Gudeg Khas Yogyakarta

IMG 20250318 WA0019

Hai, Sobat Pio! Gudeg adalah hidangan khas Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat hidangan gudeg. Warna cokelat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg biasanya dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tempe, tahu, dan sambal goreng krecek. Nama gudeg berasal dari istilah dalam bahasa Jawa, yaitu hangudeg atau ngudheg yang berarti mengaduk. Ini merujuk pada proses pembuatannya yang sesekali diaduk dengan menggunakan centong agar tidak gosong. Istilah hangudeg juga dapat bermakna memasak nangka dengan santan dan daun melinjo di dalam kuali besar.

Gudeg sangat populer di Jawa, hidangan ini merupakan hidangan populer baik sebagai masakan rumahan maupun hidangan jalanan. Gudeg juga diproduksi secara industri sebagai makanan kaleng. Gudeg juga bisa ditemui di luar Indonesia, khususnya di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Gudeg sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam di abad ke-16. Konon, makanan ini lahir karena melimpahnya pohon nangka di daerah sekitar kerajaan. Para prajurit dan rakyat mengolah nangka muda menjadi makanan yang bisa bertahan lama, sehingga cocok untuk bekal perjalanan atau peperangan.

Berkat dimasak dalam kurun waktu yang lama atau sekitar 5 jam, gudeg memiliki cita rasa istimewa yang cenderung manis. Namun jangan khawatir bagi pencinta pedas karena tingkat kepedasan dapat disesuaikan dengan menambahkan sambal krecek. Gudeg pun dapat disantap sebagai menu sarapan, makan siang atau makan malam. Secara umum, ada dua jenis gudeg yang biasanya disajikan, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah biasanya harus langsung disantap karena tidak tahan lama di suhu ruangan. Sebaliknya, gudeg kering justru sering kali dibeli sebagai oleh-oleh khas Jogja karena lebih awet. Ada pula gudeg manggar khas Bantul yang bahan baku utama pembuatannya tidak terbuat dari nangka muda, tetapi bunga kelapa. Akibat bahan yang sulit didapat, biasanya gudeg manggar dihargai lebih mahal daripada gudeg biasa. Gudeg dapat dikemas ke dalam besek (kotak yang terbuat dari bambu) atau kendil (guci tanah liat), atau kalengan. Gudeg kalengan bisa bertahan hingga satu tahun, meski rasanya tidak sebagus yang baru dimasak.

Seiring perkembangan, gudeg disajikan dalam variasi kemasan yang beragam. Berikut beberapa kategorinya yang disadur dari buku Gastronomi Indonesia sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata oleh Suci Sandi Wachyuni. ( RED_STI)

sumber : id.m.wikipedia.org