Novel Serial Bumi Karya Tere Liye


Hai Sobat Pio! Apa kalian pernah membaca novel serial Bumi yang ditulis oleh Tere Liye? Jadi, kali ini kita akan membahas mengenai novel serial Bumi, tetapi sebelum itu tahukah kalian siapa Tere Liye? Tere Liye adalah nama pena dari Darwin, yaitu seorang penulis berbakat tanah air yang telah menghasilkan banyak karya. Nama Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu. Beberapa karya Tere Liye yang diangkat ke layar lebar, yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah.
Bumi adalah novel bagian pertama dari serial Bumi atau bisa disebut serial Dunia Paralel yang terbit pada tahun 2014. Serial ini menceritakan petualangan tiga anak muda yang memiliki kekuatan menakjubkan. Raib yang dapat menghilang, Seli yang dapat mengeluarkan petir dari tangannya, dan Ali si jenius. Pada novel Bumi diceritakan bagaimana awal persahabatan dari ketiga tokoh tersebut, serta pertemuan mereka dengan sosok yang membawa ketiganya menuju Klan Bulan yang kehidupannya bersisian Bumi. Novel bagian kedua adalah Bulan, mendengar kabar akan hancurnya dunia paralel mereka melakukan perjalanan untuk menyatukan kekuatan Klan Bulan dan Klan Matahari. Bersama teman barunya yang berasal dari Klan Bulan Raib, Ali, dan Seli sangat antusias menyelesaikan urusannya.
Untuk novel selanjutnya yaitu Matahari. Di dalam novel ini Ali merasa penasaran dengan dunia paralel, ia pun mempelajari segala hal yang berhubungan dengan itu. Hingga ia berhasil menemukan teori tentang Klan Bintang. Mereka pun melanjutkan petualangan dengan ditemani teman baru yang berwujud pesawat kapsul. Di seri keempat yaitu novel Bintang. Petualangan Raib, Seli, dan Ali masih berlanjut di Klan Bintang. Kini mereka kembali lagi dengan misi menyelamatkan kehidupan di Klan Bumi. Pasak bumi yang ada di Klan Bulan harus ditemukan demi mencegah kehancuran bumi. Ceros dan Batozar, buku ini bisa dikatakan buku ke 5 di serial Bumi. Ceros, dua raksasa berkepala badak berbadan manusia yang kehilangan suatu bagian dari mereka, dan membuatnya tak dapat mengendalikan diri menghancurkan apa pun di sekitarnya. Batozar, kriminal paling berbahaya dari Klan Bulan yang berhasil lolos dan kabur ke Bumi.
Di seri keenam ada Komet, kini mereka harus melakukan petualangan di pulau dengan banyak tumbuhan aneh. Pulau dengan nama berdasarkan nama hari, pulau Hari Senin, Hari Selasa, hingga Hari Minggu. Bertemu dengan orang berwajah sama tetapi berbeda nama di setiap pulau. Selanjutnya novel Komet Minor, pertarungan melawan Tanpa Mahkota berlangsung sengit dan banyak mengeluarkan banyak pengorbanan serta ambisi. Sedih, cerita pada buku ini diawali dengan ketidakmampuan Raib, Seli, dan Ali dalam melawan Tanpa Mahkota, karena mereka diikat. Apakah mereka berhasil melawan Tanpa Mahkota atau mungkin ini menjadi novel terakhir mereka?
Nah, itu tadi beberapa potongan isi dari novel serial Bumi. Untuk mengetahui ceritanya, Sobat Pio bisa membaca novelnya, karena masih ada beberapa novel dalam serial ini. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat. Sampai bertemu di edisi selanjutnya. (RED_SHF)
Sumber: https://www.idntimes.com

Pentingnya Sastra di Kehidupan Masyarakat


Hai Sobat Pio! Kalian tahu tidak mengapa sastra penting dalam kehidupan kita? Sastra adalah salah satu ekspresi kemanusiaan yang paling menarik dan berpengaruh. Ada banyak batasan di setiap pengalaman hidup manusia seperti waktu, geografi, dan sudut pandang. Hal ini memperkaya kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan mengenai karya sastra akan mengingatkan kita pada kisah, epos, tulisan suci, dan karya klasik zaman kuno dan modern. Pada dasarnya, sastra didefinisikan sebagai kumpulan karya bahasa tertulis melalui periode dan budaya yang berbeda oleh penulis dan cendekiawan. Munculnya tulisan menandai langkah besar dalam peradaban manusia karena berbagai alasan seperti mentransmisikan pengetahuan, gagasan, peristiwa, dan bahkan perasaan.

