Hai, Sobat Pio! Di era digital yang serba terhubung oleh internet, media sosial, maupun kecerdasan buatan, kearifan lokal berperan sebagai pondasi nilai-nilai adat, tradisi, serta pengetahuan. Hal ini tidak hanya menghadapi tantangan baru, tetapi juga memilki peluang baru di era digital.
Salah satu dampak positif era digital adalah kemudahan dalam mendokumentasikan dan menyebarkan kearifan lokal. Platform media sosial seperti YouTube, TikTok, dan Instagram telah menjadi sarana bagi generasi muda untuk membagikan cerita lisan, tarian tradisional, atau resep masakan khas daerah. Misalnya, komunitas di Toraja memanfaatkan drone untuk memviralkan ritual Rambu Solo’ yaitu upacara pemakaman megah yang mencerminkan penghormatan kepada leluhur. Hal ini tidak hanya menarik wisatawan virtual, tetapi juga memperkenalkan anak muda yang tinggal dikota besar tentang akar budayanya. Selain itu, aplikasi seperti Google Arts & Culture telah mengarsipkan ribuan artefak digital dari museum-museum lokal, memungkinkan akses global terhadap batik atau ukiran-ukiran khas Indonesia tanpa merusak aslinya.
Namun, tantangan pun tak terelakkan. Globalisasi digital sering kali menciptakan homogenisasi budaya, dimana tren K-pop atau challenge viral mendominasi feed anak muda yang membuat kearifan lokal terpinggirkan. Di Papua misalnya, pengetahuan tentang tanaman obat tradisional seperti daun sirih Papua yang kaya antioksidan terancam punah karena kurangnya dokumentasi digital yang autentik. Fenomena deepfake dan konten AI-generated juga berpotensi memalsukan ritual suci seperti tarian Saman Aceh, sehingga merusak keaslian. Lebih lanjut, kesenjangan digital dimana hanya 70% penduduk Indonesia memiliki akses internet stabil per 2024 membuat masyarakat pedesaan tertinggal, sehingga memperlemah transmisi pengetahuan antargenerasi.
Untuk mengatasi ini, diperlukan strategi integratif pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dapat mengembangkan platform digital nasional khusus kearifan lokal, seperti aplikasi “Wisata Budaya Virtual” yang menggabungkan VR dengan narasi storyteller asli. Pada akhirnya, dengan kita memadukan teknologi dan nilai leluhur, Indonesia dapat memperkaya dunia dengan keberagaman budayanya. Kearifan lokal yang adaptif akan memastikan generasi mendatang yang tidak hanya bertahan, namun juga berkembang di tengah era digital.(RED_AAP)
Sumber : https://www.kompasiana.com/
Author: Kiloe Journalist
Hai, Sobat Pio! Dalam kehidupan modern yang serba cepat, rasa bersyukur sering kali terabaikan. Banyak individu lebih sibuk mengejar kesuksesan, jabatan, serta pengakuan sosial, sehingga lupa menghargai apa yang telah dimiliki. Segala sesuatu yang kurang terus dipikirkan, sementara nikmat yang hadir setiap hari tidak disadari keberadaannya. Makna syukur bukan hanya sebatas ucapan terima kasih sesaat, melainkan bentuk kesadaran mendalam bahwa kehidupan ini dipenuhi anugerah yang tak ternilai. Bersyukur berarti menyadari bahwa kesehatan, keluarga, sahabat, kemampuan untuk belajar dan bekerja, bahkan kesempatan untuk bangkit dari kegagalan merupakan karunia besar. Dengan menghayati rasa syukur, seseorang dapat menumbuhkan sikap menerima dan mengapresiasi perjalanan hidupnya tanpa terpaku pada kekurangan yang masih menjadi tujuan.
