Sastra Konstektual


Hai, Sobat Pio! Sastra Kontekstual merupakan sastra yang menyuarakan manusia dan persoalan zamannya atau yang mengungkapkan konteks zamannya. Dalam sastra kontekstual, tercermin realitas zaman dan kehidupan sosial zaman yang bersangkutan. Dengan sastra kontekstual, akan terbaca dan terdengar suara manusia zamannya itu yang dibatasi oleh waktu dan lingkungan tertentu. Menurut Arief Budiman, sastra kontekstual adalah sastra yang tidak mengakui keuniversalan nilai-nilai kesusastraan, melainkan hanya mengakui nilai-nilai sastra, terikat oleh waktu dan tempat. Dalam bayangan Arief Budiman kesusastraan Indonesia modern selama ini sudah terlalu lama dicekoki kriteria estetisme dan universalisme kelas menengah Barat sehingga menjadi begitu berat sebelah menganggap hanya yang ditulis dengan selera begitulah yang pantas dianggap sastra. Padahal, sastra yang demikian hanya mewakili pandangan serta selera kelas menengah kota Indonesia yang kebarat-baratan itu. Jacob Sumardjo menegaskan bahwa munculnya gagasan “sastra kontekstual” akhir-akhir ini menarik perhatian, bukan karena ribut-ributnya, tetapi karena mengundang pertanyaan: mengapa gagasan itu bisa timbul? Sastra, kontekstual itu menarik karena memperhitungkan konteks sosial, konteks geografis, dan konteks historis sebagai sebab utama timbulnya sastra, dan bukan faktor kesekian dari sastra. Penulis bukan berasal dari kelompok gagasan, ini tetapi mereka hanya ingin mencoba menjawab secara empiris mengapa gagasan semacam itu bisa timbul. Jadi, kalau sastra kontekstual seperti diinginkan oleh kaum pencetusnya mau nyata di Indonesia, syarat-syarat yang membentuk kondisi itu harus dibangun, yakni domisili sastrawan-sastrawan nasional yang cukup banyak dalam konteks yang dimaksud. Kedua, dibangun pusat penerbitan besar dengan para sastrawan senior atau dibangunnya pusat-pusat kesenian dengan modal yang cukup. Ketiga, pusat baru itu harus memiliki mekanisme komunikasi secara nasional, seperti Jakarta. Penulisan karya sastra memang harus diarahkan kepada pencapaian yang indah. Akan tetapi, persoalannya adalah apakah yang disebut indah itu sama untuk semua orang. Di sinilah muncul gagasan tentang apa yang disebut sebagai sastra kontekstual. Untuk itu, perlu ditegaskan ihwal ‘yang indah’ dan ‘yang berarti’. Yang indah memberi kesan nilai yang indrawi, sedangkan yang berarti mengandung pengertian yang lebih luas. Sastra yang baik adalah sastra yang berarti bagi seseorang. (RED_STI)

Sumber : ensiklopedia.kemdikbud.go.id

Mengenal Sastra Lewat Karya Bapak Sapardi Djoko Damono, Sang Penyair Indonesia


Hai, Sobat Pio! Tahukah kalian, sastrawan terkemuka Indonesia yang telah memberikan warna dan kedalaman dalam dunia sastra khususnya puisi, beliau adalah Sapardi Djoko Damono. Lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta, Sapardi dikenal sebagai penyair yang mampu mengungkapkan perasaan dan pengalaman manusia dengan keindahan bahasa yang sederhana namun mendalam. Karya-karyanya telah menginspirasi banyak generasi dan menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam sastra modern Indonesia. Salah satu ciri khas dari puisi Sapardi adalah kemampuannya untuk menangkap momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari dan mengubahnya menjadi sesuatu yang indah dan bermakna. Dalam puisi-puisinya, ia sering menggunakan bahasa yang lugas dan langsung, sehingga pembaca dapat dengan mudah merasakan emosi yang ingin disampaikan. Karya terkenalnya, “Hujan Bulan Juni” adalah contoh sempurna dari gaya penulisannya yang puitis dan penuh makna.

