ОНИОН КРАКЕН ТОР МАГАЗИН


Официальный сайт КРАКЕН: http://kraken2tr7eohw6acwwp2apxtgqtoy67gzggozvuzmglc7yq35ysboad.onion/ (заходить через Tor Browser)

Что такое Kraken?

Kraken – это онлайн-рынок в даркнете, который стал одним из крупнейших в России после закрытия Hydra. Здесь можно найти широкий ассортимент товаров и услуг, включая наркотики, поддельные документы, услуги по отмыванию денег и многое другое.

Как работает Kraken?

Для доступа к Kraken пользователи используют браузер Tor с луковой маршрутизацией. После регистрации им необходимо пополнить свой биткойн-баланс, с которого будут списываться средства при совершении покупок у продавцов на платформе.

Безопасность на Kraken

Как и на любом другом даркнет-рынке, на Kraken существуют определенные риски. Пользователи должны быть осторожны и следить за своей конфиденциальностью, чтобы избежать попадания в неприятные ситуации.

Заключение

Kraken – это место, где можно найти различные товары и услуги, недоступные в обычных интернет-магазинах. Однако, прежде чем совершать покупки на этой платформе, стоит хорошо подумать о своей безопасности и принять необходимые меры предосторожности.

AI Generasi Baru


Hai, Sobat Pio! Tahukah kamu kalau kecerdasan buatan atau AI sekarang sudah masuk ke level yang jauh lebih keren dibanding beberapa tahun lalu? Kalau dulu, AI hanya dikenal sebagai teknologi pintar yang sekadar menjawab pertanyaan sederhana, sekarang AI generasi baru dapat diajak berfikir bersama, membuat karya, bahkan membantu pekerjaan kita sehari-hari. AI generasi baru ini mempunyai peran penting di dunia modern, mirip dengan lebah yang jadi penyerbuk alami dalam ekosistem. Kalau lebah membantu tumbuhan menghasilkan buah, AI hadir untuk membantu manusia menghasilkan solusi cepat dan kreatif. Dari sekolah, kantor, sampai hiburan, AI makin sering kita temui tanpa kita sadari. Misalnya, saat kita meminta rekomendasi film di aplikasi, atau saat pakai fitur terjemahan otomatis, di situ AI bekerja untuk mempermudah hidup kita.

Salah satu kehebatan AI digenerasi baru adalah kemampuan mandirinya. Teknologi ini berkembang menjadi hal yang disebut agen AI. Bayangkan ada “teman digital” yang bisa bekerja tanpa terus-menerus diperintah. Agen AI dapat membuat jadwal, menyusun laporan, sampai mendeteksi masalah di sistem komputer. Jadi, banyak perusahaan mulai mengandalkan agen AI sebagai semacam karyawan virtual yang tidak pernah kenal dengan kata lelah. Selain mandiri, AI terbaru juga makin kreatif. Dengan teknologi AI generatif, ia dapat membuat tulisan, musik, gambar, bahkan video. Lebih kerennya lagi, sekarang ada AI multimodal yang bisa memahami teks, suara, dan gambar sekaligus. Jadi, ngobrol sama AI makin terasa natural, seperti ngobrol dengan teman sungguhan. AI generasi baru juga lebih personal. Kalau kamu sering ngomong pakai bahasa campuran, AI dapat ikut menyesuaikan. Kalau kamu suka genre musik tertentu, AI akan kasih rekomendasi sesuai selera. Jadi semakin sering digunakan, semakin paham juga dengan kebiasaan kita.