Saat ini, ada banyak orang yang percaya bahwa sastra sama sekali tidak penting atau meremehkannya untuk bertahan dalam ujian waktu dan memberi kita pengetahuan yang hebat. Dalam stigma masyarakat yang menyiratkan orang yang lebih condong ke arah sains dan matematika akan lebih sukses dalam kehidupan, dan orang yang lebih bergairah terhadap sastra dan bentuk seni lainnya akan ditakdirkan untuk hidup dengan pekerjaan bergaji rendah dan karir yang tidak memuaskan. Banyak tempat di dunia berpikir bahwa sastra tidak signifikan. Namun sebenarnya,  sastra tidak ditempatkan sebagai jawaban langsung akan kebutuhan kehidupan. Posisi sastra berfungsi sebagai pintu gerbang untuk belajar tentang masa lalu, memperluas pengetahuan, dan pemahaman tentang dunia, mulai dari sejarah, jawaban akan kesulitan hidup di masa lalu, perubahan peradaban, hingga kearifannya. Inilah beberapa alasan mengapa sastra itu penting.

Prosa, puisi, drama, esai, serta fiksi, adalah karya sastra berdasarkan filsafat, seni, sejarah, agama, budaya, tulisan, ilmiah, dan hukum. Nonfiksi kreatif dari masa lalu dan jurnalisme sastra juga termasuk dalam literature. Beberapa tulisan yang sangat teknis seperti logistik dan matematika juga dianggap sebagai bagian dari literature sastra.

Bila melihatnya sebagai kaca reflektor kehidupan, sastra tidak hanya menggambarkan realitas tetapi juga menambahkannya. Mengekspos diri pada karya-karya sastra yang baik, sama dengan memberi seseorang kesempatan pendidikan terbaik. Pendidikan, bukan pengajaran. Di sisi lain, kurangnya paparan literature sastra yang baik sama dengan mengecilkan kemampuan berpikir dari memangkas kesempatan untuk menumbuhkan wawasan pengetahuan.

Bila dirinci, mengapa sastra itu penting untuk kehidupan manusia? Hal itu dikarenakan :

  1. Memperluas cakrawala

Pertama dan terutama, sastra membuat kita melihat lebih dari sekadar apa yang ditunjukkan di pintu depan. Ini akan membantu mewujudkan dunia yang luas, tidak hanya terbelenggu di wilayah sempit yang mengelilingi kita. Dengan begitu kita mulai belajar, bertanya, dan membangun intuisi atau insting. Sastra dapat memperluas pikiran semua orang.

  1. Membangun keterampilan berpikir kritis

Banyak dari kita mempelajari tentang apa itu pemikiran kritis di kelas seni-bahasa kita. Ketika kita membaca, kita belajar untuk melihat yang tersirat. Kita diajarkan untuk menemukan simbol, membuat koneksi, menemukan tema, belajar tentang karakter. Membaca memperluas keterampilan-keterampilan ini, dan kita mulai melihat sebuah kalimat dengan lebih detail dan mendalam serta menyadari pentingnya makna tersembunyi sehingga kita bisa sampai pada suatu kesimpulan

Itu tadi pembahasan mengenai sastra di kehidupan masyarakat.Jadi kita tetap harus mempelajari sastra, karena tanpa kita sadari sastra juga cukup penting di dunia pendidikan loh. Sampai bertemu di edisi berikutnya, semoga bermanfaat ya. (RED_DAK)

 

