Kebo-keboan Banyuwangi


Hai, Sobat Pio! Sejak dahulu di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ada sebuah upacara tradisi khusus untuk menghalau wabah penyakit. Tradisi itu sudah berlangsung sejak lama dan masih terus diselenggarakan sampai saat ini. Nama tradisi ini adalah Kebo-keboan atau dalam bahasa Indonesia berarti “kerbau jadi-jadian”. Kebo-keboan merupakan salah satu upacara adat Banyuwangi, Jawa Timur. Upacara Kebo-keboan merupakan wujud rasa syukur masyarakat suku Osing terhadap hasil panen yang mereka terima. Selain itu, ritual ini juga berfungsi sebagai upacara bersih desa agar masyarakat terhindar dari bahaya.

Sesuai dengan namanya, kebo-keboan dilakukan dengan mengarak kerbau. Namun, kerbau yang digunakan bukan kerbau sungguhan, melainkan manusia yang berdandan seperti kerbau dengan dilumuri cat berwarna hitam pekat beserta aksesoris tanduk di kepala dan jadilah kerbau yang siap diarak. Dalam ritual adat tersebut, warga yang berdandan kebo-keboan (kerbau) nantinya akan mengelilingi penonton, kemudian satu persatu menceburkan penonton ke dalam kubangan. Penonton tersebut akan ditarik lalu dicampakkan ke kubangan dengan sangat kuat, hingga orang itu melayang akrobatik lantas mendarat di kubangan dengan sangat keras.
Mengenai hal ini, ada cerita tutur sejak masa leluhur yang tetap dipegang teguh oleh generasi masa kini di Desa Alasmalang. Di Banyuwangi sendiri ada dua upacara tradisi sejenis. Selain di Desa Alasmalang, ada juga tradisi Keboan di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur. Meskipun mirip, upacara tradisi di kedua desa ini memiliki sejumlah perbedaan. Begitu seterusnya ritual ini dilakukan, sampai semua orang yang ada di tempat itu berlumuran lumpur seperti main kebo-keboan. Diiringi musik khas Banyuwangi, hal ini dilakukan untuk meminta berkah keselamatan dan wujud bersih desa.
Upacara Kebo-keboan dilaksanakan satu tahun sekali, Tepatnya di hari Minggu antara tanggal 1 sampai 10 bulan Sura. Hari Minggu dipilih karena pada hari ini seluruh masyarakat tidak sedang bekerja. Sementara pemilihan bulan Sura dikarenakan masyarakat Jawa percaya bulan ini merupakan bulan yang keramat. Upacara tradisi ini dimulai pada pukul 08.00 WIB. Upacara dimulai dengan doa dan makan tumpeng bersama. Jumlah tumpeng yang disediakan dalam acara makan bersama ada 12 buah. Jumlah itu melambangkan perputaran kehidupan manusia, 12 jam sehari dan 12 jam semalam.
Ritual ini diakhiri dengan prosesi membajak sawah dan menabur benih padi oleh kebo-keboan di petak sawah yang telah disediakan. Dalam prosesnya, benih padi yang nantinya ditabur oleh Dewi Sri ini akan banyak diperebutkan warga, karena diyakini bibitnya akan menghasilkan hasil panen yang lebih berlimpah.

Banyak sekali budaya yang ada di Indonesia ini ya, Sobat Pio. Sebagai generasi penerus yang baik, sebaiknya kita harus tetap melestarikan budaya-budaya ini. Itu tadi sedikit penjelasan tentang kebo-keboan yang berada di Banyuwangi, semoga bermanfaat dan sampai bertemu di edisi selanjutnya. (RED_INZ)

Sumber : http://m.merdeka.com

Keris Nogososro


Hai, Sobat Pio! Apakah kalian sudah tahu tentang Keris Nogososro? Kalau belum tahu, simak kisah Keris nogososro berikut ini. Keris nogososro merupakan pusaka legendaris di Jawa yang kerap digunakan oleh pemimpin-pemimpin di masa lampau. Keris ini diketahui memiliki kesaktian yang akan diwariskan kepada pemiliknya. Konon, keris nogososro merupakan keris paling di dataran Jawa. Keris nogososro hanya bisa dimiliki oleh penguasa sejati. Penguasa sejati dimasa lampau diwajibkan untuk memiliki pegangan benda pusaka di sampingnya.

