Hai, Sobat Pio! Di era digital ini, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) semakin meluas termasuk dalam ranah pendidikan. Pertanyaannya kemudian muncul, Apakah AI akan menggantikan guru, atau justru memperkuat peran mereka? Berbagai riset dan implementasi menunjukkan bahwa AI bukanlah ancaman bagi profesi guru, melainkan alat bantu untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pendidikan.Beberapa inovasi dari AI, seperti automated grading, intelligent tutoring systems, dan asisten virtual jelas memperlihatkan kemampuan AI untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin guru. Misalnya, AI dapat membantu pengoreksian tugas, rekaman absensi, dan penyusunan laporan perkembangan siswa. Ini membawa dampak signifikan terhadap pengurangan beban administratif, sehingga guru memiliki waktu lebih banyak untuk fokus pada interaksi dengan siswa . Siswa harus diajarkan bersikap kritis dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi AI. Tidak hanya itu, mereka juga harus memahami etika, privasi, dan bagaimana mengolah serta menganalisis sistem yang diberikan oleh teknologi AI. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI, seperti pemalsuan Informasi. Perlu diketahui, tidak semua siswa memiliki pemahaman yang cukup dalam teknologi AI, oleh karena itu perlu membekali siswa dengan pengetahuan yang cukup untuk masa depan.Dengan algoritma pembelajaran adaptif (adaptive learning), AI dapat menyesuaikan materi dan tingkat kesulitan sesuai karakteristik masing-masing siswa memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif daripada metode satu-ukuran-untuk-semua. Lebih dari itu, riset juga menunjukkan bahwa AI mampu mendukung pendidikan inklusif, seperti menyediakan fitur penerjemahan real-time dan dukungan bahasa untuk siswa berkebutuhan khusus atau multibahasa. Interaksi manusia—seperti motivasi, pemahaman emosional, dan pengelolaan dinamika kelas—masih menjadi wilayah yang belum bisa dijangkau AI. Guru bukan hanya pendidik, tetapi juga penginspirasi, mediator sosial, dan pembimbing moral. Sebagaimana diungkap dalam riset, kemampuan ini sangat penting dan memerlukan kehadiran guru secara langsung . AI belum mampu membangun hubungan emosional, memahami konteks humaniora, atau menjadi teladan yang meresap dalam hati siswa.AI bukan lawan, melainkan sekutu strategis bagi dunia pendidikan. AI mengelola tugas rutin dan menyajikan data personalisasi, sementara guru menghadirkan sentuhan manusia motivasi, bimbingan karakter, dan pengalaman pembelajaran kontekstual. Untuk mewujudkan sinergi ini, dibutuhkan Infrastruktur teknologi inklusif, Pelatihan literasi AI bagi guru, Regulasi etis dan perlindungan data kuat. Dengan sinergi yang seimbang, masa depan pendidikan akan semakin efisien, menarik, dan mendalam—mempersiapkan generasi muda yang mampu bersaing di dunia kerja yang makin dipengaruhi AI. (RED_NHZ)Sumber : goodnewsfromindonesia.com
Menggantikan atau Mendampingi? AI dan Transformasi Peran Guru Masa Depan
