Mencintai Indonesia dengan Sastra


Hai Sobat Pio! Kalian tahu enggak sih apa itu sastra? Secara umum, sastra dikenal dengan sebuah karya tertulis. Istilah sastra sendiri sebagai wujud dari beragam kekayaan budaya di Indonesia, memiliki peran untuk citra Indonesia kedepannya. Banyak ragam sastra Indonesia, warna daerah atau warna lokal, yang sebagian besar digunakan pengamat dan kritikus sastra untuk menyebut karya sastra Indonesia yang bercorak kedaerahan atau berciri khas masing-masing daerah di Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki corak dan wujud sastra tersendiri.

Pada esai majalah Horison mengatakan, warna sastra Indonesia terbentuk karena dipengaruhi oleh budaya-budaya daerah (etnis atau suku) yang tersebar di seluruh wilayah nusantara yang diungkapkan dalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, dalam sistem budaya hidup dan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat tertentu biasa disebut sebagai budaya daerah.  Uniknya, nilai dan sistem budaya daerah ini tidak pernah pupus ataupun melebur dalam masyarakat majemuk yang disebut Bahasa Indonesia.

Sastra daerah dapat berupa karangan sastra yang menggunakan bahasa daerah masing-masing. Umumnya, setiap daerah pasti memiliki karya sastra yang menggunakan bahasa daerah dalam percakapannya. Eksistensi sastra di  berbagai daerah ini merupakan wujud dari pelestarian ragam sastra Indonesia. Dengan upaya pelestarian, sastra-sastra daerah akan menciptakan karya-karya sastra baru dari generasi yang akan datang, mereka akan menjadikan sastra sebagai wujud cinta terhadap Indonesia.

Pemeliharaan sastra daerah sangat penting untuk mempertahankan keragaman budaya, khususnya sastra. Sebagai contoh, adanya sastra yang menggunakan bahasa daerah adalah tembang geguritan, tembang macapat, paparegan, syair-syair, dan lagu-lagu Jawa. Mempertahankan dan melestarikan sastra daerah merupakan salah satu wujud cinta terhadap Indonesia.

Nah, itu tadi sedikit penjelasan tentang sastra yang dapat membuat kita mencintai Indonesia. Kebangkitan sastra daerah melalui beberapa indikasi adalah wujud mencintai Indonesia dengan sastra. Artinya sastra lebih dari sekadar artefak sejarah atau budaya. Sastra bisa berfungsi sebagai pengantar kita untuk mencintai negara kita sendiri, Indonesia. Sekian artikel kali ini, sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_FBA)

Sumber : http://www.indonesiaimaji.com

Novel Hujan


Hai Sobat Pio! Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari yang namanya berteman dan bersahabat. Dengan persahabatan, hidup akan menjadi lebih indah dan dengan persahabatan pula akan muncul rasa cinta. Tentang persahabatan dan cinta tidak akan ada habisnya dijadikan tema sebuah novel. Bagi Tere Liye pun sudah beberapa kali digunakan, bahkan ada salah satu kutipan darinya yang mengatakan bahwa “bisa jadi sahabatmu adalah jodohmu, jadi tidak usah mencari jauh-jauh”. Hujan karya terbaru Tere Liye kembali menjadikan persahabatan dan cinta sebagai tema.

Buku ini menceritakan kisah cinta dan perjuangan hidup seorang gadis bernama Lail. Saat usianya baru menginjak 13 tahun, ia harus menjadi yatim piatu. Pada hari pertamanya sekolah, bencana gunung meletus dan gempa dahsyat telah menghancurkan kota tempat tinggalnya dan membunuh ibu serta ayahnya. Letusan gunung api purba yang melebihi letusan gunung api Tambora dan gunung Krakatau. Beruntung ia diselamatkan oleh seorang anak berusia 15 tahun bernama Esok.

