Santunan Anak Yatim


Hai, Sobat Pio! Santunan anak yatim merupakan tindakan yang mulia dan membawa berbagai pahala yang menjadi salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam. Menyantuni anak yatim artinya menanggung seluruh tanggung jawab ayah dari anak-anak tersebut. Memberikan santunan kepada anak yatim yaitu dengan menyalurkan sejumlah harta kekayaannya di jalan Allah SWT. tidak hanya materi tetapi juga kasih sayang. Pada hari Jum’at, 2 Agustus 2024 di SMK Negeri 2 Kediri menyelenggarakan acara santunan anak yatim sebagai aksi nyata kepedulian dan solidaritas kepada mereka yang membutuhkan. Acara hari ini mengusung tema BERIMAN “Berbagi Keberkahan Mengukir Kebaikan dalam Kebersamaan”, tema tersebut dipilih karena acara ini bertepatan dengan tahun baru Islam, selain itu tujuan adanya acara ini untuk mendapatkan keberkahan, mengukir kebaikan bersama-sama dan menunjukkan kepada siswa-siswi pentingnya berbagi.

Acara santunan anak yatim melibatkan partisipasi dari kepala sekolah, waka kesiswaan, guru dan diselenggarakan oleh DJM (Dewan Jamaah Masjid) yang juga dibantu ekstrakurikuler lain. Selain itu, siswa-siswi juga berpartisipasi dengan memberikan donasi untuk acara santunan. Dana santunan anak yatim diberikan kepada mereka yang maksimal berada dibangku kelas 4 sekolah dasar, karena sasaran utamanya adalah anak yatim yang belum baligh. Adapun rangkaian acara yaitu diawali dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al Qur’an, sambutan ketua panitia, sambutan kepala sekolah, acara santunan, mauidzoh dan doa. Acara ditutup dengan lantunan sholawat bersama-sama Setelah acara santunan, Bapak Drs. Ahmad Bashtomi, membawakan materi “Mencari Ridho Allah SWT. dengan Menyantuni Anak Yatim Melalui Kehidupan yang Sukses”. Beliau mengatakan bahwa kebutuhan peserta didik pada masa kini adalah kesuksesan dalam menggapai kehidupan melalui spiritualitas dan moralitas sesuai tuntunan Rasulullah Saw.

Salah satu panitia acara mengatakan bahwa dalam mempersiapkan acara ini membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Hal tersebut dikarenakan adanya kendala yaitu pihak sekolah belum memberikan jadwal pelaksanaan acara yang pasti, sehingga acara hari ini dapat dianggap mendadak bagi panitia. Dengan suksesnya acara santunan anak yatim pada hari ini, diharapkan bahwa semangat berbagi dan rasa kepedulian terhadap sesama akan terus terjaga, acara ini mengajarkan siswa-siswi tentang nilai-nilai moral dan etika yang merupakan aksi nyata dari pendidikan karakter yang diajarkan oleh sekolah. Perwakilan panitia berharap bahwa ditahun depan tidak ada kendala seperti hari ini, sehingga panitia bisa memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan acara setidaknya satu bulan sebelum pelaksanaan acara. Semoga suatu saat dapat melibatkan orang tua atau wali murid untuk menyiarkan sentuhan serta kepedulian dan kepekaan sosial terhadap anak yatim. (RED_NVI&RED_IFI)

Narasumber:

Vergio Satria Ramadhani P. (XI AK 1 – Ketua Panitia)

Bapak Drs. Ahmad Bashtomi (Guru Pemateri)

ISTIGHFAR


Hai, Sobat Pio! Salah seorang dari kalian atau mungkin banyak dari kalian merasa memiliki banyak dosa. Entah itu dosa dari masa lampau atau dosa yang kalian perbuat. Kalian menjadi lebih sering merenung tentang akhirat. Tetapi, sebuah dosa tentu dapat terampuni. Salah satu caranya ialah dengan mengucapkan kalimat istigfar.

