Dampak Media Sosial Terhadap Pola Pikir Remaja

Dampak Media Sosial Terhadap Pola Pikir Remaja

Hai, Sobat Pio! Di era serba digital ini, media sosial atau yang lebih akrab disebut dengan medsos, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Mulai dari TikTok, Instagram, hingga X. Platform – platform ini bukan sekedar alat komunikasi, melainkan juga ruang pembentuk identitas, opini, dan perilaku mereka. Namun, tahukah kamu bahwa kehadirannya ibarat pisau bermata dua yang memberikan dampak positif sekaligus tantangan serius terhadap pola pikir remaja? Di satu sisi, medsos menawarkan banyak keuntungan. Remaja dapat memperluas wawasan dan pengetahuan dengan cepat, terhubung dengan teman – teman dari berbagai penjuru dunia, serta menjadikan platform ini sebagai wadah kreativitas dan ekspresi diri. Mereka bisa menampilkan karya, berbagi minat, dan bahkan terinspirasi dari tokoh tokoh positif. Hal ini membantu remaja membangun kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi di dunia maya. Namun, sisi negatifnya sering kali lebih mengkhawatirkan. Paparan terhadap gambaran kehidupan yang serba “sempurna” dan telah disunting di medsos, seringkali menciptakan standar yang tidak realistis. Akibatnya, banyak remaja merasa tidak kurang percaya diri (insecure) atau tidak puas dengan keadaan diri mereka sendiri yang memicu kecemasan dan depresi. Perbandingan diri dengan orang lain yang dianggap lebih ideal ini sangat rentan mengganggu kesehatan mental mereka.

Selain itu, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan mengganggu kegiatan lain, seperti belajar dan interaksi sosial secara langsung. Remaja menjadi rentan terhadap perilaku anti sosial dan kurang memiliki kemampuan bersosialisasi di dunia nyata. Mereka juga menghadapi risiko tinggi terhadap cyberbullying dan paparan informasi yang tidak benar atau hoaks yang dapat membentuk opini keliru. Algoritma medsos yang cenderung menampilkan konten sesuai preferensi juga bisa membatasi pemahaman mereka terhadap perspektif yang lebih luas. Menghadapi tantangan ini, literasi digital dan peran aktif Orang Tua menjadi sangat penting. Remaja perlu dibekali kemampuan berpikir kritis untuk menyaring informasi dan mengelola waktu penggunaan medsos secara bijak. Dengan demikian, media sosial dapat benar-benar menjadi alat positif untuk perkembangan diri, melainkan menjadi sumber tekanan mental dan pembentuk pola pikir negatif. (RED_DRS)

Sumber:https://almaata.ac.id