Selama hampir satu tahun, Lail dan Esok tinggal di pengungsian, mereka tidak terpisahkan. Mereka membantu petugas pengungsian. Hingga akhirnya pemerintah mengumumkan untuk menutup tempat pengungsian, hal ini membuat Esok dan Lail terpisah. Lail akan tinggal di panti sosial, sedangkan Esok ternyata diadopsi oleh salah satu keluarga. Di panti sosial, Lail mendapat teman sekamar yang ceria, lucu, dan penuh semangat bernama Maryam, Maryam memiliki rambut kribo yang halus.

Lail terkadang  rindu pada Esok, hingga akhirya mereka memiliki jadwal pertemuan yang rutin, hanya sebulan sekali, tetapi bagi Lail itu sudah cukup. Mereka bertemu untuk berbagi cerita aktivitas mereka masing-masing. Sayangnya, jadwal rutin itu harus berubah saat Esok harus melanjutkan pendidikannya di Ibu Kota. Ternyata, Esok tengah mengerjakan sebuah kapal luar angkasa yang akan membawa penduduk bumi ke luar angkasa untuk menghindari bencana yang lebih besar dari gunung meletus.

Kecerdasan Esok membuatnya terlibat dalam proyek ini. Penduduk yang dapat pergi meninggalkan bumi juga tidak semua, mereka dipilih secara acak. Suatu ketika wali kota datang kepada Lail, memintanya untuk memberikan tiket itu pada Claudia, anak wali kota, apabila Lail mendapat tiket itu dari Esok. Terjadi kesalahpahaman dalam hal ini. Lail tumbuh dewasa dan ia mengerti dengan perasaannya. Satu hari sebelum pengumumam resmi dari pemerintah, Lail sama sekali belum mendapat kabar dari Esok, perasaannya kalut. Hingga pada detik-detik menjelang penerbangan kapal, Lail memutuskan untuk masuk ke ruangan modifikasi ingatan. Lail ingin menghilangkan Esok dari ingatannya. Esok yang ternyata tengah menjalani proses pemindahan data hingga tidak bisa menghubungi Lail. Proses operasi itu tidak dapat dihentikan, Esok terlambat untuk mencegah Lail melakukan hal itu. Esok tak ingin Lail melupakannya.

Namun, pada detik terakhir sebelum alat modifikasi itu bekerja, Lail memutuskan  memeluk erat semua kenangan menyakitkannya. Benang merah yang menandakan kenangan menyakitkan telah berubah menjadi benang berwarna biru. Lail tidak melupakan Esok. Hari itu juga pemerintah mengumumkan penerbangan kapal luar angkasa itu, Lail dan Esok tetap tinggal di bumi bersama-sama, dan satu bulan kemudian mereka menikah.

Nah, itu tadi sedikit cerita tentang novel Hujan ya, Sobat Pio. Bukan melupakan yang jadi masalahnya, tetapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, pasti dia akan bisa melupakan dan akan hidup bahagia. Tetapi, jika dia tidak bisa menerima dia tidak akan pernah bisa melupakan. Sekian artikel kali ini, sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_ASA)

Sumber: www.blogspot.com

Novel Sang Pemimpi


Hai Sobat Pio! Apa kalian pernah membaca novel Sang Pemimpi atau bahkan pernah menonton filmnya? Jadi, kali ini kita akan membahas tentang salah satu novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan pada bulan Juli 2006. Novel ini merupakan novel kedua dari tetralogy Laskar Pelangi, namun cerita dari kedua novel hampir tidak ada hubungannya. Penjualan novel Sang Pemimpi telah menembus angka ribuan, tidak kalah juga dengan filmnya yang ditonton lebih dari 2 juta kali.

Novel ini menceritakan tiga orang pemimpi, yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron. Mereka bertiga adalah remaja yang berasal dari Belitung dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri pertama di Manggar. Untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya Arai, Ikal, dan Jimbron bekerja paruh waktu sebagai kuli di pasar ikan. Arai dan Ikal begitu pintar, sedangkan Jimbron yang biasa-biasa saja. Jimbron menduduki rangking ke 78 dari 160 siswa, sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi. Arai dan Ikal mempunyai mimpi yang sangat tinggi, yaitu melanjutkan study ke Sorbonne, Perancis. Mereka terpukau dengan cerita guru keseniannya, yaitu Pak Balia yang selalu menyebut-nyebut indahnya kota itu. Ikal, Arai, dan Jimbron mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dipikir-pikir, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampai ke sana, tapi jiwa optimisme Arai tak terbantahkan.

Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, di Bogor tepatnya. Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitung. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama mereka. Berbulan-bulan di Bogor mencari perkerjaan untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya Ikal pun diterima sebagai tukang pos dan Arai memutuskan merantau di Kalimantan, berikutnya Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI, setelah lulus ada lowongan untuk mendapatkan beasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhirnya ia lolos. Bertahun-tahun tanpa kabar, akhirnya Ikal dan Arai dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Arai yang sebelumnya tanpa kabar, ternyata ia kuliah di Universtias Mulawarman dan mengambil jurusan biologi. Ketika mereka mendapatkan sebuah surat, mereka berdebar-debar, setelah dibuka, isi surat itu menyatakan bahwa ia mendapatkan beasiswa ke Eropa. Akhirnya mereka berdua diterima di Universitas yang sama di Sarbonne, Perancis. Dari sinilah perjuangan untuk meraih mimpi- mimpi mereka dimulai.

Jadi, itu tadi ringkasan mengenai novel Sang Pemimpi. Banyak sekali pembelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Novel ini juga sangat bagus sekali untuk dibaca, karena memberikan suatu pesan sekaligus peran kepada pembaca. Semoga bermanfaat ya, Sobat Pio. Sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_SHF)

Sumber : https://dispusip.pekanbaru.go.id

 

Kemunduran Karya Sastra Pantun di Indonesia


Hai Sobat Pio! Pasti kalian tau apa itu pantun? Pantun merupakan bagian dari puisi lama yang populer sejak era melayu klasik. Beberapa yang termasuk puisi lama adalah gurindam, syair, dan mantra. Karya sastra yang berupa pantun memang kurang begitu diminati karena perkembangannya yang sangat lambat dibandingkan dengan karya sastra lainnya. Padahal pantun merupakan kalimat yang biasanya berisi pesan moral atau motivasi, juga sindiran kepada seseorang atau pihak tertentu. Pantun memiliki ciri-ciri dengan menggunakan sajak a-b-a-b dan telah menjadi kebiasaan atau budaya pada masyarakat melayu.
Para sastrawan lama angkatan balai pustaka memang banyak yang masih aktif membuat pantun dan disandingkan bersama puisi. Selain itu, pada masa orde baru pantun juga banyak dipopulerkan melalui radio-radio lokal sehingga semakin akrab di telinga para pendengarnya. Setelah berkembangnya era televisi di masyarakat, membuat banyak radio tidak lagi menjadi pusat informasi bagi masyarakat. Banyak radio yang tutup, mengakibatkan pantun semakin jarang terdengar dan bahkan bisa dikatakan sebagai karya sastra yang asing bagi masyarakat di era globalisasi.
Hal yang sama juga terjadi pada media cetak seperti koran dan majalah. Kalau di era orde baru banyak sekali koran dan majalah yang memuat pantun, maka di era dunia serba komputer ini sudah jarang sekali media cetak yang mau menampilkan pantun untuk mengisi kolom hiburan. Berkembangnya dunia internet juga tidak bisa membangkitkan sastra pantun yang sepertinya sudah terlupakan ditelan zaman. Internet menjadi pelengkap kemunduran akan merosotnya sastra pantun dan sepertinya sudah jarang sekali tempat atau sarana untuk menuangkan pantun. Buku-buku tentang pantun juga kurang diminati para penerbit buku karena para pembacanya terus menurun dari waktu ke waktu.
Selain itu, para guru di sekolah pun tidak begitu antusias untuk mengenalkan karya sastra pantun kepada para pelajarnya sehingga anak-anak muda semakin tidak mengenali pantun. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kemunduran besar dalam perkembangan pantun di negara ini. Anak-anak muda mungkin menganggap bahwa pantun adalah karya sastra tradisional yang kampungan dan bukan sebuah jenis sastra yang perlu dipelajari. Selain itu, aturan sajak yang mengikat dalam pantun membuat bagian dari puisi lama ini kurang disenangi di kalangan anak muda dan pelajar.
Sepertinya sudah jarang sekali para penulis-penulis baru yang kreatif dalam membuat pantun, mereka lebih suka membuat cerpen dan puisi baru. Sebenarnya pantun masih disukai masyarakat, namun tidak banyak orang yang menyadari hal ini dan mau membangkitkan lagi sastra pantun. Oleh karena itu, sebagai generasi muda kita harus melestarikan sastra pantun, salah satunya dengan cara kita tetap mempelajarinya. Semoga artikel kali ini bermanfaat, sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_RSK)
Sumber: HYPERLINK “https://www.linguistikid.com” https://www.linguistikid.com

