Hai, Sobat Pio! Apa kalian tahu apa itu Wayang Sekelik? Wayang Sekelik merupakan sastra lisan warahan yang kemudian mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan menjadi bentuk visual, yakni yang kita kenal dengan Wayang Sekelik atau Wayang Saudara. Wayang Sekelik ini berasal dari Lampung. Wayang Sekelik mulai muncul pada tahun 2005, dan mulai berkembang pada tahun itu juga. Dimulai saat salah seorang punyimbang tokoh adat Tulang Bawang Megou Pak mengadakan diskusi mengenai budaya warahan sebagai sastra tutur yang selama ini ditampilkan tanpa penggambaran agar diaktualisasikan melalui wayang, guna mempermudah penonton untuk memahami alur cerita. Budaya wayang ini sebenarnya telah ada dan populer di kalangan masyarakat Lampung sejak lampau akibat akulturasi budaya Jawa dan Lampung. Akan tetapi tidak dikenal luas dengan nama wayang, melainkan dikenal dalam Bahasa Lampung sebagai ‘lineu’ atau bisa diartikan sebagai bayangan.
Secara visual tidak ada perbedaan antara Wayang Sekelik dengan Wayang Jawa. Tapi, bila dicermati lebih dalam ada sejumlah perbedaan. Contohnya, ornamen gunungan dalam Wayang Sekelik menyimbolkan budaya Lampung. Lalu, ada Siger, Siwo Migo atau sembilan marga, serta adanya ornamen pucuk rebung dalam detail wayang. Wayang Sekelik juga memiliki sinden layaknya pementasan Wayang Jawa, dimana saat pementasan akan membawakan lagu sesuai adegan seperti begurau (humor), dan panggeh-ringgeh. Sedangkan untuk tabuhan Wayang Sekelik ini berbeda dengan Wayang Jawa, yang biasanya Wayang Jawa menggunakan gemelan, tetapi Wayang Sekelik diiringi dengan Talo Balak. Dengan berbagai jenis tabuhan sesuai lagu meliputi Tabuh Rajo Menggalo, tabuh layang kasiwan, dan Tabuh Alau-alau semua dimainkan tergantung kondisi serta disesuaikan dengan adegan.
Salah satu sastra lisan Lampung yang sering digunakan sebagai topik menampilkan Wayang Sekelik adalah cerita tentang terbentuknya Kampung Gunung Sugih. Dalam cerita tersebut menggambarkan adanya wilayah Lampung Tengah dahulu kala sebelum bernama Gunung Sugih, yang diberi nama Pulau Apus. Dalam cerita tersebut ada dua lakon utama yaitu Patik Guling Sekaro dan Marskal Sigalang-galang yang berasal dari Sumatera Barat serta Sumatera Utara. Dari penyampaian sastra lisan tersebut, kemudian menjadi lakon dalam Wayang Sekelik. Saat ini mulai berkembang berbagai pementasan yang dilakukan berlandaskan dari cerita-cerita daerah Lampung guna menarik minat masyarakat untuk menyaksikan serta memahami kisah asli Lampung. Harapannya, semoga Wayang Sekelik ini dapat terus terjaga, dan bisa dinikmati dan dicintai masyarakat Lampung. Apa Sobat Pio tertarik untuk ingin tahu lebih dalam lagi tentang Wayang Sekelik? (RED_DEW & RED_NKE)
Sumber : https://www.antaranews.com