Perkembangan teknologi menghadirkan tantangan baru bagi sikap bersyukur. Mengenai kehidupan orang lain terpampang begitu mudah, sering kali kita memperlihatkan pencapaian dan kebahagiaan tanpa memperlihatkan proses perjuangan yang sebenarnya. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk terus membandingkan diri dengan standar kesuksesan orang lain, tetapi pada akhirnya menimbulkan perasaan iri, dan rendah diri. Ketika fokus hidup tertuju pada apa yang belum kita miliki, maka rasa puas dan bahagia akan semakin jauh dari genggaman. Di Sinilah rasa syukur berperan penting sebagai penguat kesehatan mental dan emosional. Dengan bersyukur, seseorang belajar pada potensi dan pencapaiannya sendiri, serta mampu menikmati tahapan–tahapan kecil dalam perjalanan hidupnya. Rasa syukur membantu memperluas pemahaman bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu diukur oleh jumlah harta atau popularitas, melainkan sejauh mana seseorang mampu merasakan syukur dalam hidupnya.
Rasa bersyukur tidak cukup jika dihadirkan dalam bentuk perasaan, tetapi juga harus tercermin dalam tindakan nyata. Wujud syukur dapat diwujudkan melalui cara menggunakan nikmat yang dimiliki dengan sebaik–baiknya dan memberikan dampak positif bagi diri sendiri maupun orang lain. Rasa syukur membantu membangun hubungan sosial yang harmonis serta memperkuat nilai kemanusiaan. Selain itu, bersyukur juga menjadi sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, karena kita harus menyadari bahwa setiap karunia datang dari-Nya dan harus dijaga, serta dipergunakan secara bijaksana. Pada akhirnya, menanamkan rasa syukur dalam kehidupan modern akan membawa manusia pada kedamaian, kebahagiaan, dan kualitas hidup lebih baik. Bersyukur menjadi penuntun agar tidak larut dalam tekanan zaman, melainkan tetap memiliki hati yang tenang, pikiran yang positif, dan jiwa yang penuh harapan.(RED_NBL)
Sumber : https://baznas.jogjakota.go.id
Hai, Sobat Pio! Menjaga pola tidur yang baik sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental. Salah satu cara utama adalah dengan menetapkan jadwal tidur yang konsisten, yaitu tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, termasuk akhir pekan. Hal ini membantu tubuh mengatur ritme sirkadian, sehingga rasa kantuk datang secara alami, memudahkan proses tidur, dan meningkatkan kualitas istirahat.
Selain itu, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman sangat berpengaruh. Pastikan kamar tidur gelap, sejuk, dan bebas dari kebisingan agar tidur tidak terganggu. Hindari penggunaan gadget atau layar elektronik setidaknya satu jam sebelum tidur, karena cahaya biru yang dipancarkan dapat menekan produksi hormon melatonin (Hormon yang mengatur rasa kantuk). Kemudian, mengatur pola makan juga penting untuk mendukung tidur yang sehat. Hindari konsumsi kafein dan makanan berat beberapa jam sebelum waktu tidur, agar tubuh tidak sulit untuk rileks. Selanjutnya, berolahraga secara teratur juga dapat meningkatkan kualitas tidur, asalkan dilakukan tidak terlalu dekat dengan waktu tidur.
Salah satu faktor yang sering diabaikan namun berpengaruh besar adalah manajemen stres sebelum tidur. Saat pikiran dipenuhi oleh kekhawatiran atau tekanan, tubuh sulit untuk bersantai, yang berakibat pada kesulitan memulai dan mempertahankan tidur. Teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, yoga ringan, atau mendengarkan musik yang menenangkan bisa menjadi alat efektif untuk meredakan stres dan menyiapkan tubuh masuk ke fase tidur yang lebih cepat dan nyenyak. Selain itu, menjaga suasana hati yang positif dan menghindari aktivitas yang memicu kecemasan sebelum tidur juga sangat membantu. Tidur yang baik menciptakan siklus positif, dimana tubuh dan pikiran menjadi lebih segar setiap pagi sehingga mampu menghadapi tantangan sehari – hari dengan lebih optimal.