Tapi, Ada hal penting yang perlu kita ingat, yaitu etika dan keamanan. Karena AI dapat membuat konten yang sangat mirip dengan buatan manusia, ada risiko penyalahgunaan seperti hoaks atau deepfake. Itu sebabnya, banyak negara mulai membuat aturan baru agar AI digunakan secara sehat dan bertanggung jawab. Di Indonesia sendiri, perkembangan AI juga makin terasa. Ada “Nodeflux” yang mengembangkan teknologi pengenalan wajah, “Svara” yang membuat asisten suara memakai bahasa Indonesia. Bahkan, pemerintah juga sudah menyiapkan program Indonesia AI 2045 untuk mendorong anak muda agar siap bersaing di dunia digital. Semua ini menunjukkan bahwa AI generasi baru bukan cuma alat bantu, tetapi juga partner cerdas yang siap menemani kita belajar, bekerja, dan berkarya. (RED_DRS)

Sumber: https://teknologi.bisnis.com

Eksistensi Geguritan di Era Digital


Hai, Sobat Pio! Geguritan adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang mengekspresikan perasaan, pikiran, dan gagasan penyair dengan bahasa yang padat, indah, dan imajinatif. Sejak dahulu, geguritan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga sebagai sarana pendidikan, penyampaian nasihat, dan refleksi kehidupan masyarakat. Bahasa yang dipakai dalam geguritan mengandung keindahan sekaligus filosofi yang menggambarkan pola pikir orang Jawa. Akan tetapi, memasuki era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi, keberadaan geguritan sering kali dipandang sebelah mata. Generasi muda lebih banyak disibukkan dengan media sosial, game daring, dan konten cepat saji, sehingga perhatian terhadap sastra tradisional ini berangsur menurun. Meski demikian, geguritan tetap relevan karena nilai-nilai yang dikandungnya bersifat universal, seperti pesan moral, penghormatan kepada orang tua, cinta tanah air, serta ajakan menjaga alam. Nilai tersebut tidak tertelan oleh waktu dan selalu dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Era digital sebenarnya bukan hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar untuk memperkuat eksistensi geguritan. Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai sarana kreatif untuk mengenalkan karya sastra ini kepada generasi sekarang. Media sosial seperti YouTube, TikTok, maupun Instagram dapat dijadikan ruang baru untuk menyajikan geguritan dengan cara yang lebih menarik dan mudah diterima. Pembacaan geguritan bisa dipadukan dengan musik modern, animasi, atau visual yang menarik, sehingga mampu mengundang perhatian masyarakat luas. Dengan demikian, geguritan tidak lagi dipandang sebagai karya kuno yang tertutup, melainkan karya yang adaptif serta terbuka terhadap perkembangan zaman. Bahkan melalui platform digital, geguritan dapat menjangkau audiens yang lebih luas, tidak terbatas pada masyarakat Jawa saja, melainkan juga generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia.
Selain peran teknologi, dukungan dari dunia pendidikan dan komunitas budaya sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan geguritan. Guru dapat mendorong siswa menulis atau membaca geguritan dalam kegiatan pembelajaran, sementara komunitas seni dapat mengadakan lomba, festival, atau workshop yang memanfaatkan media digital. Upaya ini akan menumbuhkan rasa bangga sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah derasnya arus globalisasi. Pada akhirnya, eksistensi geguritan di era digital sangat bergantung pada kesadaran bersama untuk memadukan tradisi dengan inovasi. Jika masyarakat mampu menghargai warisan budaya sembari memanfaatkannya secara kreatif melalui teknologi, maka geguritan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan semakin dikenal. Warisan ini tidak boleh berhenti sebagai catatan sejarah, melainkan harus terus hidup agar generasi mendatang dapat merasakan keindahan serta kearifan yang terkandung di dalamnya. (RED_ZHR)
Sumber : https://fib.uns.ac.id