Dalam puisi ini, Sapardi menggambarkan keindahan cinta dan kerinduan dengan cara yang sangat sederhana namun menyentuh hati.Sapardi juga dikenal karena kemampuannya menggabungkan unsur-unsur alam dengan perasaan manusia. Ia sering menggunakan metafora alam untuk menggambarkan emosi dan pengalaman, menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan. Hal ini terlihat dalam banyak karyanya, di mana ia menggambarkan hujan, bunga, dan elemen alam lainnya sebagai simbol dari perasaan yang lebih dalam. Selain puisi, Sapardi juga menulis prosa dan esai, menunjukkan kemampuannya yang luas dalam dunia sastra. Ia telah menerima berbagai penghargaan atas karyanya, termasuk Anugerah Sastra dari pemerintah Indonesia, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu sastrawan terkemuka di tanah air.Melalui karya-karyanya, Sapardi Djoko Damono tidak hanya mengajak kita untuk menikmati keindahan bahasa, tetapi juga merenungkan makna kehidupan, cinta, dan hubungan antar manusia. Ia mengajarkan kita bahwa sastra adalah cermin dari pengalaman manusia yang universal, yang dapat menyentuh hati dan pikiran kita.

Dengan segala keindahan dan kedalaman yang ditawarkannya, mengenal sastra lewat karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah perjalanan yang memperkaya jiwa. Karya-karyanya akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang, menjadikannya sebagai salah satu pilar penting dalam sastra Indonesia. Mari kita terus membaca dan merayakan karya-karya beliau, karena melalui kata-kata, kita dapat menemukan makna dan keindahan dalam hidup. (RED_NHZ)

Sumber: Kompas.com

Ramadhan Yang Dirindukan


Hai, Sobat Pio! Tahukah kalian pada saat membaca novel dapat meningkatkan kemampuan analitis karena dapat membantu kita untuk menganalisis plot, karakter, dan tema dalam suatu cerita. Pada bulan Maret 2025, umat Muslim melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini menjadi waktu yang dirindukan, banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan di bulan Ramadhan contohnya seperti membaca novel. Salah satu novel untuk mengisi waktu luang di bulan Ramadhan yaitu yang berjudul Ramadhan yang dirindukan. Novel Ramadhan yang dirindukan merupakan karya yang ditulis oleh Igun Winarto. Novel ini menceritakan Dokter Fadli, Perawat Agus, Perawat Fakhrudin dan Perawat Hafid yang merupakan empat tenaga medis yang telah bersahabat sejak kecil. Kesibukan mereka di Rumah Sakit sering kali menyita waktu, tetapi hari Minggu ini menjadi pengecualian. Tidak ada jadwal jaga dan tidak ada panggilan darurat, hanya momen kebersamaan yang langka. Matahari perlahan condong ke barat pertanda Maghrib akan segera tiba. Di sekitar mereka suasana masjid mulai lebih hidup. Beberapa jamaah berdatangan dan sebagian mengambil air wudhu. Ramadhan tinggal menghitung hari, keempat sahabat itu seperti kebanyakan orang yang merasakan getaran berbeda setiap kali bulan suci semakin dekat. Ada yang menanti dengan penuh kerinduan dan menganggapnya sebagai bulan penuh keberkahan. Namun, ada pula yang merasa Ramadhan adalah tantangan berat dan sebuah ujian yang tidak semua orang siap menjalaninya. Sore itu, mereka berbincang tentang Ramadhan yang dinanti dan mengapa ada yang begitu merindukannya.Angin sore yang lembut menyapu bagian depan masjid dan membawa aroma tanah yang mulai mendingin serta semilir wangi bunga kenanga di halaman. Fadli meregangkan tangan dan menghirup udara dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. “Ah Minggu sore begini enaknya di masjid ya, tenang banget,” ujarnya dengan suara pelan yang seakan tidak ingin mengusik keheningan yang begitu damai. Agus tersenyum sambil meminum teh hangat di cangkir kecilnya. Masjid ini selalu menyediakan teh dan air putih setiap sore. Uap teh hangat masih mengepul dan bercampur dengan udara sore yang mulai sejuk. Matanya melihat ke langit yang perlahan berubah warna. “Bulan puasa itu selalu punya suasana yang berbeda, ada ketenangan yang tidak bisa dijelaskan dan Aku selalu merasa lebih dekat dengan Allah,” kata Agus. Fakhrudin bertanya, “Sebenarnya mengapa kita pasti merindukan bulan Ramadan?” Hafid pun menjawab pertanyaan dari Fakhrudin, “Ramadan itu istimewa karena bulan inilah Al-Qur’an diturunkan, sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 185. Allah berfirman bahwa Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang benar dan salah. Selain itu, ada keutamaan berpuasa serta keringanan bagi yang sakit atau dalam bepergian. Allah menghendaki kemudahan dan bukan kesulitan bagi hamba-Nya. Di bulan ini, pahala amalan dilipatgandakan. Rasulullah S.A.W. bersabda bahwa siapa yang melakukan amalan sunnah di Ramadhan maka pahalanya seperti amalan wajib di bulan lain. Dan siapa yang melakukan amalan wajib maka pahalanya seperti tujuh puluh amalan wajib di bulan lain.” (RED_RAD)

