Hai, Sobat Pio! Di era modern yang serba digital seperti sekarang, kemampuan literasi digital menjadi salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap pelajar. Literasi digital tidak hanya sekadar kemampuan menggunakan gawai atau mengakses internet, tetapi juga mencakup kemampuan memahami, menilai, dan memanfaatkan informasi digital secara bijak dan bertanggung jawab.
Bagi pelajar, literasi digital memiliki peran besar dalam mendukung proses belajar. Dengan kemampuan ini, pelajar dapat mencari sumber informasi yang relevan, akurat, dan terpercaya untuk menunjang tugas sekolah maupun pengembangan wawasan pribadi. Melalui literasi digital, pelajar juga belajar berpikir kritis dalam memilah informasi, menghindari berita palsu, serta tidak mudah terpengaruh oleh konten negatif di dunia maya. Selain itu, literasi digital membantu pelajar dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi. Berbagai platform digital dapat dimanfaatkan untuk membuat karya, seperti video edukatif, desain grafis, atau tulisan blog yang bermanfaat. Hal ini tidak hanya melatih keterampilan teknologi, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi.
Namun, penting pula bagi pelajar untuk memahami etika berinternet. Literasi digital mengajarkan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial, menghormati privasi orang lain, serta menghindari perilaku negatif seperti perundungan daring (cyberbullying) dan plagiarisme. Dengan menguasai literasi digital, pelajar akan lebih siap menghadapi tantangan dunia modern yang semakin bergantung pada teknologi. Mereka tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga mampu menjadi individu yang cerdas, kreatif, dan beretika di ruang digital. Oleh karena itu, pendidikan literasi digital perlu terus ditanamkan sejak dini agar pelajar dapat memanfaatkannya untuk masa depan yang lebih baik. (RED_ADH)
Category: Pendidikan
Hai, Sobat Pio! Banyak siswa sering merasa kewalahan ketika menghadapi tugas sekolah, apalagi kalau tugas datang bersamaan dari beberapa mata pelajaran. Rasanya baru selesai satu, sudah ada lagi yang menunggu. Kalau tidak dikelola dengan baik, tugas bisa bikin stres, malas, bahkan menunda-nunda sampai akhirnya mepet deadline. Padahal, tugas sekolah sebenarnya bisa jadi lebih mudah kalau kita tahu cara mengaturnya. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengatur waktu. Coba biasakan mencatat semua tugas, lengkap dengan tanggal pengumpulan. Dari situ, kamu bisa memilih mana yang harus diselesaikan lebih dulu. Dengan cara ini, kamu bisa terhindar dari kebiasaan panik di menit terakhir. Kalau tugasnya terasa besar jangan langsung putus asa, kalian bisa membaginya menjadi bagian-bagian kecil. Misalnya saat dapat tugas membuat makalah, kamu bisa mulai dengan mencari bahan dulu, lalu menyusun kerangka, dan terakhir menuliskan isi. Rasanya akan lebih ringan dibanding langsung dikerjakan sekaligus.
Selain itu, fokus juga penting. Saat mengerjakan tugas, coba cari tempat yang tenang dan jauh dari distraksi. Kalau terlalu sering buka HP, biasanya tugas malah terbengkalai. Ingat, kalau focus tugas bisa selesai lebih cepat dan hasilnya juga lebih baik. Jangan lupa manfaatkan sumber belajar. Kamu bisa membaca buku, mencari referensi di internet, atau bertanya pada guru dan teman. Tetapi, jangan hanya menyalin, pahami isi tugas supaya kamu juga mendapat ilmu dari prosesnya. Yang terakhir, jaga kesehatanmu. Tubuh yang lelah akan membuat otak sulit diajak bekerja. Pastikan kamu cukup tidur, makan makanan bergizi, dan sesekali istirahat sebentar di sela-sela mengerjakan tugas. Kalau kamu bisa mengatur waktu, fokus, dan tetap menjaga kesehatan, tugas sekolah tidak lagi terasa beban berat. Justru bisa menjadi kesempatan untuk melatih tanggung jawab dan menambah pengetahuan. Ingat, semakin cepat kamu memulai, semakin cepat pula tugas itu selesai.