Pembuatan keris nogososro diawali dengan Raja Brawijaya memerintahkan Empu Supo Anom untuk membuat sebuah benda pusaka, dengan tujuan meredam bencana dan pemberontakan di kerajaan tersebut. Pada saat Ki Supo anom dibantu oleh teman-temannya yang terdiri dari roh halus dan jin. Pada saat empu-empu yang lain membakar keris dengan api, tetapi Ki Supo Anom justru mengeluarkan tenaga dari tangannya sendiri. Dengan bantuan makhluk halus tersebut tangannya mengeluarkan panas luar biasa dan pahanya menjadi bagian tempat tempaan tersebut.
Akibatnya air laut itu mendidih bagaikan Wedang atau air panas. Oleh sebab itu, keris tersebut diberi nama Kiai Segoro Wedang. Tapi kemudian dikenal sebagai Nogososro. Maka sejak Raden Fatah berkuasa, keris ini menjadi andalan utama pemerintahan islam jawa yang pertama yang berpusat di Demak Bintoro atau Glagah Wangi, pesisir utara Jawa Tengah. Satu contoh sederhana, keris nogososro dan sabuk inten. Orang jawa percaya keris nogososro memiliki 13 lekukan, benar-benar keris yang sangat indah. Keris nogososro memiliki 1000 sisik, sebagai simbolisme untuk menolak 1000 bencana di Kerajaan Majapahit. Motif naga dan batu nisan sebagai simbol kesaktian.
Hanya orang predikat “pemimpin sejati” yang bisa memegang sebagai orang tersebut, dirinya akan dianugerahi dengan kelanggengan dalam berkuasa. Hingga kini, tidak ada yang tahu pasti keberadaan Keris Nogososro asli. Namun, tiruannya banyak beredar di kalangan masyarakat, dan kerap diperjualbelikan dengan harga mahal.
Nah, Sobat Pio jadi itu tadi sedikit kisah dari Keris Nogososro. Sekian untuk artikel hari ini semoga bermanfaat dan sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_AFH)

Sumber: https://www.okezone.com

Hilangkan Rasa Gengsi Agar Budaya Bangsa Tetap Abadi


Hai, Sobat Pio! Indonesia telah dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya daerah atau lokalnya. Dengan banyaknya warisan budaya daerah yang dimiliki bangsa Indonesia, masyarakat wajib untuk melestarikan budaya daerah yang ada di sekitarnya. Masyarakat Indonesia harus mampu menjaga kelestarian budaya bangsa dari beragam banyaknya budaya asing yang masuk. Melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik dan modern. Hal ini bukan berarti kita menutup rapat untuk tidak menerima budaya asing, namun haruslah lebih selektif lagi karena banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

Budaya lokal juga sebenarnya dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, selagi tidak meninggalkan ciri khas dari budaya aslinya. Hanya saja bagaimana cara kita dapat mengadaptasikan budaya lokal di tengah perkembangan zaman yaitu era globalisasi, sehingga budaya nusantara tidak musnah dan tetap bertahan.

Praktik sederhana dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan menghilangkan perasaan gengsi atau malu terhadap kebudayaan yang kita miliki, mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan atau melecehkan budaya orang lain, menggunakan bahasa daerah dilingkungan keluarga, mempelajari kesenian, mengenal makanan tradisional, mengedepankan solidaritas, dan toleransi yang tinggi.

Bahkan memajukan kebudayaan terdapat dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 1, yang menyebutkan negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.