Sumber : rsudajibarang.banyumaskab.go.id

Pengaruh Sastra dalam Kehidupan


Hai, Sobat Pio! Kali ini kita akan memahami apa itu sastra. Sastra merupakan jendela dari dunia. Kenapa sastra bisa dikatakan sebagai jendela dunia, karena melalui sastra kita dapat mengetahui berbagai pemikiran, budaya. Sastra bisa memengaruhi kehidupan kita secara mendalam. Meskipun sastra sering dianggap sebagai pemahaman yang berbeda, pemahaman tentang sastra sebenarnya memberi dampak yang sangat berkesan pada beberapa aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu marilah kita memahami tentang sastra. Beberapa manfaat memahami sastra dalam kehidupan sehari-hari antara lain, yaitu sebagai sarana pengembangan diri karena membaca sastra dapat membantu kita untuk mengembangkan diri kita agar dapat lebih baik. Tokoh-tokoh dalam sastra dapat menjadi contoh dan inspirasi kita dalam kehidupan cara mereka menyelesaikan masalah, cara mereka berhasil dan lainnya. Sastra juga dapat membuat kita berempati dan juga toleransi karena dengan membaca sastra kita dapat membuka wawasan tentang kehidupan orang lain. Sastra juga membangun kreativitas dan imajinasi kita karena kita dapat menemukan ide-ide baru dan membantu kita melihat sekitar dengan cara yang lebih berwarna. Sastra merupakan sarana untuk pelestarian budaya karena melalui sastra nilai-nilai dan tradisi luhur dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, sastra juga dapat dijadikan sebagai cerminan sejarah dan juga identitas dari bangsa. Serta yang terakhir, sastra juga bisa dijadikan sebagai sarana hiburan dan juga relaksasi karena dengan membaca novel, puisi, atau cerpen dapat membuat kita menjadi santai membantu kita melepas penat dan juga stres. Sastra dapat membuat kita kedalam imajinasi dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Sastra dapat memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Sastra tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya, menumbuhkan rasa toleransi, meningkatkan kreativitas dan imajinasi, dan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melestarikan budaya. Oleh karena itu marilah kita menjadikan sastra sebagai bagian yang penting dalam kehidupaan kita. Sumber: https://www.kompasiana.com