Istighfar adalah suatu kalimat yang dapat menggugurkan hampir seluruh dosa. Mulai dari dosa kecil seperti menyia nyiakan makanan hingga dosa besar seperti zina. Asal kita mengucapkannya dengan menyesali dosa masa lalu kita insya Allah, Allah akan mengampuninya. Adapun dosa yang tidak bisa terampunkan dengan menggunakan istighfar. Dosa-dosa tersebut adalah dosa yang berhubungan dengan manusia. Berbeda dengan dosa yang hanya berhubungan dengan Allah, dosa ini melibatkan manusia lain sebagai pihak ketiga. Contoh dari dosa yang berhubungan dengan manusia adalah fitnah. Cara untuk menghapus dosa seperti ini yakni dengan 2 langkah. Langkah pertama ialah meminta maaf pada pihak yang bersangkutan. Jika sudah mendapatkan maaf dari yang bersangkutan barulah kita bertaubat kepada Allah.

Istighfar juga bermacam macam. Istighfar yang paling pendek ialah Astaghfirullah. Adapun istighfar yang lebih lengkap yakni Astaghfirullah hal adzim waatubu ilaih. Dan ada yang lebih panjang dan dijuluki rajanya istigfar ialah sayyidul istigfar.

Adapun doa dari para nabi terdahulu yang menurut saya ialah sebagai istighfar. Sebagai contoh doa nabi Adam alaihi salam yang berbunyi Rabbana dzolamna anfusanaa wa ilam taghfirlana wa tarhamnaa lanakuunanna minal khoosirin, ada lagi doa nabi Yunus alaihi salam yang berbunyi La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazdholimin, dan doa nabi Musa berbunyi Rabbisyrah lii shodrii wa yassir lii amri wahlul uqdatan min lissani yafqohuu qouli.

Intinya, istigfar sangat penting dalam penghapusan dosa. Tetapi, maaf dari manusia juga sangatlah penting. Jika manusia mendzolimi orang lain lalu ia bertaubat kepada Allah tanpa mendapatkan dari ampunan manusia yang bersangkutan, maka ampunan Allah juga akan terhalang dikarenakan urusan tersebut. Maka dari itu diperlukanlah hubungan yang baik sesama manusia untuk menghindari dosa tersebut. (RED_RAY)

Sumber : http://Wikipedia.org

Isti’adzah Dalam Kehidupan Sehari-hari


Hai, Sobat Pio! Kalian tau nggak sih apa itu Isti’ adzah? Isti’adzah adalah salah satu praktik penting dalam agama Islam yang dilakukan oleh umat Muslim sebelum mereka berbicara atau melakukan aktivitas tertentu. Isti’adzah juga biasa dikenal dengan istilah taawudz. Bacaan ini biasa dilafadzkan sebelum seseorang membaca basmalah.

Isti’adzah adalah tindakan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari gangguan atau kejahatan makhluk-makhluk lain, terutama setan atau syaitan. Praktik ini mencerminkan keyakinan dan kesadaran umat Islam tentang keberadaan dunia gaib dan upaya untuk menjaga diri dari pengaruh negatif yang mungkin datang dari entitas gaib tersebut. Dalam buku Thibbul Qulub: Klinik Penyakit Hati oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Imam Ahmad menceritakan bahwa Imam Hambali selalu membaca isti’adzah setiap akan membaca Alquran, termasuk di dalam shalat.

Dalam sebuah riwayat, Ibnu Masyisy berkata, “Ketika Nabi membaca, maka beliau beristi’adzah.” Isti’adzah juga bisa dibaca dalam rakaat shalat. Bacaan ini bisa menambah pahala dan kekhusyu’an seorang Muslim. Diriwayatkan Ibnu Ala bahwasanya Ustman bin Abil Ash mendatangi Nabi SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya setan telah menghalangiku antara shalat dan bacaanku dan mengacaukannya. Kemudian Rasulullah saw. Bersabda, “Itu adalah setan yang disebut Khinzib. Jika kau merasakan kedatangannya, bacalah isti’adzah dan meludahlah ke sisi kirimu tiga kali.” Utsman berkata, “Lalu aku melakukan hal tersebut, dan Allah pun menjauhkannya dariku.” (Shahih Muslim). Hadits tersebut mengungkapkan fadhilah membaca isti’adzah dalam rakaat shalat. Hal ini bisa menghalangi seorang hamba dari godaan setan yang berusaha mengacaukan shalatnya.