Nah Sobat Pio, kita sebagai generasi penerus sudah seharusnya ikut serta dalam melestarikan kebudayaan lokal. Banggalah dengan kebudayaan nusantara yang kita miliki dengan menghilangkan rasa gengsi agar budaya bangsa abadi. Terlebih di zaman yang serba canggih ini, sudah saatnya generasi milenial bangkit untuk sebar dan viralkan keunikan ini pada dunia luar. (RED_IRA)

Sumber : https://retizen.republika.co.id

Madihin Kesenian Khas Kalimantan Selatan


Hai, Sobat Pio! Apakah kalian tahu tentang madihin? Seni madihin merupakan salah satu bentuk sastra tradisi (sastra lisan) oleh masyarakat Kalimantan Selatan dijadikan kesenian khas daerah yang berisi syair dan pantun yang dinyanyikan. Kata madihin berasal dari kata madah yang artinya adalah pujian. Syaratnya yaitu nasehat yang bermanfaat dan diselingi dengan humor yang segar. Serta dapat mengikuti perkembangan zaman dan kondisi pada saat ditampilkan, termasuk selera penontonnya.

Syair Madihin adalah jenis puisi lama dalam sastra Indonesia karena menyajikan syair–syair yang berasal dari kalimat akhir yang bunyinya bersamaan. Madah juga diartikan sebagai kata–kata pujian, karena syair dan bait madihin berupa pujian. Madihin menurut arti lain dalam bahasa Banjar adalah papadahan atau mamadahi. Dalam bahasa Indonesia artinya memberi nasihat, oleh karena itu isi syair dan pantun berupa nasehat.

Lahirnya madihin banyak dipengaruhi oleh kesenian Islam, yaitu kasidah dan syair yang bercerita dengan dibacakan oleh masyarakat Banjar. Fungsi madihin dalam acara perkawinan yaitu sebagai hiburan, namun di dalamnya juga berfungsi sebagai nasihat, media informasi, pengarahan agama, dan media hiburan untuk mengumpulkan masyarakat. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi seni berpantun Banjar adalah Terbang Madihin, yaitu alat musik semacam rebana atau gendang.

Biasanya, kesenian madihin dipertontonkan pada malam hari, namun di masa sekarang juga bisa dilakukan di siang hari sesuai permintaan. Madihin biasanya dipertontonkan selama 1 hingga 2 jam. Jika dulu madihin biasa diterapkan di tempat terbuka, seperti halaman atau lapangan yang lapangan yang luas, dengan panggung ukuran 4×3 meter, sekarang madihin sering dipertunjukkan di dalam gedung pertunjukan.

Menurut Syukrani (1994:9) struktur baku permainan madihin adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan.

Pembukaan yaitu melantunkan sebuah sampiran pantun yang disebut membawakan Hadiyan yang diawali terlebih dahulu dengan pukulan terbang pembukaan.

2. Memasang tabu

Memasang tabu yaitu membawakan pantun yang berisi penghormatan terhadap penonton, ucapan terima kasih, minta maaf jika ada kesalahan atau kekeliruan ketika membawakan pertunjukan.

3. Menyampaikan isi

Bagian ini disebut juga dengan manguran, yaitu menyampaikan pantun yang isinya selaras dengan tema pergelaran madihin. Sampiran pantun di dalam pembukaan harus selaras dengan isi yang akan disampaikan oleh pamadihinan.

4. Penutup

Penutup yaitu menyampaikan kesimpulan dari keseluruhan isi yang sudah disampaikan. Pada bagian penutup ini juga membawakan kata penghormatan kepada penonton, serta mohon pamit dan di tutup dengan membawakan sebuah pantun penutup.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai Madihin yang merupakan kesenian khas Kalimantan Selatan berisi syair dan pantun yang dinyanyikan. Sekarang kalian menjadi tau apa itu Madihin. Semoga bermanfaat ya Sobat Pio, sampai jumpa di edisi selanjutnya.(RED_ANS)

 

Sumber : https://m.rri.co.id

 

Kalian Percaya Weton Jawa?