Lukisan sebagai sumber sejarah


Hai, Sobat Pio! Kali ini kita akan mempelajari tentang lukisan sebagai sumber sejarah. Lukisan merupakan sebuah bentuk ekspresi ide dan emosi yang dituangkan melalui bentuk, garis, warna, dan tekstur. Lukisan dapat dijadikan sebagai sumber sejarah karena merupakan salah satu contoh sumber visual, yaitu sesuatu yang bisa dilihat. Tidak hanya lukisan, namun masih ada sumber visual lainnya yaitu foto, video, dan peta. Salah satu lukisan yang dapat dijadikan sebagai sumber sejarah adalah lukisan gua. Lukisan gua yang berusia ribuan tahun merupakan salah satu sumber sejarah seni lukis dunia. Lukisan gua merupakan refleksi kehidupan manusia pada masa prasejarah yang bergantung pada alam. Lukisan gua menjadi bukti bagi manusia pada jaman sekarang untuk mempelajari kehidupan pada masa itu. Lukisan gua umumnya berbentuk coretan, lukisan, atau cap yang terdapat di dinding gua atau tebing yang dibuat oleh orang-orang jaman dulu sebagai media untuk menyampaikan pesan atau catatan-catatan peristiwa yang terjadi pada jaman itu. Bentuk visual yang terdapat di dinding-dinding gua digunakan sebagai alat komunikasi antar manusia pada jaman itu. Dengan melihat dan menelaah gambar-gambar yang barada di dinding gua kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang mereka lakukan dan bagaimana suasana pada jaman itu. Lukisan yang digambarkan dalam gua pada masa prasejarah merupakan bentuk refleksi dari kehidupan yang dijalani pada masa itu. Kehidupan mereka pada masa itu masih sangat bergantung pada alam. Gua sebagai tempat tinggal dijadikan sebagai salah satu tempat untuk mengekspresikan perjalanan hidup mereka pada saat itu. Lukisan pada dinding gua merupakan sebuah ungkapan kata-kata manusia pada masa itu yang ingin disampaikan kepada masyarakat lainnya yang pada akhirnya menjadi bukti bagi manusia jaman sekarang untuk mempelajarinya. Lukisan pada jaman tersebut juga dijadikan sebagai inspirasi bagi pelukis untuk membuat sebuah karya seni lukisan dalam bentuk dan bahan yang berbeda-beda. Nah, Kalian sudah tahukan kenapa lukisan dapat dijadikan sebagai sumber sejarah. Di dalam sebuah karya lukisan selalu ada cerita yang ingin disampaikan oleh pembuat lukisan kepada orang-orang lain. Karena itulah lukisan dapat digunakan sebagai sumber sejarah. Kita bisa mengambil banyak manfaat dengan meneliti dan mengetahui isi yang disampaikan dalam sebuah karya lukisan. (RED_NDY&RED_KEY)Sumber: https://id.wikipedia.org

Rasa Yang Mati


Hai, sobat Pio! Kali ini kita akan membahas tentang rasa yang mati. Apakah kalian tahu apa itu rasa yang mati? Rasa yang mati atau sering dikenal mati rasa merupakan proses mental dan emosional untuk menutupi perasaan yang sedang dirasakan dan tidak ingin mengekspresikan perasaannya. Penyebab mati rasa yang paling umum adalah depresi dan kecemasan. Kali ini kita akan mempelajari tentang mati rasa karena cinta. Kebanyakan orang berpikir bahwa berada dalam hubungan asmara akan membuatnya merasa berada di puncak dunia. Namun banyak orang merasa mati rasa dalam hubungan asmara ketika mereka mengalami peristiwa traumatis. Hal ini mungkin terjadi di hubungan sebelumnya dimana menjalani hubungan yang toxic. Orang yang mengalami mati rasa cenderung menghindari apa yang mereka rasakan dan tidak menunjukkan apa yang mereka rasakan.