Maka dari itu menghadapi tugas sekolah memang sering terasa berat, tetapi sebenarnya bisa diatasi dengan cara yang sederhana. Kuncinya ada pada manajemen waktu, fokus saat mengerjakan, serta menjaga kesehatan agar pikiran tetap segar. Dengan membiasakan diri membuat jadwal, membagi tugas besar menjadi langkah kecil, memanfaatkan sumber belajar, dan tidak menunda pekerjaan, tugas sekolah akan terasa lebih mudah. Jadi, jangan melihat tugas sebagai beban, tapi jadikan sebagai kesempatan untuk belajar, melatih tanggung jawab, dan mengembangkan diri. (RED_ADH)
Hai, Sobat Pio! Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta dengan kata “panca” berarti lima dan “sila” berarti dasar. Jadi, Pancasila adalah lima dasar yang menjadi dasar negara dan pedoman hidup bagi kita sebagai bangsa Indonesia.Pancasila lahir melalui proses yang panjang dan melibatkan diskusi serta musyawarah oleh para pendiri bangsa. Gagasan tentang dasar negara Indonesia mulai muncul ketika Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Saat itu, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 setelah menjanjikan kemerdekaan Indonesia. Tugas utama BPUPKI adalah merumuskan dasar negara yang akan menjadi fondasi bagi Indonesia setelah kemerdekaan. Sidang BPUPKI pertama yang berlangsung pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945 dengan banyak munculnya usulan mengenai dasar negara yang termasuk dari tiga tokoh utama yaitu Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengusulkan lima dasar negara dalam pidatonya yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat. Soepomo sebagai salah satu anggota BPUPKI juga memberikan pandangannya tentang dasar negara dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945 dengan mengusulkan prinsip Persatuan, Kekeluargaan, Kebudayaan, Keadilan Sosial dan Ketuhanan. Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato yang memperkenalkan lima prinsip dasar yaitu Kebangsaan Indonesia, Peri Kemanusiaan, Mufakat, Kesejahteraan Sosial dan Ketuhanan yang Berkebudayaan. Setelah usulan dari para tokoh utama, BPUPKI membentuk sebuah panitia kecil yang dikenal sebagai Panitia Sembilan yang bertugas untuk merumuskan naskah dasar negara dengan anggotanya yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Achmad Soebardjo, Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso, Wahid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir dan A.A. Maramis. Setelah diskusi dan usulan-usulan tersebut, Panitia Sembilan menghasilkan rumusan awal Piagam Jakarta pada tanggal 22 juni 1945 yang berisi tentang Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Namun, kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Yang Maha Esa” pada tanggal 18 Agustus 1945 demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Setelah perdebatan dan penyesuaian, Pancasila akhirnya disahkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 dengan rumusan Pancasila yang kita kenal saat ini. (RED_RAD)Sumber : ruangguru.com
Hai, Sobat Pio! Bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah dan ampunan, kembali menyapa kita. Selain sebagai bulan ibadah, Ramadan juga merupakan momentum yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas diri, terutama dalam hal pendidikan karakter. Pendidikan karakter di bulan Ramadan bukan hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan agama, tetapi juga penanaman nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ibadah puasa dan amalan-amalan lainnya.Ibadah puasa itu sendiri merupakan madrasah karakter yang luar biasa. Menahan lapar dan dahaga, serta hawa nafsu lainnya, melatih kesabaran, keikhlasan, dan pengendalian diri. Kita diajarkan untuk jujur, disiplin, dan bertanggung jawab atas setiap perbuatan kita. Kejujuran dalam berpuasa, misalnya, tidak hanya sebatas tidak makan dan minum di siang hari, tetapi juga menjaga lisan dan perbuatan dari hal-hal yang dapat mengurangi atau membatalkan pahala puasa.Ramadan juga menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan kepekaan sosial dan empati. Dengan merasakan lapar dan dahaga, kita diharapkan lebih peka terhadap