Hai, Sobat Pio! Bagaimana kabar kalian? Semoga tetap sehat selalu ya! Kali ini kita akan membahas mengenai tradisi weton Jawa. Tradisi weton merupakan tradisi yang berasal dari suku Jawa yang sangat mudah dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Timur. Istilah weton berarti penanggalan atau perhitungan dari hari lahir seseorang yang biasanya digunakan untuk menentukan ramalan tertentu. Tradisi weton Jawa terdiri dari dino atau hari, serta pasaran atau kepercayaan terhadap hari. Pada penanggalan Jawa, 7 hari ditambah dengan pasaran Jawa seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon.

Bagi masyarakat Jawa, weton dapat digunakan untuk memperingati berbagai macam kegiatan, seperti yang banyak dikenal masyarakat yaitu menentukan jodoh seseorang. Menurut kepercayaan zaman dahulu, weton dapat digunakan untuk menentukan kecocokan dan keserasian antar pasangan yang akan menikah berdasarkan tanggal lahir keduanya. Menurut kepercayaan orang zaman dahulu, menentukan tanggal pernikahan tidak hanya langsung pilih saja loh Sobat Pio, melainkan harus dihitung terlebih dahulu untuk mendapatkan hari baik pernikahan. Sampai sekarang kepercayaan ini juga masih banyak dijumpai di beberapa tempat.

Selain itu, tradisi weton juga banyak digunakan masyarakat Jawa untuk menentukan hari puasa weton. Masyarakat Jawa percaya bahwa pada saat wetonnya diulang, maka sebaiknya melakukan puasa weton. Puasa weton biasanya dilakukan setiap hari kelahiran tiba. Untuk melakukan puasa weton, masyarakat Jawa melakukan puasa seperti puasa Islam pada umumnya, namun hanya dilakukan jika bertepatan dengan weton kelahirannya saja. Tidak hanya itu, tradisi weton juga dipercaya masyarakat Jawa untuk menentukan hari-hari penting, seperti hari pindahan rumah, pembangunan rumah, dan lain sebagainya. Weton jenis ini digunakan untuk memperingati hari-hari penting seseorang.

Nah Sobat Pio, itu tadi merupakan sedikit informasi mengenai tradisi weton dari Jawa yang masih banyak kita temui sampai sekarang. Tradisi weton merupakan kepercayaan masyarakat kuno yang bisa diturunkan kepada generasi mendatang. Semua tergatung kepada diri sendiri, apakah ingin mempercayai atau tidak mengenai tradisi weton Jawa ini. Semoga bermanfaat ya Sobat Pio! Sampai jumpa di edisi selanjutnya.  (RED_FRN)

 

Sumber : https://borobudur.news.com

Kalian tahu Karapan Sapi tidak?


Hai, Sobat Pio! Apa kalian tahu tentang tradisi budaya karapan sapi? Karapan sapi merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Pada tradisi budaya karapan sapi ini  menggunakan sepasang sapi untuk menarik semacam kereta dari kayu dan disandingkan dengan sepasang sapi lainnya untuk diperlombakan. Karapan sapi ini biasanya digelar setiap tahun sekali pada bulan Agustus atau September, lalu akan diperlombakan lagi untuk memperebutkan juara pada bulan September atau Oktober.

Budaya karapan sapi ini sudah ada sejak abad ke-14 Masehi. Kata kerapan berasal dari kata kerap atau kirab, yang berarti berangkat bersama-sama. Pada zaman dahulu pertanian berkembang sangat pesat, maka dari itu para petani berlomba-lomba untuk menyelesaikan sawahnya. Dan pada akhirnya muncullah perlombaan karapan sapi ini.