Sumber : http://surabayastory.com

Ketahui Tentang Drama


Hai Sobat Pio! Apakah kalian tahu apa itu drama? Drama adalah karya seni berupa dialog yang dipentaskan dan kerap dimasukkan dalam ranah kesusastraan karena menggunakan bahasa sebagai media menyampaikan pesan. Drama sudah ada sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM. Dalam kebudayaan Yunani Kuno, drama menjadi bagian penting dari perayaan dewa dan kompetisi. Drama terus berkembang hingga munculnya drama modern seperti saat ini.
Menurut KBBI, drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan. Dalam karya sastra, drama adalah penggambaran peristiwa fiksi atau non fiksi melalui dialog baik prosa maupun puisi yang penciptanya biasa disebut penulis naskah atau dramawan.

Drama juga populer di berbagai belahan dunia lainnya, terutama di negara-negara modern seperti India, Cina, dan Jepang. Di Indonesia, istilah drama pada masa penjajahan Belanda disebut dengan istilah tonil. Tonil kemudian berkembang dan diganti dengan istilah sandiwara oleh P.K.G Mangkunegara VII. Sandiwara berasal dari bahasa Jawa yaitu sandi dan wara. Sandi artinya rahasia, sedangkan wara (warah) artinya pengajaran. Sandiwara artinya makna pengajaran yang dilakukan dengan perlambangan.

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan drama, struktur drama juga penting untuk diketahui. Ada beberapa struktur yang harus dipenuhi dalam drama yaitu babak, tokoh, adegan, dialog, prolog, dan epilog. Menurut jenisnya, pementasan drama dapat digolongkan menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut:

1. Drama tragedi

Drama tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih. Tokoh-tokohnya menggambarkan kesedihan. Tokoh dalam drama tragedi ini disebut tragic hero artinya pahlawan yang mengalami nasib tragis.

2. Drama komedi

Drama komedi adalah drama yang bersifat menghibur, di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Tokoh-tokoh dalam drama jenis ini biasanya tolol, konyol, atau bijaksana tetapi lucu.

3. Melodrama

Melodrama adalah cerita yang sentimental. Sentimental artinya tokoh dan cerita yang disuguhkan mendebarkan dan mengharukan. Tokoh dalam jenis drama ini biasanya digambarkan hitam-putih. Tokoh jahat digambarkan serba jahat, sebaliknya tokoh baik digambarkan sangat sempurna baiknya hingga tidak memiliki kesalahan dan kekurangan sedikit pun.

4. Dagelan

Dagelan (farce) adalah drama kocak dan ringan. Alurnya disusun berdasarkan perkembangan situasi tokoh. Isi cerita biasanya kasar dan vulgar. Drama jenis ini juga disebut komedi murahan atau komedi picisan.

Oke Sobat Pio! Sekarang kalian sudah paham kan apa itu pengertian, struktur serta jenis dari drama, sekian artikel tentang drama hari ini semoga bermanfaat. Sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_TSN)

 

Sumber: https://m.liputan6.com

Karya Sastra yang Asing di Negeri Sendiri


Hai Sobat Pio! Kalian tahu tidak fakta tentang Sastra Melayu Tionghoa? Sastra Melayu Tionghoa memakai bahasa yang dianggap rendah dibandingkan Melayu Tinggi yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia. Sastra Melayu Tionghoa sempat membuat pusing Balai Pustaka, karena bahasanya dinilai rendah dan tidak menggambarkan citra baik dari Belanda. Berikut potongan syairnya.

Sinar mata-hari kapan waktoe sedeng gilang-goemilang,
Antero boeroeng samboet dengen penoeh rasa girang,
Tapi itoe kegirangan gampang beroebah dan tenggelem,
Bila di sabelah koelon mata-hari pergi boeat silem

Kapan Sampe Di Poetjaknja (1930) ditulis oleh Dahlia (Tan Lam Nio).