Kemudian, isti’adzah juga dianjurkan dibaca ketika seseorang sedang marah. Sulaiman bin Shard berkata: “Ketika aku duduk bersama Rasulullah SAW, datanglah dua orang sedang bertengkar saling memaki, salah satu di antaranya bermuka merah padam dan tampak naik darah.” Kemudian Nabi SAW berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat jika Seseorang mengatakannya maka sirnalah apa yang dia rasakan.” (RED_RSM)

Sumber: https://www.kompasiana.com/

Menggali Makna Jihad Konteks Kekinian


Hai, Sobat Pio! Apa kalian tahu tentang Jihad? Jihad hakikatnya adalah upaya yang bersungguh-sungguh di jalan Allah SWT dalam menjalankan berbagai ragam kebajikan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bersama. Jihad tidak hanya terbatas pada konflik fisik, tetapi juga mencakup perjuangan untuk mengatasi hawa nafsu negatif, menghadapi ketidakadilan, dan mendukung kebaikan dalam segala aspek kehidupan. Secara etimologis, kata “jihad” berasal dari bahasa Arab yang berarti “usaha” atau “struggle“. 

Jihad di masa sekarang berbeda dengan jihad di masa Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah, banyak kelompok dan suku yang menentang kehadiran dan ajaran yang beliau sampaikan. Hal ini menyebabkan Rasulullah hidup dalam tekanan besar, bahkan mengalami perang dan kesulitan dalam berbagai aspek kehidupannya. Al-Qur’an memperbolehkan umat Islam untuk mempertahankan diri dalam menghadapi musuh-musuh yang mengancam keamanan dan keberadaan mereka. 

Dalam konteks kekinian, jihad dalam Islam mengambil makna yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada konflik fisik. Jihad saat ini mencakup:

 1. Jihad Akbar (Jihad Besar) : Upaya untuk memperbaiki diri secara spiritual, moral, dan intelektual. Ini melibatkan perjuangan untuk meningkatkan kualitas pribadi dan mendekatkan diri kepada Allah.

2. Jihad Asghar (Jihad Kecil) :  Melibatkan perjuangan fisik dalam konteks yang sah, seperti dalam pertahanan diri atau dalam melawan ketidakadilan. Namun, penggunaan kekuatan harus sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan hukum Islam.

3. Jihad melawan Tantangan Kontemporer :  tantangan-tantangan seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, pengetahuan yang terbatas, dan ketidakseimbangan kekuasaan dengan cara-cara yang konstruktif dan positif.

4. Jihad dalam Pendidikan dan Pembangunan : Mendorong pendidikan yang baik, pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan, dan partisipasi aktif dalam memperbaiki masyarakat.

5. Jihad dalam Penyebaran Kebaikan : Mengedepankan nilai-nilai seperti perdamaian, toleransi, dan keadilan dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain.

Dalam esensi, jihad dalam konteks kekinian menekankan pada upaya nyata untuk membawa perubahan positif bagi diri sendiri, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan, dengan tetap mengikuti nilai-nilai dan ajaran Islam yang penuh kasih sayang dan perdamaian.(RED_DAJ)

Sumber : https://www.cnnindonesia.com

Tantangan Pluralisme Agama di Era Globalisasi


Hai, Sobat Pio! Apakah kalian tahu tentang pluralisme agama? Pluralisme agama adalah konsep atau kondisi di mana berbagai kepercayaan agama atau sistem kepercayaan dapat hidup berdampingan dalam satu masyarakat atau wilayah tanpa diskriminasi atau konflik yang signifikan. Ini menghargai keragaman keyakinan agama serta menggalakkan toleransi, penghargaan, dan saling pengertian antarumat beragama. Prinsip pluralisme agama mendorong dialog antaragama, kolaborasi untuk tujuan bersama, dan menghormati hak setiap individu untuk memilih dan mengamalkan keyakinan mereka sendiri.

Namun, pluralisme agama sendiri juga memiliki banyak tantangan. Tantangan dalam pluralisme agama merujuk pada berbagai hambatan atau masalah yang dihadapi dalam upaya mempromosikan koeksistensi yang harmonis antara berbagai kepercayaan agama dalam masyarakat yang multikultural dan global. Beberapa tantangan utama termasuk:

1. Konflik Interreligius : Ketegangan atau konflik antaragama yang bisa timbul karena perbedaan keyakinan, praktik keagamaan, atau interpretasi terhadap nilai-nilai agama.