Menjaga pola tidur yang baik bukan hanya soal durasi waktu tidur, tetapi juga kualitas tidur yang didapatkan. Ketika tidur berkualitas, tubuh memiliki kesempatan untuk melakukan proses pemulihan yang optimal. Mulai dari perbaikan jaringan, penguatan sistem kekebalan, sampai konsolidasi memori di otak. Sebaliknya, kurang tidur atau tidur dengan gangguan dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti mudah lelah, stres berlebihan, gangguan metabolisme, hingga penurunan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan cara – cara yang bisa meningkatkan kenyamanan dan kualitas tidur. (RED_FNH)
Sumber : https://www.alodokter.com
Hai, Sobat Pio! Tren outfit anti ribet kini semakin digemari oleh remaja yang ingin tampil modis tanpa harus repot memikirkan banyak paduan pakaian. Gaya berpakaian yang sederhana namun tetap keren menjadi pilihan karena mampu memberikan kenyamanan sekaligus rasa percaya diri. Saat ini, tampil stylish tidak harus dengan pakaian mahal atau penuh aksesoris. Cukup dengan memilih pilihan dasar seperti kaos polos, celana jeans, atau rok plisket, kamu sudah bisa tampil menarik di berbagai kesempatan. Kamu bisa menambahkan jaket denim atau hoodie tipis untuk kesan santai tetapi tetap kekinian. Outfit seperti ini cocok digunakan saat pergi ke acara Sekolah, kumpul bareng teman, atau jalan santai di akhir pekan, terutama bagi kamu yang ingin tampil rapi tanpa merasa terbebani dengan banyak gaya.
Selain simpel, tren outfit anti ribet juga menekankan pada konsep mix and match. Artinya, kamu bisa memadukan pakaian yang sudah ada agar terlihat baru dan berbeda. Misalnya, kemeja kotak – kotak bisa dijadikan outer di atas kaos polos atau dipadukan dengan celana bahan agar tampak lebih rapi. Warna – warna pastel seperti krem, abu – abu, atau biru muda memberi kesan lembut dan tenang, sedangkan warna – warna cerah seperti ungu, hijau muda, atau oranye bisa menunjukkan kepribadian yang ceria. Sepatu sneakers putih atau flat shoes juga bisa menjadi pelengkap yang pas untuk menambah kesan modis tanpa berlebihan. Dengan gaya seperti ini, setiap anak remaja bisa tampil percaya diri sesuai karakter masing – masing tanpa harus meninggalkan rasa nyaman dan praktis.
Untuk menambah kesan menarik, tambahkan aksesoris sederhana seperti jam tangan minimalis, tote bag polos, atau gelang kecil yang tidak mencolok. Hindari penggunaan aksesoris yang terlalu ramai agar tampilan tetap rapi dan elegan. Kunci utama dari outfit anti ribet adalah kesederhanaan dan kenyamanan. Dengan memilih pakaian yang sesuai kegiatan, kamu bisa tetap tampil gaya tanpa perlu usaha berlebih. Selain itu, perhatikan juga kebersihan dan kerapian pakaian agar penampilanmu semakin enak dipandang. Ingat, tampil keren bukan tentang mengikuti semua tren, tetapi bagaimana kamu menampilkan versi terbaik dari dirimu sendiri dengan percaya diri setiap hari. (RED_AVN)
Sumber: https://www.fimela.com
Hai, Sobat Pio! Belajar adalah proses penting dalam kehidupan, tetapi banyak orang sering terjebak dalam kebiasaan overthinking yang terlalu banyak berpikir hingga akhirnya tidak benar – benar belajar. Overthinking membuat pikiran penuh kekhawatiran seperti takut salah, takut nilai jelek, atau merasa belum siap. Padahal, kunci belajar yang efektif justru terletak pada ketenangan pikiran dan fokus terhadap proses, bukan hasil semata.
