Sebuah gedung yang terletak di Jalan A. Yani Surabaya dengan 21 lantai. Gedung ini terdapat redaksi surat kabar Jawa Pos (beserta sejumlah surat kabar, tabloid, dan majalah massa milik anak perusahaan Jawa Pos) .
Memasuki gedung itu, kami bengong alias terpukau kagum melihat selembaran koran yang menempel tepat pada dinding atas. Desainnya, pengatur paragrafnya, serta berita yang selalu update setiap detiknya. Eh, tapi kami harus ekstra sabar dalam misi menunggu seseorang. Beberapa menit berlalu cepat, akhirnya seorang petugas yg bertugas mengantar kami ke lantai 3 (mungkin) dengan transpotasi sepeda kaki lewat gunung ular tangga.
WAH !! Hebat bener, apik banget, rek. Disambutlah pasangan patung bertubuh layaknya manusia koran dengan tangan keatas dengan sebuah kertas bertuliskan WANOIFRA, para patung manusia koran dengan gerakan berbeda-beda tergantung dipinggir atas langit gedung redaksi JAWA POS, dan tak lupa banner-banner yg tergantung di atas langit gedung, yang paling WOW adalah sebuah slogan JAWA POS yaitu selalu ada yang baru dan tetap menjdai nomor 1. Rasanya greget banget bagi kami wong ndeso.
Tampak pemuda manis berkaca mata, dan memakai kaos oblong berwarna hitam bertuliskan GRAHA FOTO menyapa dan mempersilakan kami untuk duduk disebuah bangku yg membentuk lingkaran layaknya konfrensi meja bundar, weh. Pemuda (yg tidak diketahui namanya) memperkenalkan sejarah JAWA POS dengan video pendek dilayar yg menggantung di pinggir dinding.
Berakhirnya video itu, awal juga bagi sesi pertanyaan. Tiba- tiba muncul lelaki beruban, memakai baju batik menyikat semua pertanyaan yg dilempar oleh kami. Yang paling aku sukai adalah saat penjelasan bagi redaksi DETEKSI(halaman khsusus remaja), redaksi ini dikerjakan oleh kaum muda khususnya mahasiswa, jadi mahasiswa bekerja di redaksi DETEKSI hanya saat gelarnya menjadi mahasiswa, ketika mahasiswa itu sudah lulus dari sekolahnya, maka ia harus keluar dari redaksi DETEKSI. TETAPI, jika mahasiswa itu ingin bekerja penuh pada jawapos, ia harus mendaftar lagi pada JAWA POS tapi bukan dibagian redaksi DETEKSI.
Selesai sudah jadwal kami, dan berlajut pada sebuah mall besar di Surabaya. Jika pada dilembar kertas jadwal kegiatan bertuliskan “jalan jalan” maka itu salah ketik. Mungkin hanya rombongan kami yang merasakan suasana “numpang solat dan ke toilet” dan tak lupa lagi cuci mata. Oleh oleh mungkin hanyalah pentol dan es cincau jalanan surabaya
Matahari menangis, dengan egoisnya bulan dan bintang datang tanpa mempedulikan tangisan matahari. Dan bumi hanya melongo melihat tingkah sang matahari. Langit mulai gelap, gemerlap lampu dari berbagai kendaraan terbang di jalanan. Adzan Maghrib telah menggema ditelingaku. It’s time to Kediri city. Goodbye Surabaya, mungkin kami akan kembali lagi atau mengunjungi kota yg lebih tinggi.
Ya itulah, pengalaman yg tak pernah kami lupakan dalam seumur hidup.
B_RED