Potongan syair di atas sekarang terasa asing di mata pembaca Indonesia. Dari segi bahasa sudah terlihat dengan jelas bahwa potongan syair tersebut menggunakan ejaan lama. Potongan tulisan tersebut merupakan salah satu bagian dari novel yang dikarang oleh Tan Lam Nio atau biasa dikenal dengan nama Pena Dahlia. Ia merupakan seorang penyair peranakan Tionghoa dan menjadi salah satu sastrawan dalam kancah Kesusastraan Melayu-Tionghoa. Dahlia merupakan seorang penulis yang produktif. Sejak pertama Dahlia menerbitkan bukunya pada tahun 1931 dalam kurun waktu tiga tahun saja, setidaknya dia telah menerbitkan lima buah roman dan beberapa cerita pendek, syair, serta puisi. Dalam karangannya, Dahlia menulis dan menceritakan tentang kehidupannya, serta membahas mengenai dinamika sosial dan politik. Dalam buku “Kesusastraan Melayu Tionghoa Jilid 1” terbitan Kepustakaan Populer Gramedia tahun 2000, yang biasa disebut peranakan Tionghoa adalah hasil dari pernikahan antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.

Karya sastra Melayu Tionghoa diperkirakan muncul pada abad ke-19 dan populer pada abad ke-20. Sastra Melayu Tionghoa menurut Nio Joe Lan telah berakhir pada 1962. Dalam “Kesusastraan Melayu Tionghoa Jilid 1” terbitan Kepustakaan Populer Gramedia, dia mengatakan bahwa tidak ada lagi tulisan peranakan Tionghoa yang menggunakan bahasa lisan sehari-hari. Ia juga menambahkan bahwa menurut hukum Indonesia tidak ada lagi kaum peranakan, karena masyarakat keturunan Tionghoa tersebut telah menjadi bangsa Indonesia. Kesusastraan Melayu Tionghoa merupakan karya tulisan dari peranakan Tionghoa yang menggunakan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu Pasar. Dalam karya sastra Melayu Tionghoa, mereka menuliskan bahasa percakapan ke dalam karyanya. Bahasa Melayu rendah juga dapat diartikan sebagai bahasa yang mudah dimengerti dan menjadi bahasa sebagian besar penduduk Hindia Belanda. Istilah bahasa Melayu rendah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial untuk membedakan dengan bahasa Melayu Tinggi, bahasa Melayu yang lebih baku dan terpandang.

Sastra Melayu Tionghoa diberikan tempat yang tidak setara dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia, karena dahulu penulis keturunan Tionghoa belum dianggap sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Alasan lain adalah penggunaan bahasa dalam karya sastra Melayu Tionghoa adalah bahasa Melayu Pasar dan bukan bahasa Melayu Tinggi. Melayu Tinggi dianggap sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia modern saat ini.

Jadi Sobat Pio, sudah saatnya kesusastraan Melayu Tionghoa diakui sebagai saudara kandung dalam keluarga kesusastraan Indonesia. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_DAK)

Sumber : http://gensindo.sindonews.com

Ramadhan di Masa Pandemi


Terimakasih Tuhan

Kau pertemukan hambamu dengan bulan yang ku dambakan

Kau berikan kami tuk harapan sebuah ampunan

Sebuah ampunan di bulan suci Ramadhan

Rasa bahagia yang tak bisa terucap oleh kata-kata

 

Bulan Ramadhan bulan yang istimewa

Bagi umat muslim di seluruh dunia

Namun, tahun ini Ramadhan kedua dengan virus corona

Hingga rasa rindu dengan sanak saudara pun terasa

 

Masjid-masjid pun jadi sepi

Orang-orang mengurung diri

Beribadah di dalam rumah

Agar corona tidak tersebar kemana-mana

 

Mari kita berdiam diri

Jangan sembarang pergi-pergi

Sebab corona bisa menyakiti

Siapa saja di negeri ini

 

Hai Sobat Pio! Umat muslim di seluruh dunia, termasuk kita, telah memasuki pertengahan bulan Ramadhan yang pastinya telah kita nantikan. Namun, dalam kerinduan ada rasa yang berbeda karena Ramadhan kali ini masih berlangsung di tengah pandemi virus corona. Meski begitu, ucapan syukur karena dapat menjalankan ibadah puasa di kondisi seperti ini tak dapat kita tinggalkan. Dan tetap menjaga protokol kesehatan agar kita semua terhindar dari virus tersebut. Aamiinn. Nah Sobat Pio, jadi itu tadi sedikit penjelasan dari puisi di atas, maka kita harus tetap semangat dalam beribadah dan meraih kemenangan. (RED_PAG)