Langkah pertama untuk belajar efektif tanpa overthinking adalah menetapkan tujuan yang jelas. Misalnya, bukan sekadar “aku harus bisa semua materi,” tetapi “hari ini aku akan memahami satu bab tentang materi ini.” Tujuan yang spesifik membuat otak lebih terarah dan tidak mudah stres. Selain itu, gunakan metode belajar yang sesuai dengan gaya masing – masing. Seperti, ada yang suka membaca, mendengar, atau menulis ulang materi. Mengenal cara belajar sendiri membantu proses menjadi lebih ringan dan menyenangkan. Langkah kedua adalah membuat jadwal belajar yang realistis, jangan memaksakan diri belajar berjam – jam tanpa istirahat. Otak manusia hanya bisa fokus maksimal sekitar 45 – 60 menit. Setelah itu, beri jeda sejenak untuk minum, berjalan, atau mendengarkan musik. Pola belajar seperti teknik Pomodoro (25 menit belajar, 5 menit istirahat) bisa membantu menjaga konsentrasi tanpa menimbulkan kejenuhan.
Selain itu, penting untuk menghindari pikiran perfeksionis. Tidak semua hal harus dipahami secara sempurna dalam sekali waktu. Jika menemui materi sulit, jangan langsung panik. Catat bagian yang belum dimengerti dan tanyakan kepada guru, teman, atau cari sumber lain. Ingatlah bahwa belajar adalah proses bertahap, bukan perlombaan. Yang tak kalah penting, kelola pikiran dan emosi positif. Latihan pernapasan, olahraga ringan, dan tidur cukup dapat membantu otak tetap segar. Saat pikiran tenang, materi lebih mudah diserap dan diingat. Dengan mengatur waktu, menjaga fokus, serta menenangkan diri dari pikiran berlebihan, belajar akan menjadi lebih efektif dan bermakna. Jadi, berhentilah memikirkan terlalu banyak hal, mulailah bertindak sedikit demi sedikit. Karena belajar bukan tentang siapa yang paling cepat, tetapi siapa yang paling konsisten dan mampu menikmati prosesnya. (RED_ADH)
Sumber: https://share.google/USvrBask8V6h5APN9
Hai, Sobat Pio! Di era serba digital ini, media sosial atau yang lebih akrab disebut dengan medsos, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Mulai dari TikTok, Instagram, hingga X. Platform – platform ini bukan sekedar alat komunikasi, melainkan juga ruang pembentuk identitas, opini, dan perilaku mereka. Namun, tahukah kamu bahwa kehadirannya ibarat pisau bermata dua yang memberikan dampak positif sekaligus tantangan serius terhadap pola pikir remaja? Di satu sisi, medsos menawarkan banyak keuntungan. Remaja dapat memperluas wawasan dan pengetahuan dengan cepat, terhubung dengan teman – teman dari berbagai penjuru dunia, serta menjadikan platform ini sebagai wadah kreativitas dan ekspresi diri. Mereka bisa menampilkan karya, berbagi minat, dan bahkan terinspirasi dari tokoh tokoh positif. Hal ini membantu remaja membangun kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi di dunia maya. Namun, sisi negatifnya sering kali lebih mengkhawatirkan. Paparan terhadap gambaran kehidupan yang serba “sempurna” dan telah disunting di medsos, seringkali menciptakan standar yang tidak realistis. Akibatnya, banyak remaja merasa tidak kurang percaya diri (insecure) atau tidak puas dengan keadaan diri mereka sendiri yang memicu kecemasan dan depresi. Perbandingan diri dengan orang lain yang dianggap lebih ideal ini sangat rentan mengganggu kesehatan mental mereka.
