Hai, Sobat Pio! Tahukah kalian pada saat membaca novel dapat meningkatkan kemampuan analitis karena dapat membantu kita untuk menganalisis plot, karakter, dan tema dalam suatu cerita. Pada bulan Maret 2025, umat Muslim melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini menjadi waktu yang dirindukan, banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan di bulan Ramadhan contohnya seperti membaca novel. Salah satu novel untuk mengisi waktu luang di bulan Ramadhan yaitu yang berjudul Ramadhan yang dirindukan. Novel Ramadhan yang dirindukan merupakan karya yang ditulis oleh Igun Winarto. Novel ini menceritakan Dokter Fadli, Perawat Agus, Perawat Fakhrudin dan Perawat Hafid yang merupakan empat tenaga medis yang telah bersahabat sejak kecil. Kesibukan mereka di Rumah Sakit sering kali menyita waktu, tetapi hari Minggu ini menjadi pengecualian. Tidak ada jadwal jaga dan tidak ada panggilan darurat, hanya momen kebersamaan yang langka. Matahari perlahan condong ke barat pertanda Maghrib akan segera tiba. Di sekitar mereka suasana masjid mulai lebih hidup. Beberapa jamaah berdatangan dan sebagian mengambil air wudhu. Ramadhan tinggal menghitung hari, keempat sahabat itu seperti kebanyakan orang yang merasakan getaran berbeda setiap kali bulan suci semakin dekat. Ada yang menanti dengan penuh kerinduan dan menganggapnya sebagai bulan penuh keberkahan. Namun, ada pula yang merasa Ramadhan adalah tantangan berat dan sebuah ujian yang tidak semua orang siap menjalaninya. Sore itu, mereka berbincang tentang Ramadhan yang dinanti dan mengapa ada yang begitu merindukannya.Angin sore yang lembut menyapu bagian depan masjid dan membawa aroma tanah yang mulai mendingin serta semilir wangi bunga kenanga di halaman. Fadli meregangkan tangan dan menghirup udara dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. “Ah Minggu sore begini enaknya di masjid ya, tenang banget,” ujarnya dengan suara pelan yang seakan tidak ingin mengusik keheningan yang begitu damai. Agus tersenyum sambil meminum teh hangat di cangkir kecilnya. Masjid ini selalu menyediakan teh dan air putih setiap sore. Uap teh hangat masih mengepul dan bercampur dengan udara sore yang mulai sejuk. Matanya melihat ke langit yang perlahan berubah warna. “Bulan puasa itu selalu punya suasana yang berbeda, ada ketenangan yang tidak bisa dijelaskan dan Aku selalu merasa lebih dekat dengan Allah,” kata Agus. Fakhrudin bertanya, “Sebenarnya mengapa kita pasti merindukan bulan Ramadan?” Hafid pun menjawab pertanyaan dari Fakhrudin, “Ramadan itu istimewa karena bulan inilah Al-Qur’an diturunkan, sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 185. Allah berfirman bahwa Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang benar dan salah. Selain itu, ada keutamaan berpuasa serta keringanan bagi yang sakit atau dalam bepergian. Allah menghendaki kemudahan dan bukan kesulitan bagi hamba-Nya. Di bulan ini, pahala amalan dilipatgandakan. Rasulullah S.A.W. bersabda bahwa siapa yang melakukan amalan sunnah di Ramadhan maka pahalanya seperti amalan wajib di bulan lain. Dan siapa yang melakukan amalan wajib maka pahalanya seperti tujuh puluh amalan wajib di bulan lain.” (RED_RAD)
Sumber : rsudajibarang.banyumaskab.go.id