Novel Serial Bumi Karya Tere Liye


Hai Sobat Pio! Apa kalian pernah membaca novel serial Bumi yang ditulis oleh Tere Liye? Jadi, kali ini kita akan membahas mengenai novel serial Bumi, tetapi sebelum itu tahukah kalian siapa Tere Liye? Tere Liye adalah nama pena dari Darwin, yaitu seorang penulis berbakat tanah air yang telah menghasilkan banyak karya. Nama Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu. Beberapa karya Tere Liye yang diangkat ke layar lebar, yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah.
Bumi adalah novel bagian pertama dari serial Bumi atau bisa disebut serial Dunia Paralel yang terbit pada tahun 2014. Serial ini menceritakan petualangan tiga anak muda yang memiliki kekuatan menakjubkan. Raib yang dapat menghilang, Seli yang dapat mengeluarkan petir dari tangannya, dan Ali si jenius. Pada novel Bumi diceritakan bagaimana awal persahabatan dari ketiga tokoh tersebut, serta pertemuan mereka dengan sosok yang membawa ketiganya menuju Klan Bulan yang kehidupannya bersisian Bumi. Novel bagian kedua adalah Bulan, mendengar kabar akan hancurnya dunia paralel mereka melakukan perjalanan untuk menyatukan kekuatan Klan Bulan dan Klan Matahari. Bersama teman barunya yang berasal dari Klan Bulan Raib, Ali, dan Seli sangat antusias menyelesaikan urusannya.
Untuk novel selanjutnya yaitu Matahari. Di dalam novel ini Ali merasa penasaran dengan dunia paralel, ia pun mempelajari segala hal yang berhubungan dengan itu. Hingga ia berhasil menemukan teori tentang Klan Bintang. Mereka pun melanjutkan petualangan dengan ditemani teman baru yang berwujud pesawat kapsul. Di seri keempat yaitu novel Bintang. Petualangan Raib, Seli, dan Ali masih berlanjut di Klan Bintang. Kini mereka kembali lagi dengan misi menyelamatkan kehidupan di Klan Bumi. Pasak bumi yang ada di Klan Bulan harus ditemukan demi mencegah kehancuran bumi. Ceros dan Batozar, buku ini bisa dikatakan buku ke 5 di serial Bumi. Ceros, dua raksasa berkepala badak berbadan manusia yang kehilangan suatu bagian dari mereka, dan membuatnya tak dapat mengendalikan diri menghancurkan apa pun di sekitarnya. Batozar, kriminal paling berbahaya dari Klan Bulan yang berhasil lolos dan kabur ke Bumi.
Di seri keenam ada Komet, kini mereka harus melakukan petualangan di pulau dengan banyak tumbuhan aneh. Pulau dengan nama berdasarkan nama hari, pulau Hari Senin, Hari Selasa, hingga Hari Minggu. Bertemu dengan orang berwajah sama tetapi berbeda nama di setiap pulau. Selanjutnya novel Komet Minor, pertarungan melawan Tanpa Mahkota berlangsung sengit dan banyak mengeluarkan banyak pengorbanan serta ambisi. Sedih, cerita pada buku ini diawali dengan ketidakmampuan Raib, Seli, dan Ali dalam melawan Tanpa Mahkota, karena mereka diikat. Apakah mereka berhasil melawan Tanpa Mahkota atau mungkin ini menjadi novel terakhir mereka?
Nah, itu tadi beberapa potongan isi dari novel serial Bumi. Untuk mengetahui ceritanya, Sobat Pio bisa membaca novelnya, karena masih ada beberapa novel dalam serial ini. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat. Sampai bertemu di edisi selanjutnya. (RED_SHF)
Sumber: https://www.idntimes.com