Selain itu, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan mengganggu kegiatan lain, seperti belajar dan interaksi sosial secara langsung. Remaja menjadi rentan terhadap perilaku anti sosial dan kurang memiliki kemampuan bersosialisasi di dunia nyata. Mereka juga menghadapi risiko tinggi terhadap cyberbullying dan paparan informasi yang tidak benar atau hoaks yang dapat membentuk opini keliru. Algoritma medsos yang cenderung menampilkan konten sesuai preferensi juga bisa membatasi pemahaman mereka terhadap perspektif yang lebih luas. Menghadapi tantangan ini, literasi digital dan peran aktif Orang Tua menjadi sangat penting. Remaja perlu dibekali kemampuan berpikir kritis untuk menyaring informasi dan mengelola waktu penggunaan medsos secara bijak. Dengan demikian, media sosial dapat benar-benar menjadi alat positif untuk perkembangan diri, melainkan menjadi sumber tekanan mental dan pembentuk pola pikir negatif. (RED_DRS)
Sumber:https://almaata.ac.id
Hai, Sobat Pio! Karya sastra merupakan salah satu bentuk ciptaan manusia, ekspresi manusia yang mendalam, tempat di mana perasaan, pengalaman, dan pemikiran dituangkan ke dalam bahasa yang indah dan bermakna. Sastra hadir bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk memberikan makna dan refleksi terhadap kehidupan. Dalam setiap bait puisi, paragraf cerpen, atau halaman novel, berisi sebagian dari perjalanan manusia tentang cinta, perjuangan, kehilangan, dan harapan. Melalui membaca karya sastra, seseorang dapat menelusuri berbagai sisi kehidupan yang mungkin juga dialaminya sendiri. Dari kisah-kisah itu, pembaca diajak untuk memahami nilai-nilai kemanusiaan seperti kejujuran, tanggung jawab, kasih sayang, dan pengorbanan. Dengan merenungkan kisah-kisah tersebut, pembaca perlahan mengenali siapa dirinya, apa yang ia rasakan, serta bagaimana ia memandang dunia di sekitarnya. Sastra menjadi media untuk melihat ke dalam diri sendiri sekaligus memahami kehidupan dari cara pandang manusia yang lebih luas.
Menulis karya sastra pun memiliki peran penting dalam proses pencarian jati diri. Ketika seseorang menulis, ia sedang berdialog dengan dirinya sendiri. Setiap kata yang ditulis merupakan hasil perenungan dan curahan hati yang mungkin sulit diungkapkan secara langsung. Melalui kegiatan menulis, seseorang belajar mengenali emosi, menghadapi keresahan, serta menemukan makna dari pengalaman hidup yang pernah dijalani. Proses menulis juga mengajarkan kejujuran, sebab penulis harus berani membuka dirinya kepada dunia melalui tulisannya. Tak jarang, dari proses kreatif itu, muncul kesadaran baru tentang siapa dirinya dan apa yang ingin ia capai. Selain itu, menulis karya sastra melatih kemampuan berpikir kritis dan imajinatif, karena penulis dituntut untuk memahami kehidupan dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, kegiatan menulis tidak hanya menghasilkan karya, tetapi juga menumbuhkan kedewasaan berpikir dan kematangan batin yang membantu seseorang membentuk identitas dirinya.
Pada akhirnya, karya sastra berperan besar dalam membantu manusia menemukan jati diri dan arah hidupnya. Sastra mengajarkan empati, karena melalui cerita dan tokoh-tokoh di dalamnya, seseorang belajar memahami perasaan serta pengalaman orang lain. Ia juga menumbuhkan rasa kemanusiaan, sebab sastra sering mengangkat nilai-nilai moral yang menuntun manusia untuk berbuat baik dan berpikir bijak. Dalam konteks pendidikan dan kehidupan sosial, sastra menjadi jembatan yang menghubungkan individu dengan masyarakat melalui gagasan dan nilai yang disampaikan secara halus namun mendalam. Dengan membaca dan menulis karya sastra, manusia belajar untuk lebih peka terhadap lingkungan, menghargai perbedaan, serta mengembangkan kepribadian yang kuat dan berkarakter. Dapat disimpulkan bahwa menemukan jati diri lewat karya sastra bukan hanya tentang memahami isi teks atau menciptakan tulisan yang indah, tetapi tentang perjalanan batin menuju pemahaman diri, kemanusiaan, dan makna hidup. (RED_ZHR)
Sumber : id.wikipedia.