Ada beberapa tanda seseorang mengalami mati rasa antara lain, kehilangan motifasi untuk melanjutkan hidup, sulit mengetahui apa yang dirasakan diri sendiri, cenderung menyendiri dan jauh dari keramaian, merasa datar secara fisik maupun emosional, sulit merasakan kebahagiaan atau kesenangan, dan kehilangan minat melakukan pekerjaan, orang dengan hati yang mati akan cenderung menolak dan menghindari apa yang mereka rasakan bahkan sampai mereka tidak menyadari kondisi yang mereka alami. Penyebab orang mengalami mati rasa adalah perasaan cemas, gangguan kepribadian, duka, obat-obatan, depresi, pelecehan mental, pelecehan fisik, stress yang luar biasa, gangguan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), dan gangguan mental. Ada penyebab pasti ada cara untuk mengatasinya. Beberapa cara untuk mengatasi mati rasa adalah dengan mencari tahu dan mengobati penyebab yang mendasarinya, memulai berinteraksi dengan orang terdekat, dan tidur yang cukup.

Nah, jadi gimana, apakah kalian sudah mengerti apa itu mati rasa karena cinta? Kalian harus menghindari hal tersebut dengan perbanyak berinteraksi dengan orang lain, berolahraga, membaca buku, dan melakukan hal positif lainnya. Apabila kalian menghindari penyebab tersebut kalian bisa hidup dengan normal dan tanpa tekanan. Karena kita tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. (RED_NDY&RED_KEY)

Sumber: https://www.klikdokter.com

Alih Wahana Puisi “Aku Ingin” ke Film Cinta dalam Sepotong Roti


Hai, Sobat Pio! Perubahan bentuk kesenian ke kesenian lain seperti pengubahan novel ke dalam film atau pengubahan puisi ke dalam lagu disebut sebagai alih wahana yang secara teori dapat bernama ekranisasi, musikalisasi, dramatisasi, atau novelisasi. Salah satu contohnya yaitu puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono yang dialih wahanakan menjadi film “Cinta dalam Sepotong Roti” karya Garin Nugroho.

Puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono sudah jadi bagian dari kehidupan banyak orang di Indonesia. Dengan kata-kata yang sederhana, puisi ini berhasil menggambarkan cinta yang tulus dan tidak berlebihan. Baris “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana” pasti sering terdengar, terutama saat orang sedang berbicara tentang cinta yang murni dan apa adanya.

Nah, pada tahun 1991, Garin Nugroho, seorang sutradara yang juga punya cara pandang unik terhadap seni, terinspirasi oleh puisi ini dan mengadaptasinya ke dalam film berjudul Cinta dalam Sepotong Roti. Alih wahana ini, atau transformasi dari puisi ke film, dilakukan Garin dengan sangat hati-hati, memastikan bahwa esensi dari puisi “Aku Ingin” tetap hidup dalam bentuk yang berbeda.

Film ini tidak hanya mencoba memvisualisasikan apa yang ada di puisi Sapardi, tetapi juga memperluas maknanya. Cinta dalam Sepotong Roti menceritakan tentang perjalanan cinta dan pencarian makna hidup dari sekelompok sahabat. Garin menggunakan elemen-elemen visual yang memukau, serta dialog yang puitis untuk menangkap dan memperkaya nuansa yang ada di dalam puisi “Aku Ingin”.

Garin berhasil menangkap keindahan dan kesederhanaan yang ada di dalam puisi tersebut, lalu mengembangkannya menjadi sebuah narasi film yang lebih luas. Dengan cara ini, Garin tidak hanya menghormati karya asli Sapardi, tetapi juga memberikan kesempatan kepada penonton untuk merasakan puisi tersebut dengan cara yang berbeda.