Tradisi budaya karapan sapi ini memiliki banyak jenis loh Sobat Pio, di antaranya karapan kecil atau biasa disebut karapan keni oleh masyarakat Madura. Disebut karapan kecil karena karapan jenis ini diselenggarakan pada tingkat kecamatan. Selain itu, karapan kecil atau karapan keni ini ditempuh dengan jarak 110 km dengan menggunakan sapi-sapi yang masih dilatih. Tidak hanya itu, jenis karapan sapi lainnya yang sering kita temui, yaitu karapan sapi besar atau biasa disebut karapan rajha. Sesuai namanya, karapan ini tergolong karapan sapi jenis besar karena diselenggarakan di ibukota kabupaten. Karapan sapi jenis ini ditempuh dengan jarak 120 km dan pesertanya berasal dari juara tingkat kecamatan.

Sebelum karapan dimulai, sapi-sapi yang akan diperlombakan dihias oleh sang pemilik dengan berbagai macam atribut seperti pakaian warna-warni dan perhiasan seperti lonceng yang memperindah sapi untuk diperlombakan. Setelah itu, sapi akan diarak menuju lapangan untuk dipamerkan kepada penonton, sekaligus untuk meregangkan otot-otot sapi sebelum perlombaan dimulai.

Karapan sapi bukan hanya sekedar perlombaan, tetapi merupakan suatu tradisi yang mengandung nilai-nilai luhur dalam masyarakat. Nah Sobat Pio, itu tadi merupakan sedikit informasi mengenai tradisi budaya yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Semoga bermanfaat ya Sobat Pio! (RED_FRN)

Sumber : https://pulaumadura.com

 

 

Melestarikan Batik Lewat Motif Modern


Hai, Sobat Pio! Kali ini kita akan membahas mengenai pelestarian ragam budaya batik lewat motif modern. Taukah kalian? Batik merupakan suatu warisan leluhur hasil karya bangsa Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya Lisan dan nonbedawi.

Batik Indonesia dapat berkembang sampai pada suatu tingkatan yang tidak ada bandingannya, baik dalam desain motif ataupun proses pembuatannya. Corak dan motif pada kain batik yang beragam menggambarkan suatu makna dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Motif batik merupakan kerangka gambar pada kain batik perpaduan dari garis, bentuk, dan corak sehingga mewujudkan satu kesatuan batik secara keseluruhan. Banyak jenis motif batik yang dapat ditemui di Indonesia, seperti batik motif hewan, motif manusia, motif geometris dan lain sebagainya.

Dengan adanya era globalisasi pada zaman sekarang menjadikan fashion maupun kebudayaan lokal seperti batik terlupakan. Banyak masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan fashion yang dipengaruhi oleh tren dari luar negeri. Selain itu, dengan adanya tren fashion dari luar negeri menjadikan brand lokal jarang yang menggunakan unsur kebudayaan sebagai komponennya.

Maka dari itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar batik dapat terus dilestarikan adalah dengan mengkreasikan batik dengan warna cerah dan motif yang populer di kalangan anak muda. Tidak hanya dengan mengkreasikan warna dan motif, batik dapat dikreasikan dengan gambar-gambar yang unik dan menarik, seperti batik dengan gambar gajah, ayam jago, teko air, dan masih banyak lagi. Gambar yang ada pada batik motif modern didesain lebih ringan agar masyarakat tetap menggunakan dan melestarikan budaya warisan nenek moyang kita.

Meskipun batik modern banyak disajikan dengan motif yang unik, namun batik tetap memiliki makna dan filosofi yang dalam. Seperti batik modern dengan motif ayam jago memiliki filosofi bahwa ayam jago merupakan seseorang yang memiliki sifat pekerja keras dan mau bangun pagi.

