agustus atau bulan September 2024.

Ada dua bentuk Reog Ponorogo saat ini, yaitu Reog Obyong dan Reog Festival. Reog Obyong biasanya dipentasan dijalan dan untuk mengisi acara hajatan, bersih desa dan lainnya. Sedangkan Reog Festival saat ini suah mengalami modifikasi dan dipentaskan sesuai pakem tertentu. Reog Ponorogo menceritakan perang antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Ponorogo. Pada saat raja Ponorogo yang berniat ingin melamar putri Kerajaan Daha yaitu Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan raja Ponorgo dihadang oleh seorang singa barong dari Kerajaan Daha. Disaat itu Kerajaan Ponorogo dikawal oleh warok, warok adalah seorang pria yang berpakaian hitam dan mempunyai ilmu hitam yang mematikan. Sampai saat ini masyarakat Ponorogo masih mengikuti apa yang menjadi warisan budaya mereka.

Apa saja sih tokoh-tokoh dalam Reog? Iya tokoh-tokoh dalam Reog itu ada 5 yaitu:

1. Warok adalah wong kang sugih wewarah, artinya orang yang menjadi warokakan mengajarkan kepada orang lain tentang hidup yang baik.

2. Jathil adalah prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda

3. Bujang Ganong merupakan sosok seorang patih muda yang secara fisik cenderung buruk tetapi memiliki kesaktian dalam dirinya.

4. Klono Sewandono atau bisa disebut raja klono, seorang raja sakti yang sangat ampuh dan kemana saja dia membawa pecut.

5. Singo Barong adalah tokoh dan penari berkepala macan dan didominasikan bulu merak. (RED_FWD)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org

GAMELAN


Hai, Sobat Pio! Kalian pasti tidak asing dengan Gamelan. Gamelan merupakan alat kesenian tradisional Indonesia. Membunyikan alat musik tersebut dengan cara dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul disebut pukulan, barang yang sering diketok disebut ketokan atau kentongan, barang yang sering digembel disebut gembelan, kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul. Gamelan termasuk music perkusif. Perkembangan penggunaan gamelan untuk upacara ritual, bersifat keagamaan, pendidikan, media penerangan, dan lain-lain.

Pada abad-abad permulaan masehi kedatangan perdagangan Tiongkok bukan saja sebagai misi dagang tetapi juga sebagai misi kebudayaan. Dalam jumpa dagang mereka saling bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing, juga sampai pada hal kepercayaan. Kepercayaan Tiongkok mempercayai bahwa roh nenek moyang mereka senang terhadap bunyi-bunyian. Karena alat-alat bunyi-bunyian dipergunakan demikian, maka alat-alat tersebut juga dikeramatkan. Perkembangan dari alat-alat inilah yang menjadi gamelan yang sekarang ini.

Dalam perkembangan unit-unit gamelan, musik-musik etnis di Indonesia 90% jenis musik perkusif artinya memainkannya dipergunakan alat pukul. Alat music etnis ritualis menjadi alat musik religius, kemudian menjadi musik sarana yaitu gamelan untuk dakwah, untuk sarana pendidikan, dan untuk media penerangan. Pada zaman gamelan sebagai sarana ini jumlah unitnya selalu mengalami penambahan antara lain ditambah macam-macam kendang, macam-macam alat musik petik, macam-macam alat musik gesek, bahkan tambur, terbang, jedor, bedug, dan lain-lain masuk kedalam musik gamelan.

Gamelan memang alat untuk mengiringi tari-tarian, gamelan bisa untuk mengiringi semua macam tarian-tarian seperti tarian klasik dan tarian modern. Selanjutnya gamelan dan pemujaan menurut sejarah gamelan mula-mulanya digunakan untuk pemujaan kepada roh-roh halus, maupun roh-roh leluhur atau upacara ritual. (RED_AHA)

Sumber : https://budaya.jogjaprov.go.id

Wayang Sekelik


Hai, Sobat Pio! Apa kalian tahu apa itu Wayang Sekelik? Wayang Sekelik merupakan sastra lisan warahan yang kemudian mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan menjadi bentuk visual, yakni yang kita kenal dengan Wayang Sekelik atau Wayang Saudara. Wayang Sekelik ini berasal dari Lampung. Wayang Sekelik mulai muncul pada tahun 2005, dan mulai berkembang pada tahun itu juga. Dimulai saat salah seorang punyimbang tokoh adat Tulang Bawang Megou Pak mengadakan diskusi mengenai budaya warahan sebagai sastra tutur yang selama ini ditampilkan tanpa penggambaran agar diaktualisasikan melalui wayang, guna mempermudah penonton untuk memahami alur cerita. Budaya wayang ini sebenarnya telah ada dan populer di kalangan masyarakat Lampung sejak lampau akibat akulturasi budaya Jawa dan Lampung. Akan tetapi tidak dikenal luas dengan nama wayang, melainkan dikenal dalam Bahasa Lampung sebagai ‘lineu’ atau bisa diartikan sebagai bayangan.