Alih wahana ini membuktikan bahwa sebuah puisi yang sederhana bisa berkembang menjadi sebuah karya film yang kaya akan emosi dan makna. Cinta dalam Sepotong Roti pun menjadi bukti bahwa seni memang bisa menjelma dalam berbagai bentuk, tetap menyentuh hati, dan selalu punya cara baru untuk dinikmati. (RED_DEW)

Sumber: https://lib.ui.ac.id

Hujan Bulan Juni


Hai, Sobat Pio! Kalian udah pernah baca atau dengar cerita ini belum? Kalau belum yuk baca ceritanya seru loh. Ada seorang dosen perempuan yang masih muda berasal dari Indonesia dan berkesempatan belajar di Universitas Sastra di Jepang, dosen muda tersebut bernama Pingkan (Velove Vexia). Seorang laki-laki yang bernama Sarwono atau Adipati Dolken bersedih karena harus ditinggal Pingkan selama dua tahun. Pada suatu hari, Sarwono ditugaskan oleh atasannya ke Universitas Sam Ratulangi, Manado. Sarwono membawa Pingkan sebagai guidenya selama di Manado. Disana Pingkan bertemu keluarga besar dari almarhum ayahnya. Setelah sampai di Manado mereka berdua sempat jalan- jalan dan keliling desa bersama keluarga dari Pingkan.

Pingkan mulai dipojokkan dengan pertanyaan terkait hubungannya dengan Sarwono. Bukan masalah perbedaan yang di mata mereka sangat besar dan bukan mereka tidak menyadari juga, akan tetapi mereka sudah nyaman di dalam ruangan kedap suara selama bertahun tahun, yang mereka sebut dengan cinta atau kasih sayang. Apakah ini menjadi jalan perpisahan mereka? Selain perlu menyelesaikan masalah di depan keluarga Pingkan, mereka juga harus bertahan selama dua tahun yang berbeda negara. Mereka berdua harus selalu saling menjaga perasaan meski berbeda negara. Sarwono takut jika Pingkan memiliki perasaan kepada orang jepang atau mahasiswa yang ada disana. Tetapi Pingkan yakin bahwa dia akan tetap selalu cinta kepada Sarwono.

Kita bisa mengambil pelajaran dari cerita ini, bahwasanya jika dua insan berkomitmen dan saling melengkapi mereka tidak akan pernah berpisah meskipn berbeda negara. Dua insan tersebut akan saling menjaga hati pasangannya. Seperti puisi Hujan Bulan Juni.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

(1989)

– Sapardi Djoko Damono (RED_FWD)

Sumber : https://id.wikipedia.org https://tirto.id

Kisah Putri Ular


Hai, Sobat Pio! Kalian tau nggak sih apa itu Kisah Putri Ular? Yuk, Simak Artikel berikut ini. Suatu negeri di kawasan Simalungun, dipimpin oleh seorang raja yang baik dan arif. Raja tersebut memiliki seorang putri yang cantik jelita hingga berita kecantikan putri itu diketahui seluruh pelosok negeri. Termasuk seseorang raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerjaan ayah sang putri.

Mendengar kabar tersebut, raja muda yang tampan itu berniat untuk melamar sang putri. Keesokan harinya rombongan utusan raja muda datang ke tempat tinggal sang putri. Sesampainya di sana, mereka segera menyampaikan pinangan dari rajanya dan dengan sukacita diterima oleh ayah sang putri. Raja muda sangat gembira mengetahui pinangannya diterima. Malamnya, sang raja memberitahukan pada putrinya bahwa ada seorang raja muda yang meminangnya. Dengan malu-malu, putri mengangguk bersedia. Sang raja mengingatkan putrinya untuk menjaga diri baik-baik agar tidak terjadi sesuatu yang dapat membatalkan pernikahan.

Suatu hari, sang putri pergi mandi ditemani beberapa orang dayang-nya di sebuah kolam yang berada di belakang istana. Setelah beberapa saat berendam, sang putri duduk di atas batu di tepi kolam sambil membayangkan betapa bahagianya saat pernikahan nanti. Saat sang putri asyik mengkhayal, tiba-tiba angin bertiup kencang dan sebuah ranting pohon yang ujungnya tajam mendadak jatuh tepat mengenai hidungnya dan menjadi luka.