Pentingnya Sastra di Kehidupan Masyarakat


Hai Sobat Pio! Kalian tahu tidak mengapa sastra penting dalam kehidupan kita? Sastra adalah salah satu ekspresi kemanusiaan yang paling menarik dan berpengaruh. Ada banyak batasan di setiap pengalaman hidup manusia seperti waktu, geografi, dan sudut pandang. Hal ini memperkaya kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan mengenai karya sastra akan mengingatkan kita pada kisah, epos, tulisan suci, dan karya klasik zaman kuno dan modern. Pada dasarnya, sastra didefinisikan sebagai kumpulan karya bahasa tertulis melalui periode dan budaya yang berbeda oleh penulis dan cendekiawan. Munculnya tulisan menandai langkah besar dalam peradaban manusia karena berbagai alasan seperti mentransmisikan pengetahuan, gagasan, peristiwa, dan bahkan perasaan.

Saat ini, ada banyak orang yang percaya bahwa sastra sama sekali tidak penting atau meremehkannya untuk bertahan dalam ujian waktu dan memberi kita pengetahuan yang hebat. Dalam stigma masyarakat yang menyiratkan orang yang lebih condong ke arah sains dan matematika akan lebih sukses dalam kehidupan, dan orang yang lebih bergairah terhadap sastra dan bentuk seni lainnya akan ditakdirkan untuk hidup dengan pekerjaan bergaji rendah dan karir yang tidak memuaskan. Banyak tempat di dunia berpikir bahwa sastra tidak signifikan. Namun sebenarnya,  sastra tidak ditempatkan sebagai jawaban langsung akan kebutuhan kehidupan. Posisi sastra berfungsi sebagai pintu gerbang untuk belajar tentang masa lalu, memperluas pengetahuan, dan pemahaman tentang dunia, mulai dari sejarah, jawaban akan kesulitan hidup di masa lalu, perubahan peradaban, hingga kearifannya. Inilah beberapa alasan mengapa sastra itu penting.

Prosa, puisi, drama, esai, serta fiksi, adalah karya sastra berdasarkan filsafat, seni, sejarah, agama, budaya, tulisan, ilmiah, dan hukum. Nonfiksi kreatif dari masa lalu dan jurnalisme sastra juga termasuk dalam literature. Beberapa tulisan yang sangat teknis seperti logistik dan matematika juga dianggap sebagai bagian dari literature sastra.

Bila melihatnya sebagai kaca reflektor kehidupan, sastra tidak hanya menggambarkan realitas tetapi juga menambahkannya. Mengekspos diri pada karya-karya sastra yang baik, sama dengan memberi seseorang kesempatan pendidikan terbaik. Pendidikan, bukan pengajaran. Di sisi lain, kurangnya paparan literature sastra yang baik sama dengan mengecilkan kemampuan berpikir dari memangkas kesempatan untuk menumbuhkan wawasan pengetahuan.

Bila dirinci, mengapa sastra itu penting untuk kehidupan manusia? Hal itu dikarenakan :

  1. Memperluas cakrawala

Pertama dan terutama, sastra membuat kita melihat lebih dari sekadar apa yang ditunjukkan di pintu depan. Ini akan membantu mewujudkan dunia yang luas, tidak hanya terbelenggu di wilayah sempit yang mengelilingi kita. Dengan begitu kita mulai belajar, bertanya, dan membangun intuisi atau insting. Sastra dapat memperluas pikiran semua orang.

