Olahraga ini disebut Buzkashi, terdapat di banyak tempat mulai dari Afghanistan, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakshtan, Pakistan Utara, hingga India.
Sebelum digunakan untuk bermain, bangkai itu direndam dalam air dingin selama 24 jam. Kadang-kadang pasir dimasukkan ke dalamnya untuk memberi bobot ekstra. Saat permainan dimulai, dua tim berkuda itu berlomba merebut bus, layaknya seperti rebutan rugby tapi sambil menunggang kuda.
Jika seorang pemain berhasil merebut bus, maka ia memacu kudanya berkeliling bendera di ujung lapangan (disebut bayrak) dan menaruh bangkai tak berkepala itu ke dalam lingkaran kapur yang disebut daira hallal.
Tentu tidak semudah itu. Para penunggang kuda lawan biasanya membawa ambuk untuk mengintimidasi kuda lawan serta penunggangnya. Olahraga ini menjadi semakin terdengar kejam karena aturan yang diterapkan sangat longgar, tak jarang ada pemain yang terluka kena cambuk atau jatuh dan terinjak kuda lawan.
Lantaran itulah, biasanya para pemain memakai pakaian tebal dan pelindung kepala agar tidak mudah cedera saat dihajar lawan.
Hebatnya, pemenang di perlombaan ini tidak sekadar mendapat uang, bahkan memperoleh mobil atau rumah. Walau demikian, permainan ini bisa berlangsung beberapa hari.
Pemain buzkashi dilatih selama bertahun-tahun oleh Master buzkashi yang disebutchapandaz. Mereka orang-orang berpengalaman dengan usia rata-rata di atas 40 tahun. Selain itu, pemain memerlukan kuda yang terlatih. Harga seekor kuda ini bisa mencapai USD 10.000 hingga 15.000.
Saat Taliban berkuasa, olahraga ini pernah dilarang di wilayah-wilayah yang mereka kuasai, namun tetapi dapat ditemui di Tajikistan serta Uzbekistan. Kini sejak Taliban jatuh, buzkashi kembali semarak di berbagai wilayah Asia Tengah.