Menggantikan atau Mendampingi? AI dan Transformasi Peran Guru Masa Depan


Hai, Sobat Pio! Di era digital ini, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) semakin meluas termasuk dalam ranah pendidikan. Pertanyaannya kemudian muncul, Apakah AI akan menggantikan guru, atau justru memperkuat peran mereka? Berbagai riset dan implementasi menunjukkan bahwa AI bukanlah ancaman bagi profesi guru, melainkan alat bantu untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pendidikan.Beberapa inovasi dari AI, seperti automated grading, intelligent tutoring systems, dan asisten virtual jelas memperlihatkan kemampuan AI untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin guru. Misalnya, AI dapat membantu pengoreksian tugas, rekaman absensi, dan penyusunan laporan perkembangan siswa. Ini membawa dampak signifikan terhadap pengurangan beban administratif, sehingga guru memiliki waktu lebih banyak untuk fokus pada interaksi dengan siswa . Siswa harus diajarkan bersikap kritis dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi AI. Tidak hanya itu, mereka juga harus memahami etika, privasi, dan bagaimana mengolah serta menganalisis sistem yang diberikan oleh teknologi AI. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI, seperti pemalsuan Informasi. Perlu diketahui, tidak semua siswa memiliki pemahaman yang cukup dalam teknologi AI, oleh karena itu perlu membekali siswa dengan pengetahuan yang cukup untuk masa depan.Dengan algoritma pembelajaran adaptif (adaptive learning), AI dapat menyesuaikan materi dan tingkat kesulitan sesuai karakteristik masing-masing siswa memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif daripada metode satu-ukuran-untuk-semua. Lebih dari itu, riset juga menunjukkan bahwa AI mampu mendukung pendidikan inklusif, seperti menyediakan fitur penerjemahan real-time dan dukungan bahasa untuk siswa berkebutuhan khusus atau multibahasa. Interaksi manusia—seperti motivasi, pemahaman emosional, dan pengelolaan dinamika kelas—masih menjadi wilayah yang belum bisa dijangkau AI. Guru bukan hanya pendidik, tetapi juga penginspirasi, mediator sosial, dan pembimbing moral. Sebagaimana diungkap dalam riset, kemampuan ini sangat penting dan memerlukan kehadiran guru secara langsung . AI belum mampu membangun hubungan emosional, memahami konteks humaniora, atau menjadi teladan yang meresap dalam hati siswa.AI bukan lawan, melainkan sekutu strategis bagi dunia pendidikan. AI mengelola tugas rutin dan menyajikan data personalisasi, sementara guru menghadirkan sentuhan manusia motivasi, bimbingan karakter, dan pengalaman pembelajaran kontekstual. Untuk mewujudkan sinergi ini, dibutuhkan Infrastruktur teknologi inklusif, Pelatihan literasi AI bagi guru, Regulasi etis dan perlindungan data kuat. Dengan sinergi yang seimbang, masa depan pendidikan akan semakin efisien, menarik, dan mendalam—mempersiapkan generasi muda yang mampu bersaing di dunia kerja yang makin dipengaruhi AI. (RED_NHZ)Sumber : goodnewsfromindonesia.com

Cermin Jiwa dan Pencipta Warisan Budaya


Hai Sobat Pio!, Sastra merupakan cermin yang merefleksikan dinamika kehidupan manusia dengan segala perasaan, pikiran, dan pengalaman yang tersaji melalui untaian kata. Setiap karya sastra selalu menyimpan keindahan dan makna mendalam, membangkitkan emosi serta menggerakkan imajinasi pembacanya. Dalam setiap bait puisi maupun prosa, sastra tidak hanya menjadi medium pengungkap perasaan, tetapi juga jembatan penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dalam sejarahnya, sastra telah menjelma menjadi sarana untuk menyampaikan pesan moral, kritik sosial, dan pemikiran mendalam terhadap perubahan zaman. Penulis-penulis besar Indonesia, seperti Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, dan Sapardi Djoko Damono, telah menorehkan karya-karya yang mampu memengaruhi perkembangan peradaban bangsa.