penderitaan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Semangat berbagi dan bersedekah yang meningkat di bulan Ramadan merupakan wujud nyata dari pendidikan karakter yang berorientasi pada kepedulian sosial. Zakat fitrah, zakat mal, infak, dan sedekah bukan hanya kewajiban, tetapi juga sarana untuk membersihkan harta dan jiwa, serta menumbuhkan rasa solidaritas.Pendidikan karakter di bulan Ramadan juga sangat erat kaitannya dengan interaksi kita dengan Al-Qur’an. Membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an adalah inti dari pendidikan karakter Islami. Al-Qur’an adalah sumber petunjuk dan pedoman hidup yang lengkap, yang mengajarkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab. Memperbanyak tadarus Al-Qur’an, mengikuti kajian-kajian tafsir, dan berusaha mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari adalah cara terbaik untuk membentuk karakter Qur’ani.Jadi, pendidikan karakter di bulan Ramadan tidak hanya terbatas pada ritual ibadah formal. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari cara kita berinteraksi dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan Al-Qur’an. Dengan memanfaatkan momentum Ramadan ini dengan sebaik-baiknya, kita dapat menempa diri menjadi pribadi yang lebih berkarakter, lebih bertakwa, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Semoga kita semua dapat meraih keberkahan Ramadan dan menjadi generasi Qur’ani yang gemilang. (RED_MHR)
Sumber: jabar.nu.or.id
Hai, Sobat Pio! Pendidikan atau edukasi adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat berlandaskan Undang-Undang. Kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Pendidikan adalah hak dasar setiap individu tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau fisik. Namun, masih banyak tantangan dalam memastikan setiap orang mendapatkan akses pendidikan yang layak. Konsep Pendidikan untuk semua (Education for All/EFA) adalah upaya global untuk menjamin bahwa setiap individu, termasuk mereka yang kurang mampu atau berkebutuhan khusus, dapat memperoleh pendidikan berkualitas. Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan. Pengertian pendidikan sendiri bermakna melakukan suatu tindakan berupa memberikan pendidikan kepada pihak lain. Tujuan pendidikan di suatu negara dengan negara lain tentu akan berbeda bergantung dasar negara, falsafah hidup, dan ideologi negara. Sehingga sebagai manusia Indonesia, pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut ; Untuk mencapai suatu kehidupan yang lebih baik, Untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki sikap dan perilaku sesuai pada nilai-nilai Pancasila.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa pendidikan memiliki peran yang begitu penting untuk masa depan; Pembangunan Keterampilan Melalui pendidikan, individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan memperoleh berbagai keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja. Dalam dunia yang terus berubah dan kompetitif, keterampilan seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, keterampilan teknologi informasi, dan pemecahan masalah menjadi sangat penting. Pendidikan memberikan landasan untuk mengasah keterampilan ini, sehingga individu dapat menjadi lebih siap dan berkualitas untuk menghadapi tantangan di masa depan. Peningkatan Kesempatan Kerja Pendidikan yang baik memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan berpenghasilan tinggi. Banyak perusahaan dan organisasi mencari individu dengan pendidikan formal yang baik karena hal itu mencerminkan komitmen dan ketekunan seseorang dalam mencapai tujuan. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan di pasar kerja, pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi semakin banyak. Maka dari itu, pendidikan yang solid menjadi kunci untuk meningkatkan kesempatan kerja dan mobilitas sosial.
Dalam kesimpulannya, pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk masa depan individu dan masyarakat. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan, pendidikan juga membantu dalam pembangunan karakter, peningkatan kesempatan kerja, pemberdayaan individu, dan menciptakan masyarakat yang lebih maju dan harmonis. (RED_ST).