Dengan bergesernya produk lokal bangsa Indonesia, semangat dan rasa cinta terhadap kebudayaan akan semakin menurun. Dengan begitu diperlukan kesadaran dari generasi-generasi muda untuk mengakui dan menjaga batik Indonesia agar terus berkembang. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat ya Sobat Pio. (RED_FRN)

 

Sumber : https://nasional.republika.com

 

 

 

Keunikan Tari Topeng


Hai, Sobat Pio! Kalian pasti tidak asing lagi dengan tari topeng bukan? Tari topeng merupakan tarian yang lahir pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa. Beliau adalah Raja Jenggala yang ada di Jawa Timur. Tarian ini sudah ada sejak abad ke-10 Masehi. Seiring berjalannya waktu, tari topeng ini mulai menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat, salah satunya daerah Cirebon.

Pada saat tari topeng mulai masuk di daerah Cirebon, tarian ini kemudian menyatu dengan kesenian setempat, hingga menciptakan sebuah tarian yang khas. Tarian ini memiliki simbol dan juga filosofi tertentu pada setiap gerakannya. Tari topeng ini juga menjadi asal mula munculnya tarian lain, seperti tari topeng rumyang, tari topeng panji, tari topeng samba, dan lain sebagainya.

Sesuai dengan namanya, tari topeng disajikan dengan menggunakan topeng sebagai aksesorisnya. Selain itu, pakaian yang digunakan penari, di antaranya baju kutang lengan pendek, celana panjang bawah lutut (sontog), penutup dada yang dikenakan di bahu (mongkron), selendang di pinggang (sampur), ikat pinggang (nadong), penutup kepala (sobrah), serta gelang tangan, dan kaki.

Banyak hal unik yang ada pada tarian ini, di antaranya adalah topeng yang digunakan oleh setiap penari memiliki karakter yang berbeda-beda. Masing-masing karakter membawa peranan tersendiri dalam tarian topeng. Selain itu, warna dan ukiran yang ada pada topeng menggambarkan arti pada setiap karakternya.

Dengan diiringi alunan alat musik gendang dan rebab, tari topeng dipentaskan di tempat terbuka kemudian membentuk setengah lingkaran. Ciri khas tarian ini terletak pada gerakan tangan yang gemulai. Selain itu, tari topeng merupakan jenis tarian sakral yang membutukan ritual khusus sebelum mementaskannya. Menurut kepercayaan setempat, umumnya para penari akan berpuasa, pantang, maupun bersemedi sebelum melakukan tari topeng. Bahkan, sebelum melakukan pertunjukan tari topeng masyarakat percaya bahwa harus disediakan dua sesajen sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Tidak hanya mengandung unsur hiburan, tarian ini juga mempunyai nilai-nilai dan pesan tertentu.

Nah, perlu kesadaran masyarakat agar tetap terus melestarikan dan mengenalkan tarian ini kepada masyarakat lokal maupun mancanegara. (RED_FRN)

Sumber : https://rimbakita.com

 

Ragam Budaya Barikin


Hai Sobat Pio! Barikin merupakan desa yang berada di Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimatan Selatan. Desa ini dijadikan sebagai desanya para seniman, karena desa ini terpilih menjadi satu-satunya desa yang mengikuti program seniman mengajar se- Kalimantan Selatan.

Ada banyak kesenian tradisional yang terkenal dalam budaya Barikin ini, seperti Teater Rakyat Japin Carita. Pertunjukan Japin Carita ini merupakan bentuk perpaduan antara tari dan musik Japin di Kalimantan Selatan. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan seni ini adalah gambus, biola, suling, keprak, tamborin, dan gong.

Dalam masyarakat Banjar, Gambus mengalami perkembangan dan perubahan penyebutan menjadi panting. Panting sudah ada sejak tahun 170-an. Istilah Panting berasal dari bahasa Banjar, yang artinya “memanting” atau memetik. Pada mulanya, alat musik Panting ini digunakan untuk mengiringi pertunjukan teater rakyat, serta digunakan untuk mengiringi tari-tarian. Seiring dengan perkembangan zaman, alat musik Panting ini mulai digunakan sebagai pengiring lagu-lagu daerah Kalimantan Selatan.