  1. Membangun keterampilan berpikir kritis

Banyak dari kita mempelajari tentang apa itu pemikiran kritis di kelas seni-bahasa kita. Ketika kita membaca, kita belajar untuk melihat yang tersirat. Kita diajarkan untuk menemukan simbol, membuat koneksi, menemukan tema, belajar tentang karakter. Membaca memperluas keterampilan-keterampilan ini, dan kita mulai melihat sebuah kalimat dengan lebih detail dan mendalam serta menyadari pentingnya makna tersembunyi sehingga kita bisa sampai pada suatu kesimpulan

Itu tadi pembahasan mengenai sastra di kehidupan masyarakat.Jadi kita tetap harus mempelajari sastra, karena tanpa kita sadari sastra juga cukup penting di dunia pendidikan loh. Sampai bertemu di edisi berikutnya, semoga bermanfaat ya. (RED_DAK)

 

Sumber : http://surabayastory.com

Ketahui Tentang Drama


Hai Sobat Pio! Apakah kalian tahu apa itu drama? Drama adalah karya seni berupa dialog yang dipentaskan dan kerap dimasukkan dalam ranah kesusastraan karena menggunakan bahasa sebagai media menyampaikan pesan. Drama sudah ada sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM. Dalam kebudayaan Yunani Kuno, drama menjadi bagian penting dari perayaan dewa dan kompetisi. Drama terus berkembang hingga munculnya drama modern seperti saat ini.
Menurut KBBI, drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan. Dalam karya sastra, drama adalah penggambaran peristiwa fiksi atau non fiksi melalui dialog baik prosa maupun puisi yang penciptanya biasa disebut penulis naskah atau dramawan.

Drama juga populer di berbagai belahan dunia lainnya, terutama di negara-negara modern seperti India, Cina, dan Jepang. Di Indonesia, istilah drama pada masa penjajahan Belanda disebut dengan istilah tonil. Tonil kemudian berkembang dan diganti dengan istilah sandiwara oleh P.K.G Mangkunegara VII. Sandiwara berasal dari bahasa Jawa yaitu sandi dan wara. Sandi artinya rahasia, sedangkan wara (warah) artinya pengajaran. Sandiwara artinya makna pengajaran yang dilakukan dengan perlambangan.

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan drama, struktur drama juga penting untuk diketahui. Ada beberapa struktur yang harus dipenuhi dalam drama yaitu babak, tokoh, adegan, dialog, prolog, dan epilog. Menurut jenisnya, pementasan drama dapat digolongkan menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut:

1. Drama tragedi

Drama tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih. Tokoh-tokohnya menggambarkan kesedihan. Tokoh dalam drama tragedi ini disebut tragic hero artinya pahlawan yang mengalami nasib tragis.

2. Drama komedi

Drama komedi adalah drama yang bersifat menghibur, di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Tokoh-tokoh dalam drama jenis ini biasanya tolol, konyol, atau bijaksana tetapi lucu.

3. Melodrama

Melodrama adalah cerita yang sentimental. Sentimental artinya tokoh dan cerita yang disuguhkan mendebarkan dan mengharukan. Tokoh dalam jenis drama ini biasanya digambarkan hitam-putih. Tokoh jahat digambarkan serba jahat, sebaliknya tokoh baik digambarkan sangat sempurna baiknya hingga tidak memiliki kesalahan dan kekurangan sedikit pun.

4. Dagelan

Dagelan (farce) adalah drama kocak dan ringan. Alurnya disusun berdasarkan perkembangan situasi tokoh. Isi cerita biasanya kasar dan vulgar. Drama jenis ini juga disebut komedi murahan atau komedi picisan.

