Hai, Sobat Pio! Perubahan bentuk kesenian ke kesenian lain seperti pengubahan novel ke dalam film atau pengubahan puisi ke dalam lagu disebut sebagai alih wahana yang secara teori dapat bernama ekranisasi, musikalisasi, dramatisasi, atau novelisasi. Salah satu contohnya yaitu puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono yang dialih wahanakan menjadi film “Cinta dalam Sepotong Roti” karya Garin Nugroho.
Puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono sudah jadi bagian dari kehidupan banyak orang di Indonesia. Dengan kata-kata yang sederhana, puisi ini berhasil menggambarkan cinta yang tulus dan tidak berlebihan. Baris “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana” pasti sering terdengar, terutama saat orang sedang berbicara tentang cinta yang murni dan apa adanya.
Nah, pada tahun 1991, Garin Nugroho, seorang sutradara yang juga punya cara pandang unik terhadap seni, terinspirasi oleh puisi ini dan mengadaptasinya ke dalam film berjudul Cinta dalam Sepotong Roti. Alih wahana ini, atau transformasi dari puisi ke film, dilakukan Garin dengan sangat hati-hati, memastikan bahwa esensi dari puisi “Aku Ingin” tetap hidup dalam bentuk yang berbeda.
Film ini tidak hanya mencoba memvisualisasikan apa yang ada di puisi Sapardi, tetapi juga memperluas maknanya. Cinta dalam Sepotong Roti menceritakan tentang perjalanan cinta dan pencarian makna hidup dari sekelompok sahabat. Garin menggunakan elemen-elemen visual yang memukau, serta dialog yang puitis untuk menangkap dan memperkaya nuansa yang ada di dalam puisi “Aku Ingin”.
Garin berhasil menangkap keindahan dan kesederhanaan yang ada di dalam puisi tersebut, lalu mengembangkannya menjadi sebuah narasi film yang lebih luas. Dengan cara ini, Garin tidak hanya menghormati karya asli Sapardi, tetapi juga memberikan kesempatan kepada penonton untuk merasakan puisi tersebut dengan cara yang berbeda.
Alih wahana ini membuktikan bahwa sebuah puisi yang sederhana bisa berkembang menjadi sebuah karya film yang kaya akan emosi dan makna. Cinta dalam Sepotong Roti pun menjadi bukti bahwa seni memang bisa menjelma dalam berbagai bentuk, tetap menyentuh hati, dan selalu punya cara baru untuk dinikmati. (RED_DEW)
Sumber: https://lib.ui.ac.id