Secara visual tidak ada perbedaan antara Wayang Sekelik dengan Wayang Jawa. Tapi, bila dicermati lebih dalam ada sejumlah perbedaan. Contohnya, ornamen gunungan dalam Wayang Sekelik menyimbolkan budaya Lampung. Lalu, ada Siger, Siwo Migo atau sembilan marga, serta adanya ornamen pucuk rebung dalam detail wayang. Wayang Sekelik juga memiliki sinden layaknya pementasan Wayang Jawa, dimana saat pementasan akan membawakan lagu sesuai adegan seperti begurau (humor), dan panggeh-ringgeh. Sedangkan untuk tabuhan Wayang Sekelik ini berbeda dengan Wayang Jawa, yang biasanya Wayang Jawa menggunakan gemelan, tetapi Wayang Sekelik diiringi dengan Talo Balak. Dengan berbagai jenis tabuhan sesuai lagu meliputi Tabuh Rajo Menggalo, tabuh layang kasiwan, dan Tabuh Alau-alau semua dimainkan tergantung kondisi serta disesuaikan dengan adegan.


Salah satu sastra lisan Lampung yang sering digunakan sebagai topik menampilkan Wayang Sekelik adalah cerita tentang terbentuknya Kampung Gunung Sugih. Dalam cerita tersebut menggambarkan adanya wilayah Lampung Tengah dahulu kala sebelum bernama Gunung Sugih, yang diberi nama Pulau Apus. Dalam cerita tersebut ada dua lakon utama yaitu Patik Guling Sekaro dan Marskal Sigalang-galang yang berasal dari Sumatera Barat serta Sumatera Utara. Dari penyampaian sastra lisan tersebut, kemudian menjadi lakon dalam Wayang Sekelik. Saat ini mulai berkembang berbagai pementasan yang dilakukan berlandaskan dari cerita-cerita daerah Lampung guna menarik minat masyarakat untuk menyaksikan serta memahami kisah asli Lampung. Harapannya, semoga Wayang Sekelik ini dapat terus terjaga, dan bisa dinikmati dan dicintai masyarakat Lampung. Apa Sobat Pio tertarik untuk ingin tahu lebih dalam lagi tentang Wayang Sekelik? (RED_DEW & RED_NKE)

Sumber : https://www.antaranews.com

Tradisi Pemakaman Unik dan Mengerikan di Tibet


Hai, Sobat Pio! Apakah kalian sudah tau ada tradisi pemakaman unik yang dijalani oleh masyarakat Tibet? yaitu Tradisi Pemakaman Langit. Tradisi pemakaman langit di Tibet ini merupakan ritual tradisional Buddhisme Tibet, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang sudah meninggal. Orang yang masih menjalankan ritual ini adalah Biara Buddha Tibet tradisional yang sangat terpencil didekat Tagong Sichuan Timur Laut. Tempatnya pun berada di puncak gunung, serta dikelilingi oleh lautan bendera doa Tibet dan sebuah lempengan batu. Biasanya manusia ketika sudah meninggal, jasad mereka akan dikubur atau dikremasi. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi sebagian masyarkat Tibet. Tradisi di Tibet ini hanya membiarkan jasad orang yang telah meninggal di alam terbuka. Apabila ada seorang penduduk Tibet meninggal dunia, jasadnya akan dibalut dengan kain putih dan disemayamkan di sudut rumah selama tiga hingga lima hari. Proses pemakaman langit di Tibet selanjutnya akan dilaksanakan oleh biksu atau lama, pemuka spiritual di Tibet, ia akan membacakan ayat-ayat suci kepada jenazah agar jiwa yang meninggal bisa terbebas dari siksaan. Keluarga yang ditinggalkan juga akan menghentikan aktivitas sehari-hari mereka, dan mengusahakan situasi rumah menjadi lebih tenang, agar jiwa yang meninggal mendapat jalan yang aman ke surga. Setelah masa mendoakan usai, anggota keluarga kemudian memilih hari baik untuk pemakaman dan menghubungi rogyapas (pembawa jenazah), untuk melakukan prosesi pemakaman. Sehari sebelum pemakaman, keluarga akan melepas kain yang membungkus jenazah dan memosisikan jenazah meringkuk seperti janin. Pada hari yang telah ditentukan, jenazah dibawa ke puncak gunung. Kemudian, dupa khusus akan dibakar untuk menarik perhatian burung kondor. Pemuka spiritual kemudian melantunkan ayat-ayat suci untuk melebur dosa yang meninggal, sementara rogyapas akan memulai ritual memotong-motong jasad. Ritual pemakaman langit memiliki makna filosofis yang dalam bagi penganut Buddha di Tibet. Masyarakat setempat percaya bahwa ketika burung kondor memakan potongan-potongan jasad dari orang yang meninggal, artinya orang tersebut tidak memiliki dosa dan jiwanya akan pergi dengan tenang ke surga. Sisa-sisa jasad yang tidak dimakan oleh burung kondor, akan dibakar dan Lama akan membacakan doa. Hal ini dilakukan karena sisa-sisa tubuh itu dipercaya akan mengikat jiwa orang yang meninggal dengan dunia.Di Tibet, terdapat dua lokasi yang dikenal sebagai situs pemakaman langit. Pertama adalah Biara Drigung Til, yang terletak di daerah Maizhokunggar. Lokasi kedua adalah Akademi Buddha Larung Gar, yang merupakan akademi Buddha terbesar di dunia. Jadi itulah sekilas informasi mengenai Tradisi pemakaman masyarakat Tibet. ( RED_DEW & RED_NKE)

Sumber : https://www.kompas.com