Hai, Sobat, Pio! Hari ini kita akan membahas tentang wayang kulit di era modern. Wayang kulit adalah seni pertunjukan boneka bayangan yang telah menjadi warisan budaya Indonesia sejak lebih dari seribu tahun lalu dan terus menunjukkan ketangguhannya di tengah arus modernisasi. Yang dimaksud dengan wayang kulit di era modern ini adalah seni wayang kulit dengan memanfaatkan teknologi digital, media sosial, dan kolaborasi lintas seni untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda dan global. Dengan tetap mempertahankan esensi cerita dan nilai-nilai moralnya melalui inovasi, seperti pertunjukan animatronik, cerita kontemporer, dan kolaborasi pariwisata. Wayang kulit bukan hanya hiburan, melainkan juga sarana pendidikan moral, filosofi kehidupan, dan refleksi budaya Jawa.
Perkembangan teknologi telah menjadi katalisator utama adaptasi wayang kulit. Sebelum era digital, pertunjukan wayang kulit dipertontonkan secara langsung di teater tradisional. Wayang kulit sering kali hanya diakses oleh masyarakat pedesaan atau kalangan kerajaan. Tantangan utama wayang kulit di era modern adalah persaingan dengan hiburan digital yang mendominasi. Generasi milenial dan generasi Z cenderung memilih konten singkat seperti TikTok atau video game, yang membuat durasi panjang pertunjukan tradisional terasa membosankan. Selain itu, penggunaan bahasa Jawa kuno sering kali menjadi penghalang bagi penonton non-Jawa atau generasi muda yang kurang familiar dengan dialek tersebut. Salah satu bentuk adaptasi paling menarik adalah Wayang Kontemporer, wayang ini didefinisikan sebagai bentuk wayang yang tidak statis melainkan dinamis sesuai zaman. Wayang Kontemporer sering memodifikasi boneka tradisional dengan elemen modern, seperti puppet wayang kulit yang diadaptasi untuk cerita kontemporer berlatar Mahabharata tetapi menyentuh isu aktual seperti pandemi atau lingkungan.
Pelestarian wayang kulit memerlukan kolaborasi antara pemerintah, seniman, dan masyarakat. Kita juga dapat melestarikan lewat dukungan seperti festival digital Hari Wayang Nasional. Seni ini bertahan sebagai simbol identitas Indonesia, menginspirasi generasi muda untuk menghargai warisan leluhur di tengah perubahan cepat. Secara keseluruhan, wayang kulit di era modern adalah kisah ketahanan budaya. Meski menghadapi ancaman, adaptasi inovatifnya membuka peluang baru untuk bertahan dan berkembang. Seni ini bukan hanya warisan, tapi juga inspirasi bagi generasi mendatang untuk menghargai identitas Indonesia di tengah globalisasi. (RED_AAP)
Sumber: https://m.kumparan.com/amp/syukron-akbar-hidayatullah/eksistensi-seni-wayang-kulit-di-era-modern-1x21MszxNQU
Hai, Sobat Pio! Pola makan seimbang adalah dasar penting untuk mencapai hidup yang lebih sehat dan berkualitas. Dengan mengonsumsi makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai, tubuh memperoleh semua nutrisi yang dibutuhkan agar fungsi organ dan sistem bekerja optimal. Pola makan seimbang membantu menjaga berat badan, meningkatkan energi, memperkuat sistem imun, serta mencegah berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Makanan seimbang terdiri dari beberapa kelompok utama yakni karbohidrat, protein, lemak sehat, sayur, dan buah. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama yang diperoleh dari nasi, roti, atau umbi-umbian. Protein penting untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh dan bisa didapat dari daging, ikan, telur, serta kacang-kacangan. Selain itu, lemak sehat juga diperlukan tubuh untuk fungsi otak dan penyerapan vitamin. Biasanya berasal dari minyak zaitun, alpukat, dan kacang – kacangan. Tak lupa sayur dan buah yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral berperan mendukung pencernaan dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.