2. Intoleransi dan Diskriminasi : Perlakuan tidak adil atau diskriminasi terhadap individu atau kelompok berdasarkan agama atau kepercayaan mereka.

3. Perbedaan Nilai dan Budaya : Tantangan dalam menyeimbangkan nilai-nilai keagamaan tradisional dengan nilai-nilai sekuler atau budaya populer yang mungkin bertentangan.

4. Globalisasi dan Modernisasi : Pengaruh dari globalisasi seperti teknologi dan media sosial yang dapat mempercepat penyebaran pandangan ekstrem atau nilai-nilai yang mengancam pluralisme agama.

5. Identitas Agama dan Integrasi Sosial : Bagaimana individu atau kelompok menjaga identitas agama mereka sambil tetap terlibat dalam masyarakat yang lebih luas dan multikultural.

Penyelesaian tantangan ini sering memerlukan pendekatan yang inklusif, dialog antaragama yang terbuka, pendidikan tentang toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman, serta kerjasama antarumat beragama untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam masyarakat yang beragam.(RED_DAJ)

Sumber : neliti.com

Ibu Melecehkan Anak, Bagaimana Pandangan dalam Islam?


Hai, Sobat Pio! Baru-baru ini viral di media sosial tedapat kasus pelecehan ibu terhadap anaknya sendiri. Pelakunya seorang ibu muda yang berusia 22 tahun dan korbannya anak berusia 5 tahun. Kasus tersebut di viralkan di tiktok, hingga sampai menyebar diseluruh media sosial. Pada Minggu malam (2/6/2024), pelakunya telah menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib di Tanggerang Selatan. Bagaimana pandangan dalam islam?

Hukum islam belum mengatur secara detail mengenai pelecehan ini. Didalam Al-Qur’an hanya disebutkan sebagai zina, bukan pelecehan seksual dan pemerkosaan sebagaimana terdapat dalam Q.S Al-Isra’ ayat 32. Namun, makna dari pelecehan tersebut yaitu tindakan merendahkan hingga menghina korban. Kasus pelecah ini lebih parah dibandingkan perzinaan, dalam perzinaan belum tentu terdapat unsur pelecehan. Tindakan pelecehan ini termasuk kedalam zina majazi, yaitu perbuatan yang menyerupai zina tetapi bukan zina hakiki, yaitu adanya persentuhan badan antara laki-laki dan perempuan. Islam menetapkan hukuman bagi pelaku pelecehan yaitu dipidana berat. Selain itu, perbuatan pelecehan dapat memperburuk kondisi anak. Anak akan semakin terpuruk dan takut kepada ibunya sendiri. Selain itu, keakraban ibu dengan anak akan semakin renggang. Banyak anak yang akan menjauhi anaknya karena perbuatan ibunya. Setelah melihat kasus ini, perbuatan tersebut juga melanggar aturan dan norma dalam negara maupun dalam agama islam.

Nabi menggambarkan bahwa ibu sebagai “madrasatul ummah” bagi bangsa dan masa depan anaknya, bukan malah menjerumuskan masa depan anaknya kedalam perbuatan yang dilarang oleh islam, bahkan dibenci oleh Allah SWT. Sudah sepatutnya seorang ibu mendidik anaknya menjadi seorang yang berguna dimasa depan dan memperlakukan anaknya dengan baik. Ibunya malah merusak dan memberikan trauma berat kepada anaknya sendiri. Dampak yang ditanggung ibunya saat diakhirat yaitu:

  • Dilaknat oleh Allah SWT.
  • Mendapatkan siksa yang pedih.
  • Mendapatkan dosa besar.

Ada juga akibat yang ditimbulkan setelah melakukan perbuatan tersebut, sebagai berikut:

  • Akan dijauhi dan dikucilkan semua warga sekitar.
  • Menurunkan derajat.
  • Menjadi pusat perbincangan setiap orang. (RED_FWD)

    Sumber : https://www.kompasiana.com

    Bullying Menurut Islam


    Hai, Sobat Pio! Beberapa waktu terakhir muncul di media sosial berseliweran aksi perundungan yang terjadi pada anak-anak hingga remaja, di sekolah-sekolah banyak terjadi bullying yang berujung penganiayaan. Berapa banyak anak-anak sekolah yang trauma akibat perilaku ini. Sehingga tidak terhitung korban bullying yang sakit, cacat, dan meninggal.