Mereka tidak hanya mencurahkan imajinasi, melainkan juga menyisipkan nilai-nilai kemanusiaan, keberanian, dan keadilan dalam setiap kisah yang mereka rangkai. Karya-karya tersebut tetap relevan sebagai sumber inspirasi dan renungan bagi pembacanya.Sastra memiliki keunikan dalam menyatukan berbagai lapisan masyarakat. Melalui narasi yang disusun dengan keindahan bahasa dan kedalaman makna, sastra mampu menjembatani perbedaan latar belakang, budaya, dan pandangan hidup. Dengan demikian, sastra menjadi bentuk pelestarian budaya yang sangat berharga dan berfungsi sebagai alat penyuluhan bagi generasi muda untuk lebih memahami akar budaya mereka serta mencari jati diri. Pesan moral yang terkandung dalam setip karya sastra tidak lekang oleh waktu, menjadikannya pedoman dalam kehidupan yang terus berkembang. Selain menyajikan cerita yang mendalam, sastra juga memberikan gambaran obyektif tentang realitas kehidupan. Setiap kata dan kalimat yang disusun dengan cermat mencerminkan kepekaan penulis terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat. Melalui karya sastra, individu diajak untuk merenungi keberadaan diri serta mencari makna yang tersembunyi di balik perjalanan hidup.

Proses membaca dan mengkaji karya sastra memberikan ruang bagi pembaca untuk menggali emosi dan intelek secara bersamaan, sehingga membuka kesempatan untuk pemahaman yang lebih luas mengenai kehidupan.Dalam era teknologi dan globalisasi saat ini, keberadaan sastra tetap menjadi bagian integral dalam menjaga identitas bangsa. Masyarakat perlu menghargai serta melestarikan karya-karya sastra sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi. Dengan membaca karya sastra, kita tidak hanya menyusuri sejarah dan tradisi, tetapi juga memperdalam pemahaman terhadap kompleksitas perjalanan hidup yang tak pernah berhenti berubah. Semangat inilah yang harus terus dijaga agar nilai-nilai luhur dalam sastra dapat terus menginspirasi generasi mendatang. (RED_MHR)

Sumber: tempo.co

Sejarah Lahirnya Pancasila


Hai, Sobat Pio! Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta dengan kata “panca” berarti lima dan “sila” berarti dasar. Jadi, Pancasila adalah lima dasar yang menjadi dasar negara dan pedoman hidup bagi kita sebagai bangsa Indonesia.Pancasila lahir melalui proses yang panjang dan melibatkan diskusi serta musyawarah oleh para pendiri bangsa. Gagasan tentang dasar negara Indonesia mulai muncul ketika Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Saat itu, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 setelah menjanjikan kemerdekaan Indonesia. Tugas utama BPUPKI adalah merumuskan dasar negara yang akan menjadi fondasi bagi Indonesia setelah kemerdekaan. Sidang BPUPKI pertama yang berlangsung pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945 dengan banyak munculnya usulan mengenai dasar negara yang termasuk dari tiga tokoh utama yaitu Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengusulkan lima dasar negara dalam pidatonya yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat. Soepomo sebagai salah satu anggota BPUPKI juga memberikan pandangannya tentang dasar negara dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945 dengan mengusulkan prinsip Persatuan, Kekeluargaan, Kebudayaan, Keadilan Sosial dan Ketuhanan. Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato yang memperkenalkan lima prinsip dasar yaitu Kebangsaan Indonesia, Peri Kemanusiaan, Mufakat, Kesejahteraan Sosial dan Ketuhanan yang Berkebudayaan. Setelah usulan dari para tokoh utama, BPUPKI membentuk sebuah panitia kecil yang dikenal sebagai Panitia Sembilan yang bertugas untuk merumuskan naskah dasar negara dengan anggotanya yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Achmad Soebardjo, Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso, Wahid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir dan A.A. Maramis. Setelah diskusi dan usulan-usulan tersebut, Panitia Sembilan menghasilkan rumusan awal Piagam Jakarta pada tanggal 22 juni 1945 yang berisi tentang Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Namun, kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Yang Maha Esa” pada tanggal 18 Agustus 1945 demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Setelah perdebatan dan penyesuaian, Pancasila akhirnya disahkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 dengan rumusan Pancasila yang kita kenal saat ini. (RED_RAD)Sumber : ruangguru.com