Sumber : http://pantuncinta2000.blogspot.com

Hujan Bulan Juni


 

Hai Sobat Pio, kalian pasti tahu kan puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni”? Ya, puisi itu diciptakan oleh Alm. Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono dikenal dengan karya tulisnya yang sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Butuh beberapa kali pengulangan untuk bisa memahami makna puisi karya Sapardi. Sobat Pio tahu nggak apa makna dari puisi “Hujan Bulan Juni”? Nah, kali ini kita akan membahas puisi “Hujan Bulan Juni”.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Puisi “Hujan Bulan Juni” di atas berisi tiga bait kata, yang dimaknai banyak orang sebagai renungan diri yaitu dari sebuah rasa yang tidak mampu tersampaikan atau dibiarkan hilang. Puisi “Hujan Bulan Juni” ditulis Sapardi di bulan Juni tahun 1989, pada musim kemarau yang turun hujan. Maka, hujan yang turun saat itu sangatlah berarti. Ibaratnya jika terjadi sesuatu yang bukan pada waktunya, pasti ada yang penting dibalik itu. Dalam kalender tahunan, Juni pada umumnya sudah masuk pada musim kemarau, sehingga mustahil jika hujan turun ke bumi. Maka bisa mengandung makna tentang ketabahan dan kesabaran seseorang untuk tidak menyampaikan rindu dan kasih sayangnya pada orang yang dicintainya.

Pada larik “Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni” menggambarkan bahwa Sapardi tidak dapat menahan untuk tidak menyampaikan sayang dan rindunya. Sedangkan pada larik “Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu” menggambarkan bahwa Sapardi ingin menghapus keraguannya dalam menunggu orang yang dicintainya. Dan pada larik “Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni” menggambarkan bahwa Sapardi pandai menyimpan dan menyembunyikan rasa sayang dan rindunya pada orang yang dicintainya.
Nah secara keseluruhan, puisi “Hujan Bulan Juni” menceritakan tentang bagaimana penantian seseorang terhadap orang yang dicintainya, di mana ia dengan sabar menunggu tanpa lelah dan tetap tabah yang berujung sebuah balasan yang manis dari perjuangannya tersebut. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat ya Sobat Pio. (RED_ASA)

Sumber : HYPERLINK “http://www.minews.id” \o “http://www.minews.id”www.minews.id

Celurit Hujan Panas


Hai Sobat Pio, apa kalian tau buku yang sedang popular saat ini? Yap, Celurit Hujan Panas. Seperti judulya, celurit menjadi benda di setiap kisahnya. Benda ini menyimbolkan harga diri pria Madura dan kehormatannya, namun rasa serta konflik diceritakan secara harfiah. Penulis buku Celurit Hujan Panas adalah Zainul Muttaqin asli kelahiran pulau garam dan penerbitnya adalah Gramedia Pustaka Utama. Bukunya telah dimuat di berbagai media massa dan memenangkan beberapa kompetisi penulis. Ternyata tebal bukunya yaitu 158 halaman dan  berisi dua puluh kisah berlatar Madura yang jarang terdengar di kesusastraan Indonesia. Menceritakan suasana puasa yang identik dengan mudik lebaran di kampung halaman.

Bahkan mengisahkan tentang kepercayaan rakyat Madura bahwa terjadi hujan pada saat cuaca benderang atau panas, berarti sedang ada seseorang yang meninggal menjadi korban carok. Carok sendiri merupakan duel antara dua orang lelaki menggunakan celurit, untuk mempertahankan kehormatan diri, antara lain, seorang lelaki menganggap laki-laki lain mengganggu pasangannya. Seorang gadis menolak pinangan pertama seorang laki-laki, mereka akan menjadi gadis sangkal, yaitu tidak akan menikah untuk selamanya menjadi  mitos andeng. Hal istimewa yang ingin disampaikan penulis adalah kearifan lokal Madura yang potensial. Tak hanya berkisah tentang kearifan lokal, penulis juga bercerita tentang kobhung, yaitu bangunan khas Madura yang mulai dibangun secara modern. Kehidupan masyarakat desa di Madura dengan adat istiadatnya akan menambah pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari.