    Dalam pandangan Islam, bullying merupakan perbuatan tercela. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, termasuk menghormati dan menyayangi sesama manusia. Oleh karena itu Islam melarang segala bentuk tindakan yang dapat menyakiti atau merendahkan orang lain, termasuk bullying.

    Jadi dapat disimpulkan, hukum bullying adalah haram, karena termasuk sikap dan perilaku menyakiti orang lain yang dapat merusak nama baik atau harkat kemanusiaan. Dengan alasan apapun, bullying tetap dilarang oleh Islam. Bagi para pelaku yang terlanjur melakukannya harus meminta maaf kepada korban agar dosanya diampuni oleh Tuhan.

    Islam diturunkan justru untuk memberantas perilaku bullying dalam berbagai bentuknya. Seperti diuraikan di atas bagaimana budaya bullying marak terjadi pada masyarakat Arab pra Islam, bahkan sejarah manusia kuno. Kemunculan perbudakan dalam sejarah dunia akibat peperangan, penculikan, dan kemiskinan. Sistem perbudakan adalah bentuk bullying yang paling nyata karena adanya ketidakseimbangan dan Islam datang untuk memberantasnya. Islam datang membawa keteraturan, ketertiban, menghormati harkat dan martabat manusia dengan saling menghargai antara satu dengan yang lain, menjunjung tinggi kehormatan, dan perilaku mulia lainnya.

    Disebutkan dalam sebuah hadits Nabi: “innamaa bu’itstu liutammima makaarimal akhlaaq” (HR. Bukhari), artinya: sesungguhnya aku diutus (di muka bumi) untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Pesan utama hadits ini adalah bagaimana Islam datang untuk membimbing umat manusia untuk berpegang teguh pada etika kemanusiaan. (RED_KYS)

    Sumber: https://detik.com

    Keutamaan Saling Memaafkan


    Hai, Sobat Pio! Tahukah kalian sudah menjadi kodrat sebagai manusia tidak terlepas dari kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam perbuatan. Namun demikian, manusia diciptakan juga dibekali dengan sifat-sifat untuk memperbaiki kesalahannya. Salah satu sifat yang dianjurkan untuk kita miliki adalah sifat pemaaf. Sifat pemaaf merupakan sifat yang mulia, karena tidak semua manusia dapat berbesar hati dengan mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain.

    Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dalam menjalani kehidupan mempunyai dua hubungan yang wajib dijalankan sesuai dalam perintah ajaran Islam. Salah satu cara dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia adalah dengan saling memaafkan. Memang tidak mudah, menjaga hubungan dengan manusia jauh lebih sulit daripada menjaga hubungan dengan Allah SWT. Saling memaafkan juga menjadi faktor utama dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Kita semua pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidup kita. Namun, yang membedakan antara orang yang bijak dan yang tidak adalah kemampuan untuk meminta maaf dan memaafkan kesalahan yang dilakukan. Saling memaafkan bisa menjadi kunci dalam mengatasi konflik atau perselisihan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

    Ketika seseorang memberi maaf atau mengalah, maka secara tak langsung ia menunjukkan bahwa dirinya lemah dan tidak memiliki kekuatan. Namun sebanding dengan itu, Allah akan menambah kemuliannya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis, “Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah SWT akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim no 2588).

    Rasulullah SAW telah banyak mendorong umat muslim untuk bersikap pemaaf pada orang lain melalui contoh perbuatannya semasa hidup. Dikisahkan dari istri Rasulullah SAW, Aisyah, pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, maka dia menjawab, “Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan. Melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain,” (HR Ibnu Hibban). (RED_KYS)

    Sumber : https://www.detik.com

    Keutamaan Tadarus di Bulan Suci Ramadhan


    Hai, Sobat Pio! Bulan Ramadhan merupakan bulan yang selalu dirindukan kehadirannya oleh setiap muslim. Bulan yang penuh dengan amal kebaikan dan pahala yang melimpah ruah ini selain diwajibkan berpuasa, umat muslim juga dianjurkan untuk mengerjakan amalan sunah di bulan Ramadhan, seperti tadarus Al Qur’an yang memiliki beberapa keutamaan.