Sumber : gramedia.com
Hai, Sobat Pio! Belum lama ini Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti sempat menyampaikan rencana Ujian Nasional yang akan diadakan lagi pada tahun 2026 mendatang. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa Ujian Nasional telah resmi ditiadakan oleh pemerintah sejak tahun 2021 lalu. Meski begitu, Mendikdasmen belum bisa merinci terkait format Ujian Nasional apakah akan sama dengan pelaksanaan UN tahun-tahun sebelumnya atau tidak. UN yang akan diadakan kembali akan berbeda dengan UN sebelumnya. Rencananya, pada kepemimpinan Presiden Prabowo akan ada banyak hal dalam lingkup pendidikan yang dikaji ulang. Selain Ujian Nasional, ada juga kebijakan lain seperti Zonasi, Kurikulum Merdeka Belajar, pengenalan Matematika di TK, kesejahteraan guru, dan masih banyak lainnya.
UN perlu diadakan kembali, salah satunya untuk standar penerimaan peserta didik baru (PPDB) pada jalur prestasi. Sebab, AN (Asesmen Nasional) tidak bisa menjadi pedoman tolak ukur prestasi karena didapat melalui sampel, bukan nilai individu. Ukuran nilai individu selama ini hanya melalui nilai rapor, sementara bobot nilai sangat beragam di setiap sekolah. Salah satu aspirasi yang muncul dari perguruan tinggi ialah mereka merasa butuh capaian akademik secara individu dari calon mahasiswa. Namun, UN versi baru nantinya tidak boleh ditetapkan sebagai penentu kelulusan karena akan membebani peserta didik, baik secara mental sekaligus perekonomian keluarganya. Ujian Nasional diharapkan tidak menjadi hal yang ditakutkan bagi siswa jika kembali diterapkan. Kondisi psikologi dari peserta didik juga menjadi hal penting yang harus selalu diperhatikan. Apakah Ujian Nasional akan diadakan kembali atau tidak masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah. Prof. Abdul Mu’ti masih akan mendengar pendapat dari banyak kalangan mulai dari para ahli, pelaku pendidikan, hingga pengamat pendidikan. Selain itu, pandangan dari media massa juga diperlukan untuk memberikan evaluasi terkait pelaksanaan UN. Oleh karena itu, Prof. Abdul Mu’ti akan memberikan keputusan terkait pelaksanaan UN usai mendengar pendapat dari banyak pihak. Baik dari pihak kementerian maupun DPR RI masih akan terus membahas kebijakan tersebut hingga menemukan sebuah keputusan yang paling strategis. (RED_NDA&RED_SMR)
Sumber : https://www.suara.com
Hai, Sobat Pio! Generasi Z (Gen Z) adalah generasi pertama yang tumbuh dalam era digital di mana teknologi dan internet menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Gen Z sering disebut juga sebagai “Zoomers” dan merupakan anak-anak dari generasi X dan milenial. Yang terdiri dari individu berusia 18 hingga 25 tahun, menunjukkan kecenderungan yang signifikan dalam memprioritaskan hubungan romantis dibandingkan pendidikan. Meskipun pendidikan tetap penting banyak Gen Z yang merasa bahwa komitmen dalam pacaran dapat mengganggu fokus mereka pada pengembangan diri dan karier. Berdasarkan riset Tinder, “80% Gen Z menilai perawatan diri dan kesehatan mental sebagai prioritas utama saat berpacaran”. Mereka lebih memilih hubungan yang sederhana dan tidak kompleks, dengan penekanan pada kejujuran dan keterbukaan. Gen Z menginginkan pacaran yang sehat, di mana saling memperhatikan kesehatan mental menjadi hal yang penting.