Banyak kesenian budaya barikin lainnya yang tidak kalah menarik, yaitu wayang. Jenis wayang yang menjadi ciri khas budaya Barikin sangat beragam, salah satunya adalah wayang gung. Wayang gung merupakan pertunjukan yang mementaskan cerita Ramayana versi Banjar yang menampilkan pengolahan vokal pemain dan gerakan tari dalam iringan musik gamelan dan ketopong.

Selain pertunjukan wayang, ada juga Tari Gandut yang menjadi daya tarik masyarakat. Tari ini merupakan tari tradisional khas Kalimantan Selatan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tari Gandut bersal dari kata “begandut” yang merupakan istilah untuk penari perempuan. Orang yang mengikuti tarian ini biasanya memberikan sejumlah uang di suatu wadah yang disebut sasanggan. Dalam pertunjukan Tari Gandut ini, penari membawakan tarian ini dengan gerakan yang cenderung menarik penonton khususnya kaum lelaki untuk ikut menari.

Jadi, sebagai salah satu keragaman budaya yang ada di Indonesia, budaya Barikin memberikan dampak baik bagi masyarakat. Tugas kita sebagai penerus bangsa adalah ikut melestarikan dan menjaga budaya kita agar tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita nanti. (RED_FRN)

Sumber : http://journal.isi.ac.i

Serap Tampak Tapak


Hai Sobat Pio! Kalian tau nggak sih apa itu Permanen Serap Tampak Tapak? Serap Tampak Tapak merupakan pameran seni yang digelar di Orbital Dago, Bandung, Jawa Barat. Pameran seni tunggal karya Daniel Nugraha ini menyajikan ragam kegiatan sketsa urban yang pernah dijalaninya loh, Sobat Pio.

Pameran tunggal karya Daniel Nugraha ini berisi tentang perjalanan atau traveling diary yang dikemas dalam bentuk karya sketsa lukisan hasil menggambar dari beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surakarta, Dewata, serta Bandung.

Daniel Nugraha membagikan cerita dan pengalamannya melalui sebuah karya dengan nuansa visual yang menarik. Beberapa karya yang ia buat dilakukan secara on the spot atau menggambar langsung pada objek yang ingin dilukis. Selain dilakukan secara on the spot, pembuatan karya juga di gambar ulang di studio.

Pada pameran tunggal karya ini, pengunjung dapat membaca cerita yang ada di sebelah karya lukisan Daniel Nugraha. Cerita yang dimuat merupakan cerita perjalanan pada setiapiap kota yang ia datangi. Saat bagian bawah sketsa yang dipajang pameran terdapat nominal harga yang menjadikan kesan tersendiri bagi para pengunjung.

Menurut Daniel Nugraha, dengan diadakan pameran sketsa dari diary perjalanannya ini dapat menyadarkan para pengunjung bahwa banyak perubahan yang dapat terjadi pada tempat yang ia lukis, baik perubahan dalam segi penampilan, keadaan, serta cerita dari tempat tersebut.

Selain adanya pameran tunggal karya Daniel Nugraha ini, aktivitas komunitas pembuatan sketsa lainnya sudah mulai menyebar di banyak kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, Makassar, dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya sketser yang sudah menyebar di seluruh Indonesia ini sering diadakan kegiatan workshop dan seminar, baik tingkat nasional maupun internasional.

Adanya pameran Serap Tampak Tapak ini memberikan banyak dampak positif pada kalangan masyarakat serta para seniman sketsa lukisan. Diharapkan pada masa kedepannya masyarakat lebih dapat mengenal tentang sejarah Indonesia dan para komunitas sketsa disetiap kota di Indonnesia dapat berkembang dengan baik. (RED_FRN)

Sumber : http://beritabaik.id