    Apakah kalian tahu, Bulan Ramadhan disebut juga dengan Syahrul Qur’an atau bulan Al Quran karena di bulan suci ini kitab suci umat Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah memuliakan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya. Karena Allah telah memilih bulan Ramadhan di antara seluruh bulan yang ada sebagai waktu penurunan kitab suci Al Quran. Apa saja keutamaan tadarus Al Quran? Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 185 yang artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al Baqarah: 185).


    Oleh sebab itu, pada saat bulan Ramadhan tiba sering kali kita jumpai orang-orang yang melafalkan ayat Al Quran di masjid hingga larut malam, karena tadarus atau membaca Al Quran di malam bulan Ramadhan merupakan salah satu amalan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Ada keutamaan tadarus Al Quran di bulan Ramadhan yang perlu diketahui.


    Tadarus Al Qur’an telah menjadi tradisi atau kebiasaan yang akan dilakukan oleh umat IsIam pada malam hari di bulan Ramadhan, salah satu keutamaan tadarus Al Qur’an di bulan Ramadhan yaitu, Pemberi Syafa’at di hari kiamat, Keutamaan tadarus Al Quran di bulan Ramadhan adalah pemberi Syafa’at di hari kiamat. Selain akan mendapat pahala, dan menjadikan hati kita tenang, umat muslim juga akan mendapat Syafa’at. Di ceritakan dalam salah satu hadist bahwa pada saat kiamat tiba, Nabi Muhammad akan datang memberi Syafa’at kepada umatnya yang gemar membaca Al Quran.


    Di bulan Ramadan ini tidak hanya tadarus Alquran saja yang pahalanya akan berlipat ganda, melainkan semua amalan baik yang kita lakukan. Seperti dengan membayar zakat fitrah, dan besedekah. (RED_DEW)

    Sumber: https://www.suara.com

    MENGGALI MAKNA DAN PRAKTIK ISTIGHOSAH DALAM KEHIDUPAN SPIRITUAL


    Hai, Sobat pio!, Tahukah kalian apa itu Istigosah? Istighosah merupakan salah satu praktik penting dalam kehidupan spiritual umat Islam yang mengandung makna mendalam dan kekuatan batiniah yang besar. Kata “istighosah” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “meminta pertolongan” atau “memohon perlindungan” Praktik istighosah telah menjadi bagian integral dari tradisi keagamaan Islam, dimana umat berdoa dan memohon bantuan Allah SWT dalam menghadapi kesulitan, cobaan, atau permasalahan hidup. Istighosah biasanya dilakukan dengan membaca dzikir atau doa-doa tertentu yang dirangkai dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan di hadapan Allah SWT. Ini bisa dilakukan secara individu atau dalam kelompok. Maka ini adalah cara untuk mengungkapkan ketergantungan kita kepada Allah, menghadapi tantangan hidup dengan kepercayaan dan ketenangan, serta memperdalam hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dengan memahami dan menerapkan praktik istighosah dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam dapat mencapai kedamaian batiniah dan ketenangan yang sejati dalam menghadapi segala peristiwa kehidupan. Istighosah memiliki beberapa makna dan manfaat. Berikut makna dan manfaat yang mendalam dalam kehidupan spiritual umat Islam Memperkuat Iman dan Ketaqwaan Dengan beristighosah, seseorang mengakui keterbatasannya dan merenungkan kekuatan dan kebesaran Allah SWT. Ini memperkuat iman dan ketaqwaan seseorang. menyadari Ketergantungan kepada Allah Istighosah mengajarkan pentingnya menyadari bahwa kita bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam segala hal. Ini membantu seseorang untuk menjalani hidup dengan penuh kepercayaan dan tawakal kepada-Nya, menghadapi Kesulitan dan Ujian Istighosah adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam menghadapi kesulitan, cobaan, dan ujian hidup. Dengan merasa didengar dan dipahami oleh Allah, seseorang merasa lebih kuat dan tenang dalam menghadapi tantangan, menciptakan kedekatan dengan Allah Praktik istighosah adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, dengan berkomunikasi secara langsung dengan-Nya melalui doa, seseorang memperdalam hubungan spiritualnya dengan Sang Pencipta.(RED_MVA)

    Sumber : compasssiana.com