Sekitar 75% dari mereka menganggap calon pasangan lebih menarik jika terbuka tentang usaha memperbaiki kesehatan mental. Sikap Gen Z terhadap hubungan mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial. Mereka cenderung lebih individualis dan bertekad untuk mencapai tujuan pribadi sebelum terikat dalam komitmen jangka panjang. Hal ini terlihat dari banyaknya Gen Z yang memilih hubungan tanpa status (HTS) untuk menghindari tuntutan emosional yang dapat mengganggu fokus mereka pada pendidikan dan karier. Dengan demikian, meskipun cinta tetap penting, karier sering kali menjadi prioritas utama bagi mereka.
Gen Z sangat menghargai kesehatan mental dalam hubungan. Mereka percaya bahwa menjaga kesehatan mental adalah bagian integral dari pacaran yang sehat. Dalam konteks ini, 69% Gen Z merasa bahwa standar berkencan perlu diperbarui agar sesuai dengan realitas modern. Mereka lebih memilih untuk menjalin hubungan yang tidak hanya romantis, tetapi juga mendukung pertumbuhan pribadi. Secara keseluruhan, pendidikan tetap penting bagi Gen Z. Namun, mereka cenderung lebih mengutamakan hubungan romantis yang sehat dan mendukung pengembangan diri. Dengan fokus pada kesehatan mental dan kualitas hubungan, Gen Z menunjukkan bahwa mereka ingin menciptakan ikatan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan emosional tetapi juga memungkinkan mereka untuk berkembang secara pribadi dan profesional. (RED_NDA&RED_SMR)
Sumber: https://www.suara.com
Hai, Sobat Pio! Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November di Indonesia, bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun 1945. Peringatan ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 sebagai bentuk penghargaan terhadap peran guru dalam pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Tema Hari Guru Nasional 2024 adalah “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” yang mencerminkan dukungan terhadap dedikasi guru dalam mengajar dan berkolaborasi. Tema ini bertujuan untuk meningkatkan martabat profesi guru serta mengapresiasi kontribusi mereka dalam mencerdaskan generasi bangsa.Sejarah Hari Guru dimulai dari pembentukan organisasi guru pada tahun 1912, yang kemudian berkembang menjadi PGRI. Melalui kongres pertama pasca-kemerdekaan, para guru bersepakat untuk bersatu dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Peringatan ini tidak hanya merayakan jasa guru, tetapi juga mendorong peningkatan kualitas pendidikan di seluruh negeri. Hari Guru bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan momen refleksi bagi semua pihak terkait pendidikan. Ini adalah kesempatan untuk menghargai dedikasi guru yang sering kali bekerja dengan penuh pengorbanan. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, moral, dan etika siswa. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inspiratif. Mereka adalah pemandu yang membantu siswa menemukan potensi diri dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.Merayaan Hari Guru biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera, seminar pendidikan, serta penghargaan bagi guru-guru berprestasi. Sekolah-sekolah sering kali mengadakan acara spesial untuk menghormati guru, termasuk pertunjukan seni dan pemberian ucapan terima kasih dari siswa. Hari Guru adalah pengingat akan pentingnya peran pendidik dalam membangun masa depan bangsa. Dengan menghargai dan mendukung guru, kita turut berkontribusi dalam menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan berkarakter. Mari kita rayakan Hari Guru dengan penuh rasa syukur dan komitmen untuk terus mendukung pendidikan di Indonesia. Selain itu, Hari Guru juga menjadi momen refleksi atas peran guru dalam membentuk karakter generasi muda. (RED_NDA&RED_SMR)Sumber: https://m.kumparan.com
Hai, Sobat Pio! Sumpah Pemuda merupakan ikrar kebangsaan yang dirumuskan melalui putusan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Ikrar ini berisi pernyataan kebangsaan pemuda-pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang yang berbeda, seperti daerah, suku, dan agama yang menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan ialah Indonesia. Keyakinan itu kemudian disebarluaskan untuk dijadikan asas bagi semua perkumpulan kebangsaan Indonesia setelah peristiwa Kongres Pemuda Kedua. Kongres Pemuda Kedua ini digagas oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres tersebut bertujuan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan yang telah tumbuh di dalam benak dan sanubari pemuda-pemudi bangsa Indonesia.