Jejak Mbah Wasil Penyebar Agama Islam Pertama Di Kediri


Hai, Sobat Pio! Pangeran Mekah atau Syekh Wasil Syamsudin konon merupakan penyebar agama Islam pertama di Kediri tepatnya di Kelurahan Setono Gedong, Kecamatan Kota Kediri. Masyarakat khususnya warga Kediri biasa menyebutnya Mbah Wasil. Dipanggil Mbah Wasil karena beliau sering memberikan wasil Ahli bertutur sapa dan berpetuah yang baik.Syekh Wasil Syamsudin diperkirakan masuk ke wilayah Kediri saat masa pemerintahan Raja Sri Aji Jayabaya di abad ke-10. Masyarakat percaya Syekh Wasil berasal dari Istanbul, Turki. Beliau tidak serta-merta menyebarkan agama Islam. Beliau memulai dakwah melalui pendekatan kepada masyarakat hingga bisa diterima dengan baik. Masyarakat kemudian memberinya gelar Pangeran Mekah. Namun sebutan Mbah Wasil paling akrab diucapkan masyarakat setempat. Selain menjadi tokoh besar penyebaran agama Islam pertama kali, sosok Syekh Wasil Syamsudin konon juga merupakan guru spiritual Raja Kediri Sri Aji Jayabaya. Bahkan kedekatannya dengan Raja Kediri itu disebut-sebut membuahkan ramalan masa depan atau sebuah kitab pusaran yang dikenal dengan Jongko Joyoboyo.Pada masa masuknya pemerintahan Sri Aji Joyoboyo, mereka ada hubungan emosional yang mengatakan Mbah Wasil merupakan guru spiritual Sri Aji Joyoboyo. Hal itu juga dibuktikan dengan keberadaan situs-situs berupa arca yang ada di sekitar Setono Gedong yang lebih dahulu ada dibandingkan dengan keberadaan Islam di wilayah Kediri. Dahulu kawasan Setono Gedong merupakan tempat sesembahan bagi kaum kepercayaan tertentu sebelum Pangeran Mekah menyebarkan Islam di Kediri. Setelah Islam berkembang di sana, kawasan itu menjadi tempat penyebaran Islam. Yakni dengan dibangunnya Masjid Setono Gedong dan adanya makam Syekh Wasil Syamsudin yang berlokasi di Jalan Dhoho, Kota Kediri. Kawasan pemakaman ini juga dikenal masyarakat Kediri dengan sebutan Setono Gedong yang berarti sesuatu makam yang besar. Makam Syekh Al Wasil Syamsudin selalu menjadi kunjungan peziarah dari Kediri maupun luar Kediri yang datang untuk mencari berkah. Pengunjung yang datang dari luar Kediri sebagian besar berasal dari Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Tulungangung, Blitar, Bali dan Malang. (RED_RAD)Sumber : detik.com

Bakso Ikon Kuliner Indonesia yang Menggugah Selera


Hai, Sobat Pio! Bakso merupakan salah satu makanan yang sangat populer di Indonesia dan telah menjadi bagian dari budaya kuliner masyarakat. Makanan berbentuk bola daging ini memiliki sejarah panjang yang berawal dari Tiongkok pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Cerita menyebutkan bahwa seorang pemuda bernama Meng Bo menciptakan bakso sebagai bentuk bakti kepada ibunya yang sudah renta, dengan mengolah daging menjadi tekstur lembut menyerupai mochi agar mudah dikonsumsi ibunya. Bakso kemudian dibawa ke Nusantara oleh para pedagang Tionghoa dan mengalami adaptasi sesuai dengan kondisi lokal. Nama “bakso” sendiri berasal dari bahasa Hokkien “bak-so” yang berarti daging giling, namun di Indonesia bahan baku bakso lebih umum menggunakan daging sapi, ayam, atau kambing, menyesuaikan dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam Proses adaptasi ini juga meliputi perubahan rasa dan penyajian; bakso di Indonesia biasanya disajikan dengan kuah kaldu yang gurih dan berbagai pelengkap seperti mie, tahu, dan pangsit, berbeda dengan versi asli Tiongkok yang cenderung lebih sederhana.