Sang putri panik membayangkan pernikahannya dengan raja muda akan gagal. Pikiran itu terus berkecamuk di kepalanya hingga sang putri pun jadi putus asa. Sambil menangis, ia berdoa minta dihukum atas perbuatannya tersebut. Tidak lama kemudian, petir menyambar dan seketika kaki sang putri mengeluarkan sisik.

Sisik tersebut semakin merambat ke atas. Dayang-dayangnya kaget dan segera memanggil kedua orang tua putri. Sesampainya di kolam pemandian, mereka sudah tidak melihat sang putri. Yang tampak hanya seekor ular besar yang bergelung di atas batu. Ular besar penjelmaan sang putri pun segera pergi meninggalkan mereka dan masuk ke dalam semak belukar. Sang raja dan permaisuri beserta dayang-dayangnya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun menyesali nasib malang sang putri. Pesan moral dari kisah ini adalah berhati-hati dengan permohonan. Hal apapun yang membuat kalian sedih, jangan sampai bermohon untuk sesuatu yang buruk. (RED_RSM)

Sumber : https://www.detik.com

Pentingnya Pengalaman Sastra pada Guru Pendidikan Bahasa


Hai, Sobat Pio! Guru merupakan seorang pendidik yang mempunyai kewajiban mendidik peserta didiknya sesuai dengan bidang keilmuan yang dia punya tetapi setiap guru mata pelajaran memiliki keunikan tersendiri dimana ada guru yang mempunyai kefokusan dalam beberapa disiplin ilmu seperti guru IPA memiliki tiga jenis yakni guru dalam bidang fisikanya saja, guru biologi dan guru kimia namun masih adakah beberapa guru yang harus mencakup dua disiplin ilmu sekaligus yakni guru bahasa dan sastra indonesia dimana guru ini harus mempunyai dan menguasai dua ranah sekaligus yakni dalam bidang bahasanya meliputi linguistik dan ranah sastranya.

Hal ini yang menjadi timbulnya problematika dalam pembelajaran sastra dimana dalam beberapa guru bahasa dan sastra di Indonesia mengalami kendala dalam proses pembelajaran sastra dimana salah satu masalahnya guru memiliki kekurangan dari segi pengalaman dan pemahaman dalam ranah sastranya daripada ranah bahasa hal ini di buktikan dalam beberapa jurnal pembelajaran sastra yakni jurnal ” Kompetensi Kesusastraan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Wilayah Tanggerang Selatan” kemudian ada pula dalam artikel ilmiah yang berjudul “Sejumlah Masalah Pengajaran Sastra” dimana disebutkan kesediaan guru sastra hanya 18,4% sedangkan guru bahasa ialah 55,6% dan guru yang minat keduanya ialah 26.0% hal ini disebabkan karena sebagian guru hanya tertarik dalam ranah bahasa, mengajarkan sastra lebih menyita perhatian ekstra dan kurang mampu dalam mengajarkan sastra.

Dari riset tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan guru sastra memang kurang tentu perlu kita sadari darimana problematika ini bisa terjadi berdasarkan pengalaman yang saya alami sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra indonesia saya merasa pembelajaran dalam kuliah pun lebih menekankan pada aspek pendidikan dan bahasa sedangkan sastra kurang diperhatikan karena mata kuliah sastra cenderung sedikit dibandingkan mata kuliah yang berkaitan dengan ranah pendidikan dan bahasa hal ini bisa menjadi faktor ketidakseimbangan seorang calon pendidik. 

Dari paparan diatas dapat disimpulkan problematika kompetensi guru dalam pembelajaran sastra ialah disebabkan oleh kurangnya SDM, fasilitas, kurikulum dan minat sedangkan solusinya ialah dengan memperbaiki kurikulum, mengadakan program pemberdayaan budaya sastra, menekankan pembelajaran disiplin ilmu sastra, dan penyediaan fasilitas sastra.(RED_MVA)

Sumber : http://Kompasiana.com