Kongres Pemuda Kedua ini digelar ditiga tempat yang berbeda yaitu gedungKatholieke JongenlingenBond,Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106). Keseluruhan biaya yang digunakan akan ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela. Kepanitiaan kongres ini terdiri dari Sugondo Djojopuspito (PPPI) sebagai ketua, R.M. Djoko Marsaid (Jong Java) sebagai wakil ketua, Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond) sebagai sekretaris, Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond) sebagai bendahara, Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond) sebagai pembantu I, R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia) sebagai pembantu II, R.C.L. Sendoek (Jong Celebes) sebagai pembantu III, Johannes Leimena (Jong Ambon) sebagai pembantu IV, Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi) sebagai pembantu V.
Setelah melakukan tiga kali pertemuan, Kongres Pemuda Kedua menghasilkan Keputusan berupa ikrar “Sumpah Pemuda”. Berikut ini adalah isi dariikrar Sumpah Pemuda :
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Sumpah pemuda juga menumbuhkan semangat dan komitmen generasi muda dalam persatuan dan kesatuan untuk lepas dari penjajahan dan menumbuhkan sikap patriotisme, nasionalisme, dan gotong royong, serta membentuk Bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Selain itu, Sumpah Pemuda dimaknai sebagai awal dari perjuangan bagi para pelajar dan tugas mereka kini adalah mempertahankan rasa persatuan dan kesatuan. (RED_NDA&RED_SMR)
Hai, Sobat Pio! KIP merupakan program bantuan dana dari pemerintah untuk siswa yang berprestasi tetapi terhalang biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan keterbatasan ekonomi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan perluasan akses dan kesempatan belajar di jenjang yang lebih tinggi secara merata dan berkualitas bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Sudah terlihat bahwa program KIP ini sangat bermanfaat bagi mereka yang mendapatkan program KIP untuk kepentingan pendidikan dengan semestinya. Bantuan ini sangat membantu ketika mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan.
Adapun dampak negatif dari program bantuan ini, yaitu penyalahgunaan dana KIP oleh penerima yang tidak tepat sasaran. Penerima KIP bukanlah mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu. Terdapat oknum-oknum yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan dana dari program ini. Mereka memalsukan data-data saat mendaftar KIP agar mereka bisa diterima dan mendapatkan bantuan tersebut. Sementara oknum-oknum tersebut dari segi finansial masih mampu untuk membiayai pendidikannya sendiri. Biasanya penerima yang menyalahgunakan dana KIP tidak menggunakan dana tersebut dengan semestinya. Banyak dari mereka yang menggunakan dana tersebut untuk keperluan tidak penting, seperti digunakan untuk mencari kesenangan pribadi.
Dengan adanya kasus ini perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi pada pemberian dana KIP agar masalah tersebut tidak semakin membesar. Kurangnya pengawasan yang ketat terhadap pemberian dana tidak tepat sasaran merupakan masalah utama yang sering dilaporkan. Sebelum masalah ini semakin membesar dan merugikan banyak pihak, pemerintah harus segera mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan memastikan bahwa program ini tidak salah sasaran. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memeriksa secara menyeluruh kepada penerima KIP agar lebih mengetahui apakah mereka layak untuk mendapatkan bantuan tersebut. Selain itu, Kementrian Pendidikan juga dapat memperbarui data setiap satu semester sekali agar dapat mengetahui keadaan ekonomi mereka yaitu masih layak atau tidak untuk mendapatkan dana dari bantuan KIP. (RED_NDA&RED_SMR)
Sumber : https://www.kompasiana.com