Keberagaman bakso di Indonesia sangat kaya, dengan berbagai varian yang mencerminkan kekayaan budaya dan rempah lokal. Beberapa jenis bakso yang populer antara lain bakso urat, bakso telur, bakso ikan, dan bakso Malang yang terkenal dengan kuah kaldu kentalnya. Bahkan beberapa daerah seperti Wonogiri, Solo, dan Malang dikenal sebagai “kota bakso” karena keunikan dan kelezatan bakso khasnya. Bakso juga memiliki peran sosial yang kuat dalam masyarakat Indonesia. Makanan ini sering menjadi pilihan dalam berbagai kesempatan, mulai dari perayaan keluarga hingga acara resmi. Momen makan bakso bersama juga dianggap sebagai simbol kebersamaan dan keakraban antarwarga.

Di era modern, bakso terus berkembang dengan hadirnya produk bakso siap saji berkualitas tinggi yang memudahkan konsumen untuk menikmati bakso di rumah. Misalnya, produk Kimbo Bakso Sapi Istimewa yang menggunakan daging sapi berkualitas dan proses higienis, memungkinkan kreasi kuliner bakso yang beragam di dapur rumah. Dengan sejarah yang kaya dan variasi yang beragam, bakso bukan hanya sekadar makanan, melainkan juga cerminan akulturasi budaya dan simbol kebersamaan masyarakat Indonesia. Dari warung pinggir jalan hingga restoran mewah, bakso tetap menjadi hidangan favorit yang menghangatkan perut sekaligus hati banyak orang di Tanah Air.(RED_NHZ)

Sumber: Kimbo.com

Revolusi Kecepatan Internet yang Mengubah Dunia


Hai, Sobat Pio! Kecepatan internet telah berkembang pesat sejak era dial-up yang lambat, hingga kini dengan kehadiran jaringan 5G yang sangat cepat. Perkembangan ini telah mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan menikmati hiburan. Dari aspek pribadi hingga profesional, revolusi ini telah membawa dampak yang signifikan, mempengaruhi berbagai sektor industri dan meningkatkan kualitas hidup banyak orang di seluruh dunia. Jaringan 5G, yang merupakan generasi kelima dari teknologi seluler, menawarkan kecepatan internet yang jauh lebih tinggi, dengan kecepatan unduh hingga 100 kali lebih cepat dibandingkan dengan 4G. Kecepatan yang lebih tinggi ini membuka banyak peluang baru. Di sektor medis, misalnya, 5G memungkinkan prosedur operasi jarak jauh menggunakan robot canggih, memberikan kemungkinan perawatan kesehatan yang lebih baik di daerah terpencil. Di sektor otomotif, mobil otonom dapat berkomunikasi secara real-time, meningkatkan keselamatan dan efisiensi transportasi. Teknologi ini juga mendukung Internet of Things (IoT), di mana perangkat seperti kulkas, lampu, dan sistem keamanan rumah dapat saling terhubung dan berkomunikasi dengan lebih cepat dan efisien. Kehadiran 5G memungkinkan ekosistem digital yang lebih cerdas dan otomatis, yang meningkatkan kenyamanan serta efisiensi dalam kehidupan sehari-hari. Di dunia kerja, revolusi ini memungkinkan lebih banyak orang untuk bekerja dari rumah atau lokasi manapun dengan kualitas video konferensi yang tinggi dan tanpa gangguan. Ini memberi fleksibilitas lebih besar bagi perusahaan dan karyawan, meningkatkan produktivitas serta menciptakan peluang baru di pasar tenaga kerja global. Di sektor hiburan, kecepatan internet yang lebih tinggi memungkinkan pengalaman streaming film dan game dengan kualitas yang jauh lebih baik tanpa buffering, memberikan hiburan yang lebih imersif. Platform streaming seperti Netflix dan layanan game online kini dapat menawarkan konten berkualitas tinggi yang bisa dinikmati oleh pengguna di seluruh dunia secara lebih mudah. Namun, meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, implementasi teknologi 5G dan peningkatan kecepatan internet juga membawa tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan akan infrastruktur yang lebih kuat dan lebih canggih untuk mendukung jaringan yang lebih cepat. Selain itu, masalah keamanan dan privasi data menjadi perhatian utama, karena data yang diproses dengan kecepatan tinggi juga bisa rentan terhadap kebocoran atau penyalahgunaan. Meskipun demikian, revolusi kecepatan internet ini membuka banyak peluang baru dalam berbagai aspek kehidupan. Ke depan, dengan semakin berkembangnya teknologi 5G dan adopsi yang lebih luas, kita akan terus melihat dampak positifnya di bidang kesehatan, transportasi, hiburan, dan banyak sektor lainnya. Internet yang lebih cepat telah mengubah dunia, dan akan terus menjadi pendorong utama inovasi dan kemajuan teknologi di masa depan.(RED_ARH)Sumber:tribun.news