Oke Sobat Pio! Sekarang kalian sudah paham kan apa itu pengertian, struktur serta jenis dari drama, sekian artikel tentang drama hari ini semoga bermanfaat. Sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_TSN)

 

Sumber: https://m.liputan6.com

Karya Sastra yang Asing di Negeri Sendiri


Hai Sobat Pio! Kalian tahu tidak fakta tentang Sastra Melayu Tionghoa? Sastra Melayu Tionghoa memakai bahasa yang dianggap rendah dibandingkan Melayu Tinggi yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia. Sastra Melayu Tionghoa sempat membuat pusing Balai Pustaka, karena bahasanya dinilai rendah dan tidak menggambarkan citra baik dari Belanda. Berikut potongan syairnya.

Sinar mata-hari kapan waktoe sedeng gilang-goemilang,
Antero boeroeng samboet dengen penoeh rasa girang,
Tapi itoe kegirangan gampang beroebah dan tenggelem,
Bila di sabelah koelon mata-hari pergi boeat silem

Kapan Sampe Di Poetjaknja (1930) ditulis oleh Dahlia (Tan Lam Nio).

Potongan syair di atas sekarang terasa asing di mata pembaca Indonesia. Dari segi bahasa sudah terlihat dengan jelas bahwa potongan syair tersebut menggunakan ejaan lama. Potongan tulisan tersebut merupakan salah satu bagian dari novel yang dikarang oleh Tan Lam Nio atau biasa dikenal dengan nama Pena Dahlia. Ia merupakan seorang penyair peranakan Tionghoa dan menjadi salah satu sastrawan dalam kancah Kesusastraan Melayu-Tionghoa. Dahlia merupakan seorang penulis yang produktif. Sejak pertama Dahlia menerbitkan bukunya pada tahun 1931 dalam kurun waktu tiga tahun saja, setidaknya dia telah menerbitkan lima buah roman dan beberapa cerita pendek, syair, serta puisi. Dalam karangannya, Dahlia menulis dan menceritakan tentang kehidupannya, serta membahas mengenai dinamika sosial dan politik. Dalam buku “Kesusastraan Melayu Tionghoa Jilid 1” terbitan Kepustakaan Populer Gramedia tahun 2000, yang biasa disebut peranakan Tionghoa adalah hasil dari pernikahan antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.

Karya sastra Melayu Tionghoa diperkirakan muncul pada abad ke-19 dan populer pada abad ke-20. Sastra Melayu Tionghoa menurut Nio Joe Lan telah berakhir pada 1962. Dalam “Kesusastraan Melayu Tionghoa Jilid 1” terbitan Kepustakaan Populer Gramedia, dia mengatakan bahwa tidak ada lagi tulisan peranakan Tionghoa yang menggunakan bahasa lisan sehari-hari. Ia juga menambahkan bahwa menurut hukum Indonesia tidak ada lagi kaum peranakan, karena masyarakat keturunan Tionghoa tersebut telah menjadi bangsa Indonesia. Kesusastraan Melayu Tionghoa merupakan karya tulisan dari peranakan Tionghoa yang menggunakan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu Pasar. Dalam karya sastra Melayu Tionghoa, mereka menuliskan bahasa percakapan ke dalam karyanya. Bahasa Melayu rendah juga dapat diartikan sebagai bahasa yang mudah dimengerti dan menjadi bahasa sebagian besar penduduk Hindia Belanda. Istilah bahasa Melayu rendah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial untuk membedakan dengan bahasa Melayu Tinggi, bahasa Melayu yang lebih baku dan terpandang.

Sastra Melayu Tionghoa diberikan tempat yang tidak setara dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia, karena dahulu penulis keturunan Tionghoa belum dianggap sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Alasan lain adalah penggunaan bahasa dalam karya sastra Melayu Tionghoa adalah bahasa Melayu Pasar dan bukan bahasa Melayu Tinggi. Melayu Tinggi dianggap sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia modern saat ini.