Selain memperhatikan jenis makanan, proporsi juga sangat penting. Makan dengan porsi yang seimbang dapat mencegah makan berlebih dan membantu menjaga berat badan ideal. Minum air putih cukup setiap hari juga mendukung proses metabolisme dan mengeluarkan racun dari tubuh. Menerapkan pola makan seimbang tidak hanya cukup dengan makan sehat tetapi juga harus diimbangi dengan gaya hidup aktif seperti rutin berolahraga, tidur cukup, dan mengelola stres. Semua ini akan berkontribusi untuk hidup lebih bugar dan produktif. Memulai pola makan seimbang sejak dini sangat bermanfaat untuk kesehatan jangka panjang dan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan menerapkan pola makan seimbang, tubuh akan terasa lebih sehat, energi meningkat, dan risiko penyakit berkurang sehingga hidup menjadi lebih baik setiap hari.(RED_FNH)
Sumber : https://www.siloamhospitals.com
- Judul Future Reads : adalah keyakinan bahwa setiap halaman yang dibaca hari ini akan menulis masa depan kita esok.
- Patung Mbah Semar : Menggambarkan wisata yang ada di kabupaten kediri tepatnya di pura Mpu Baradha desa menang, kecamatan pagu kabupaten Kediri
- Kereta perpustakaan yang berjalan memutari buku : perjalanan hidup manusia yang selalu berputar di sekitar pengetahuan. Buku adalah pusat semesta ilmu, sedangkan kereta adalah langkah-langkah kita untuk mendekatinya, terus bergerak, tanpa pernah selesai
- Buku yang pup-up : bahwa ilmu bukan sekadar tulisan, tetapi kehidupan yang bisa melompat keluar, menghadirkan keajaiban, membuka mata, dan menghidupkan imajinasi.
- Eskalator sebelah kanan : Eskalator sebelah kanan bergerak keatas yang menggambarkan perubahan dari masa lampau ke masa depan menuju kesuksesan
- Eskalator sebelah kiri : Eskalator sebelah kiri bergerak kebawah, menunjukkan disaat kita sudah sukses, kita tetap mengenang masa lampau, perjuangan yang dilalui agar selalu bersyukur
- Pohon yang berada di ujung Mading : simbol ilmu yang tumbuh, menyebar menjadi banyak gagasan, lalu dituangkan melalui alat sederhana menjadi karya yang bermanfaat dan menginspirasi.
- Tiang logo berbentuk pensil : Filosofi pensil untuk literasi adalah sebuah metafora yang dalam dan inspiratif. Pensil, alat yang tampak sederhana, sebenarnya menyimpan banyak pelajaran berharga tentang proses belajar, menulis, dan hakikat literasi itu sendiri.
- Pohon buku : Bahwa pengetahuan tumbuh layaknya pohon, berakar pada rasa ingin tahu, bertumbuh lewat proses belajar, bercabang menjadi banyak ilmu, dan berbuah menjadi kebijaksanaan yang meneduhkan kehidupan.
- Peradaban zaman purba : Di zaman purba, manusia mulai menyalakan api, menggoreskan tanda di batu, dan menulis jejak di daun lontar. Dari sanalah cahaya pengetahuan lahir. Literasi menjadi nyawa peradaban, yang menjaga cerita masa lalu, menuntun langkah hari ini, dan menyalakan harapan untuk masa depan.
- Isi Buku Pop Up : menyiratkan bahwa pengetahuan tidaklah datar atau pasif. Ketika kita membaca (dan merenungkan), dunia baru (ide, konsep, pemahaman) “muncul” atau menjadi nyata dalam pikiran kita. Ini menekankan bahwa filsafat dan pembelajaran adalah pengalaman yang dinamis dan multidimensional.