Sastra Konstektual


Hai, Sobat Pio! Sastra Kontekstual merupakan sastra yang menyuarakan manusia dan persoalan zamannya atau yang mengungkapkan konteks zamannya. Dalam sastra kontekstual, tercermin realitas zaman dan kehidupan sosial zaman yang bersangkutan. Dengan sastra kontekstual, akan terbaca dan terdengar suara manusia zamannya itu yang dibatasi oleh waktu dan lingkungan tertentu. Menurut Arief Budiman, sastra kontekstual adalah sastra yang tidak mengakui keuniversalan nilai-nilai kesusastraan, melainkan hanya mengakui nilai-nilai sastra, terikat oleh waktu dan tempat. Dalam bayangan Arief Budiman kesusastraan Indonesia modern selama ini sudah terlalu lama dicekoki kriteria estetisme dan universalisme kelas menengah Barat sehingga menjadi begitu berat sebelah menganggap hanya yang ditulis dengan selera begitulah yang pantas dianggap sastra. Padahal, sastra yang demikian hanya mewakili pandangan serta selera kelas menengah kota Indonesia yang kebarat-baratan itu. Jacob Sumardjo menegaskan bahwa munculnya gagasan “sastra kontekstual” akhir-akhir ini menarik perhatian, bukan karena ribut-ributnya, tetapi karena mengundang pertanyaan: mengapa gagasan itu bisa timbul? Sastra, kontekstual itu menarik karena memperhitungkan konteks sosial, konteks geografis, dan konteks historis sebagai sebab utama timbulnya sastra, dan bukan faktor kesekian dari sastra. Penulis bukan berasal dari kelompok gagasan, ini tetapi mereka hanya ingin mencoba menjawab secara empiris mengapa gagasan semacam itu bisa timbul. Jadi, kalau sastra kontekstual seperti diinginkan oleh kaum pencetusnya mau nyata di Indonesia, syarat-syarat yang membentuk kondisi itu harus dibangun, yakni domisili sastrawan-sastrawan nasional yang cukup banyak dalam konteks yang dimaksud. Kedua, dibangun pusat penerbitan besar dengan para sastrawan senior atau dibangunnya pusat-pusat kesenian dengan modal yang cukup. Ketiga, pusat baru itu harus memiliki mekanisme komunikasi secara nasional, seperti Jakarta. Penulisan karya sastra memang harus diarahkan kepada pencapaian yang indah. Akan tetapi, persoalannya adalah apakah yang disebut indah itu sama untuk semua orang. Di sinilah muncul gagasan tentang apa yang disebut sebagai sastra kontekstual. Untuk itu, perlu ditegaskan ihwal ‘yang indah’ dan ‘yang berarti’. Yang indah memberi kesan nilai yang indrawi, sedangkan yang berarti mengandung pengertian yang lebih luas. Sastra yang baik adalah sastra yang berarti bagi seseorang. (RED_STI)

Sumber : ensiklopedia.kemdikbud.go.id