Jadi Sobat Pio, sudah saatnya kesusastraan Melayu Tionghoa diakui sebagai saudara kandung dalam keluarga kesusastraan Indonesia. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di edisi selanjutnya. (RED_DAK)

Sumber : http://gensindo.sindonews.com

Ramadhan di Masa Pandemi


Terimakasih Tuhan

Kau pertemukan hambamu dengan bulan yang ku dambakan

Kau berikan kami tuk harapan sebuah ampunan

Sebuah ampunan di bulan suci Ramadhan

Rasa bahagia yang tak bisa terucap oleh kata-kata

 

Bulan Ramadhan bulan yang istimewa

Bagi umat muslim di seluruh dunia

Namun, tahun ini Ramadhan kedua dengan virus corona

Hingga rasa rindu dengan sanak saudara pun terasa

 

Masjid-masjid pun jadi sepi

Orang-orang mengurung diri

Beribadah di dalam rumah

Agar corona tidak tersebar kemana-mana

 

Mari kita berdiam diri

Jangan sembarang pergi-pergi

Sebab corona bisa menyakiti

Siapa saja di negeri ini

 

Hai Sobat Pio! Umat muslim di seluruh dunia, termasuk kita, telah memasuki pertengahan bulan Ramadhan yang pastinya telah kita nantikan. Namun, dalam kerinduan ada rasa yang berbeda karena Ramadhan kali ini masih berlangsung di tengah pandemi virus corona. Meski begitu, ucapan syukur karena dapat menjalankan ibadah puasa di kondisi seperti ini tak dapat kita tinggalkan. Dan tetap menjaga protokol kesehatan agar kita semua terhindar dari virus tersebut. Aamiinn. Nah Sobat Pio, jadi itu tadi sedikit penjelasan dari puisi di atas, maka kita harus tetap semangat dalam beribadah dan meraih kemenangan. (RED_PAG)

Sumber : http://pantuncinta2000.blogspot.com

Hujan Bulan Juni


 

Hai Sobat Pio, kalian pasti tahu kan puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni”? Ya, puisi itu diciptakan oleh Alm. Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono dikenal dengan karya tulisnya yang sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Butuh beberapa kali pengulangan untuk bisa memahami makna puisi karya Sapardi. Sobat Pio tahu nggak apa makna dari puisi “Hujan Bulan Juni”? Nah, kali ini kita akan membahas puisi “Hujan Bulan Juni”.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Puisi “Hujan Bulan Juni” di atas berisi tiga bait kata, yang dimaknai banyak orang sebagai renungan diri yaitu dari sebuah rasa yang tidak mampu tersampaikan atau dibiarkan hilang. Puisi “Hujan Bulan Juni” ditulis Sapardi di bulan Juni tahun 1989, pada musim kemarau yang turun hujan. Maka, hujan yang turun saat itu sangatlah berarti. Ibaratnya jika terjadi sesuatu yang bukan pada waktunya, pasti ada yang penting dibalik itu. Dalam kalender tahunan, Juni pada umumnya sudah masuk pada musim kemarau, sehingga mustahil jika hujan turun ke bumi. Maka bisa mengandung makna tentang ketabahan dan kesabaran seseorang untuk tidak menyampaikan rindu dan kasih sayangnya pada orang yang dicintainya.

Pada larik “Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni” menggambarkan bahwa Sapardi tidak dapat menahan untuk tidak menyampaikan sayang dan rindunya. Sedangkan pada larik “Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu” menggambarkan bahwa Sapardi ingin menghapus keraguannya dalam menunggu orang yang dicintainya. Dan pada larik “Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni” menggambarkan bahwa Sapardi pandai menyimpan dan menyembunyikan rasa sayang dan rindunya pada orang yang dicintainya.
Nah secara keseluruhan, puisi “Hujan Bulan Juni” menceritakan tentang bagaimana penantian seseorang terhadap orang yang dicintainya, di mana ia dengan sabar menunggu tanpa lelah dan tetap tabah yang berujung sebuah balasan yang manis dari perjuangannya tersebut. Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat ya Sobat Pio. (RED_ASA)

Sumber : HYPERLINK “http://www.minews.id” \o “http://www.minews.id”www.minews.id