Aku merasa menyesal, kecewa dengan keadaan ini. Kenapa jadi seperti ini. Yang awalnya aku mengira bisa sering bersama Dafi teman yang kucintai. Kini harapan itu sirna saat aku tau bahwa Dafi akan segera meninggalkan kota ini dan mondok di Jogja. Dafi yang selalu mengisi hari-hariku. Yang setiap hari membuatku tertawa. Kini dia akan menghilang dari hidupku.
Dafi adalah teman sekelasku dulu. Dia anak yang tergolong nakal. Dia sering dihukum karna pelanggaran yang dibuatnya. Tapi dia adalah anak terlucu di kelas. Dia yang selalu membuat ramai kelas. Kelas terasa sangat sepi jika dia tidak ada.
Sakit memang rasanya, saat mengingat masa-masa indah bersamanya. Masih kuingat pertemuanku dengannya setahun yang lalu, saat kita pertama kali masuk di sekolah ini. Aku yang saat itu menjadi bendahara kelas memarahinya karena dia belum membayar buku. Sejak saat itu dia selalu mendekatiku, merayuku dan bahkan berkali-kali menyatakan cinta kepadaku.
Dengan sosoknya yang suka bercanda dan pandai merayu tentu saja aku tak gampang percaya dengan gombalannya. Hingga suatu saat dia mengatakan cinta dengan terlihat sangat tulus dari dalam hatinya. Akhirnya akupun menyadari bahwa dia memang benar benar mencintaiku. Dan sejak saat itu aku juga merasa bahwa aku juga punya perasaan yang sama padanya.
Semakin lama rasa itu semakin tumbuh. Aku dan Dafi semakin dekat. Tapi kedekatan kami akhirnya menjadi renggang karena pelanggaran yang terlalu sering dia lakukan membuatnya tinggal kelas. Dia sempat mau mondok ke jogja. Aku merasa sangat kehilangan dan sangat tidak rela waktu itu. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk kembali lagi kesekolah ini walau tetap tinggal di kelas X. Aku merasa bahagia karena hal itu, walau ada rasa kecewa karena tak lagi sekelas dengannya.
Tapi kini rasa bahagia itu menjadi rasa kecewa yang teramat dalam. Aku kira aku masih bisa selalu bersama lagi dengan Dafi, ternyata Dafi kini mengundurkan diri dari sekolah dan ia benar benar akan mondok ke Jogja 6 tahun lamanya. Rasa kehilangan dan rasa tidak rela itu kembali kurasakan. Seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku. Bagaimana tidak, selama ini dia yang selalu menemaniku, merayu dan menghiburku. Siapa lagi yang jadi penyemangatku kalau bukan dia.
Sudah cukup kelas menjadi sepi karena tak lagi ada dia, kini bahkan dia benar benar akan menghilang dari sekolah ini. Sangat berat rasanya kehilangan sosok dia yang kita cintai. Terlebih lagi kata temanku dia pindah karena mendengar kedekatanku dengan anak sekolah lain. Aku akui memang aku dekat dengan anak sekolah lain. Tapi aku tidak menyangka hal itu membuat Dafi meninggalkan sekolah ini dan kembali pada keputusannya untuk mondok ke Jogja.
Rasa bersalah dan rasa sangat menyesal kini menghampiriku. Ingin rasanya aku putar kembali waktu agar tidak melakukan kesalahan yang membuatnya meninggalkanku. Tapi semua sudah terlambat, Dafi tak mungkin lagi mengubah keputusannya. Dia akan benar benar pergi dari hidupku, tak kan lagi menemaniku. Suaranya yang selama ini sering ku dengar, wajah konyolnya yang selalu membuatku tertawa kini hanya akan ada dalam bayanganku saja. Mau tidak mau aku harus mengikhlaskannya.
~~~
R_red