Hai Sobat Pio! Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari yang namanya berteman dan bersahabat. Dengan persahabatan, hidup akan menjadi lebih indah dan dengan persahabatan pula akan muncul rasa cinta. Tentang persahabatan dan cinta tidak akan ada habisnya dijadikan tema sebuah novel. Bagi Tere Liye pun sudah beberapa kali digunakan, bahkan ada salah satu kutipan darinya yang mengatakan bahwa “bisa jadi sahabatmu adalah jodohmu, jadi tidak usah mencari jauh-jauh”. Hujan karya terbaru Tere Liye kembali menjadikan persahabatan dan cinta sebagai tema.
Buku ini menceritakan kisah cinta dan perjuangan hidup seorang gadis bernama Lail. Saat usianya baru menginjak 13 tahun, ia harus menjadi yatim piatu. Pada hari pertamanya sekolah, bencana gunung meletus dan gempa dahsyat telah menghancurkan kota tempat tinggalnya dan membunuh ibu serta ayahnya. Letusan gunung api purba yang melebihi letusan gunung api Tambora dan gunung Krakatau. Beruntung ia diselamatkan oleh seorang anak berusia 15 tahun bernama Esok.
Selama hampir satu tahun, Lail dan Esok tinggal di pengungsian, mereka tidak terpisahkan. Mereka membantu petugas pengungsian. Hingga akhirnya pemerintah mengumumkan untuk menutup tempat pengungsian, hal ini membuat Esok dan Lail terpisah. Lail akan tinggal di panti sosial, sedangkan Esok ternyata diadopsi oleh salah satu keluarga. Di panti sosial, Lail mendapat teman sekamar yang ceria, lucu, dan penuh semangat bernama Maryam, Maryam memiliki rambut kribo yang halus.
Lail terkadang rindu pada Esok, hingga akhirya mereka memiliki jadwal pertemuan yang rutin, hanya sebulan sekali, tetapi bagi Lail itu sudah cukup. Mereka bertemu untuk berbagi cerita aktivitas mereka masing-masing. Sayangnya, jadwal rutin itu harus berubah saat Esok harus melanjutkan pendidikannya di Ibu Kota. Ternyata, Esok tengah mengerjakan sebuah kapal luar angkasa yang akan membawa penduduk bumi ke luar angkasa untuk menghindari bencana yang lebih besar dari gunung meletus.
Kecerdasan Esok membuatnya terlibat dalam proyek ini. Penduduk yang dapat pergi meninggalkan bumi juga tidak semua, mereka dipilih secara acak. Suatu ketika wali kota datang kepada Lail, memintanya untuk memberikan tiket itu pada Claudia, anak wali kota, apabila Lail mendapat tiket itu dari Esok. Terjadi kesalahpahaman dalam hal ini. Lail tumbuh dewasa dan ia mengerti dengan perasaannya. Satu hari sebelum pengumumam resmi dari pemerintah, Lail sama sekali belum mendapat kabar dari Esok, perasaannya kalut. Hingga pada detik-detik menjelang penerbangan kapal, Lail memutuskan untuk masuk ke ruangan modifikasi ingatan. Lail ingin menghilangkan Esok dari ingatannya. Esok yang ternyata tengah menjalani proses pemindahan data hingga tidak bisa menghubungi Lail. Proses operasi itu tidak dapat dihentikan, Esok terlambat untuk mencegah Lail melakukan hal itu. Esok tak ingin Lail melupakannya.
Namun, pada detik terakhir sebelum alat modifikasi itu bekerja, Lail memutuskan memeluk erat semua kenangan menyakitkannya. Benang merah yang menandakan kenangan menyakitkan telah berubah menjadi benang berwarna biru. Lail tidak melupakan Esok. Hari itu juga pemerintah mengumumkan penerbangan kapal luar angkasa itu, Lail dan Esok tetap tinggal di bumi bersama-sama, dan satu bulan kemudian mereka menikah.
Nah, itu tadi sedikit cerita tentang novel Hujan ya, Sobat Pio. Bukan melupakan yang jadi masalahnya, tetapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, pasti dia akan bisa melupakan dan akan hidup bahagia. Tetapi, jika dia tidak bisa menerima dia tidak akan pernah bisa melupakan. Sekian artikel kali ini, sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_ASA)
Sumber: www.blogspot.com