          Merupakan hal yang menarik, karena selama ini buku tentang masyarakat Madura tergolong langka bahkan nyaris tidak ada. Belum ada buku yang mengisahkan tentang orang Madura modern yang di kota dengan segala permasalahannya termasuk diri sendiri atau konflik antara adat lama dengan nilai-nilai baik, cara hidup yang dibawa oleh perubahan kehidupan maupun arus global, terbatasnya hidup seorang anak nelayan miskin,  kelicikan lurah yang bersedia dibayar dengan uang dari kota untuk merayu rakyatnya menjual sawah dengan harga murah, dan kebodohan rakyat desa yang begitu mudah menjual  tanah-tanah mereka, karena ingin  mendapat uang dalam jumlah besar dengan cara instan dan menghabiskannya untuk keperluan konsumtif. Nah sobat pio, apakah sudah tertarik untuk membaca buku ini? Pastinya sudah dong dengan membaca buku wawasan kita akan menjadi luas. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. (RED_SSS)

Sumber : www.womantalk.com

Hari Puisi Sedunia, 21 Maret


Hai, Sobat Pio! Kalian pasti sudah tidak asing lagi dong dengan puisi. Ya, puisi adalah serangkaian kalimat yang di susun secara rapi dan sistematis dengan sentuhan diksi dan dibuat seindah mungkin. Yuk simak sejarah hari puisi sedunia!

Tepat pada tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day (WPD). Menurut sejarahnya, World Poetry Day (WPD) di deklarasikan oleh UNESCO pada tahun 1999 melalui resolusi Konferensi Umum ke-30 yang diselenggarakan di Paris. Dalam deklarasi tersebut, UNESCO mengatakan bahwa peringatan Hari Puisi Sedunia juga dimaksudkan untuk mendorong kembali pada tradisi lisan pembacaan puisi, mempromosikan pengajaran puisi, memulihkan dialog antara puisi dan seni lainnya seperti teater, tari, musik dan seni lukis. Dalam deklarasinya, UNESCO menetapkan Hari Puisi Sedunia, sebagai sarana memperkenalkan bahasa-bahasa yang terancam punah untuk kembali diperdengarkan dan mengubah persepsi orang mengenai seni puisi adalah seni yang ketinggalan zaman.

Selain diperingati setiap tanggal 21 Maret, sejak akhir abad ke-20 di bulan Oktober tepatnya tanggal 15, komunitas dunia juga merayakan Hari Puisi di tanggal tersebut. Dimana hari itu bertepatan dengan tanggal lahir Virgil seorang Penyair Wiracarita Romawi era Augustus yang berkebangsaan Italia. Tradisi perayaan di bulan Oktober ini masih dilakukan oleh beberapa negara di dunia. Di era sekarang ini, puisi sudah banyak diminati oleh berbagai kalangan, terutama oleh para kaula muda. Para muda-mudi sering menjadikan puisi sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang kepada orang terkasih. Di tambah bahasa dalam puisi yang terkesan romantis membuat si pembaca merasa bahagia.

Nah Sobat Pio, dalam puisi itu sendiri memuat semangat kreatif dan pemikiran manusia. Lebih dari itu puisi adalah identitas budaya dan bahasa yang paling berharga bagi umat manusia. Dimana di setiap budaya puisi berbicara tentang kemanusiaan dan nilai-nilai kebersamaan. Puisi juga merupakan bahasa paling sederhana untuk mengungkapkan cinta dan kedamaian, selamat Hari Puisi Sedunia. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat, dan sampai jumpa. (RED_AP&LFH)

Sumber:

Sang Legenda Puisi


Hai Sobat Pio! Bagaimana nih kabarnya? Semoga selalu baik-baik saja ya! Di tengah pandemi ini, jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan menjaga pola makan. Di artikel kali ini, kita akan membahas tentang Sang Legenda Puisi. Siapa yang tak mengenal Sapardi Djoko Damono? Beliau seorang pujangga terkemuka yang lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, dan merupakan anak pertama dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Beliau menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai dua orang anak bernama Rasti Sunyandani dan Rizki Henriko.

Sosok sastrawan yang kerap disapa dengan SDD ini, dikenal melalui berbagai puisinya yang berisikan hal-hal sederhana namun sarat akan makna. Beberapa puisinya sangat populer baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum, dari yang muda hingga yang tua. Beliau aktif menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah sejak SMP, sekitar tahun 1955. Kesukaannya ini berkembang saat ia menempuh kuliah di jurusan Bahasa Inggris di UGM, Yogyakarta. Jurusan Humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat menjadi tujuan selanjutnya. Setelah kembali ke Indonesia, beliau mengajar di Fakultas Sastra yang sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya(FIB) di UI pada 1974. Pada tahun 1995 SSD dikukuhkan menjadi Guru Besar di FIB UI, dan menjabat sebagai Dekan di falkutas tersebut pada periode 1995-1999. Kemampuan menonjolnya adalah menulis puisi, namun beliau juga pernah menyutradarai dan bermain pentas drama, serta melukis.

Berkat puisi-puisinya, beliau juga mendapat berbagai penghargaan. Diantaranya, Penghargaan Anugerah Buku ASEAN (ASEAN Book Award) untuk bukunya yang berjudul “Hujan Bulan Juni” dan “Yang Fana Adalah Waktu”. Penghargaan itu diberikan kepada Sapardi pada April 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia dalam acara Kuala Lumpur International Book Fair yang diselenggarakan oleh Putra World Trade Center. Serta Anugerah Puisi Putra dari Malaysia atas bukunya yang berjudul “Sihir Hujan dari Malaysia” pada 1983. Beliau juga merupakan Pakar Bidang Sastra yang memulai karya awalnya berjudul “Duka-Mu Abadi” ini juga pernah mendapat Anugerah Budaya (Cultural Award) dari Australia pada 1978.

Beliau tutup usia pada 19 Juli 2020 di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan. Setelah sempat dirawat karena penurunan fungsi organ tubuh dan beliau meninggal pada pukul 09.17. Itu tadi, profil singkat mengenai perjalanan hidup Alm. Eyang Sapardi. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi. (RED_LFH&AP)

 

Sumber:

https://id.m.wikipedia.org

https://www.idntimes.com

https://www.kompas.com

Lentera Bangsa


Ketika rasa dingin itu mendera

Dalam gelap yang sepi

Hembusan angin menghampiri

Secercah cahaya menyilaukan netra

 

Kini kau hadir

Disetiap goresan aksara

Tutur kata penuh makna

Membekas dalam jiwa

 

Kau memberi banyak warna

Beribu ilmu tiada jeda

Membawa kami pada harapan

Dalam meraih cita-cita

 

Tiada kata lelah yang terucap

Meski kami membuatmu letih

Memancingmu dengan segala emosi

Namun senyummu enggan memudar

 

Kau memberi kehangatan

Mendekap dalam jutaan wawasan

Uluran tangan tak lelah kau berikan

Meski sering kami abaikan

 

Guru

Begitu besar jasamu

Menggiring kami ke cemerlangnya masa

Mendidik para penerus bangsa

 

Ucapan terimakasih tak sebanding

Dengan pengorbanan yang kau lakukan

Ukiran prestasi kami persembahkan

Untukmu guru kami tersayang

 

Makna puisi :

Puisi diatas memiliki makna tentang perjuangan para guru yang tak pernah lelah mendidik para penerus bangsa. Mereka (guru) yang datang sebagai pembawa cahaya, menuntut para penerus bangsa melalui ajaran pendidikan tanpa lelah bahkan ucapan terimakasih tak sebanding dengan perjuangan mereka. (RED_AP&LH)

 

Karya : Aprilia Patmasari & Lutfi Hamidah